"Aku tidak butuh uangmu, Pak. Aku hanya butuh tanggung jawabmu sebagai ayah dari bayi yang aku kandung!" tekan wanita itu dengan buliran air mata jatuh di kedua pipinya.
"Maaf, aku tidak bisa!" Lelaki itu tak kalah tegas dengan pendiriannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Risnawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin ke club
"Pokoknya Abang harus bantuin Sofia mendapatkan haknya. Mungkin kalau Abang yang menanyakan siapa pelakunya, Sofia akan memberitahukan."
"Emangnya Sofia tidak memberi tahu nama dan dimana polisi itu bertugas?" tanya Axel ingin tahu.
"Nggak, kata mama Sofia tidak berani memberitahu dimana lelaki pengecut itu bertugas. Karena Sofia mendapat ancaman, sehingga dia trauma dan takut memberitahu yang sebenarnya. Jahat banget tuh orang," urai Seno kesal sekali.
Axel sedikit bernafas lega mendengar ucapan Seno. Berarti Sofia tidak memberitahu yang sebenarnya. Pokoknya keluarganya tidak boleh tahu bahwa dirinyalah pelakunya.
"Nanti akan aku coba. Tapi akhir-akhir ini aku sedang sibuk," ujar Axel jelas beralasan.
"Kamu harus bantu Sofia!"
Suara mama membuat kedua lelaki itu menoleh. Ternyata mama mendengar percakapan mereka.
"Mama minta tolong sama kamu, Xel. Tolong bantu Sofia untuk mendapatkan keadilan, karena Sofia ini adalah korban p3merkos4an. Lelaki itu harus bertanggung jawab. Jika dia menolak, maka kita bawa kasusnya ke pengadilan!" Tegas mama tak ingin di bantah.
Axel terdiam mendengar perintah sang mama. Ia harus mencari cara agar kebenaran ini tidak terungkap. Sungguh ia tidak mau menikah dengan Sofia. Apa kata orang bila mengetahui wanita yang menjadi istrinya adalah mantan pegawai cleaning service di kantornya. Apalagi semua rekan-rekannya sangat mengenal Sofia.
"Kamu kenapa diam saja, Axel?" tegur mama demi melihat putra sulungnya hanya bengong.
"Iya Ma, nanti aku coba untuk bantu mencari tahu siapa lelaki itu," jawab Axel berusaha membuang segala rasa gugupnya.
"Coba kamu bawa Sofia bicara, mama rasa dia mau jujur padamu. Kamu harus meyakinkan Sofia bahwa kamu akan membantu melindunginya dari tekanan oknum kurang ajar itu. Kamu seorang penyidik, kamu pasti tahu bagaiman cara menghadapi seseorang yang tengah mengalami trauma di sebabkan ancaman."
Lagi-lagi ucapan mama membuat kepala Axel semakin jadi semriwing. Ya kali kehadirannya membuat Sofia tenang, yang ada wanita hamil itu semakin ketakutan.
"Ya baiklah. Nanti aku coba untuk bicara dengan Sofia. Sekarang aku mau keluar dulu," jawab Axel segera meninggalkan ruang keluarga.
"Kamu mau kemana, Xel?" tanya mama.
"Mau ke bandara, Ma. Jemput seseorang!" sahutnya bergegas pergi.
Mama menatap Seno seakan ingin mencari tahu dari putra keduanya itu.
"Aku nggak tahu dia mau jemput siapa, Ma. Tapi kayaknya dia mau jemput perempuan yang dulu pernah membuatnya patah hati," jawab Seno mencoba menebak.
"Maksud kamu sindy?"
"Ya itu," jawab Seno membenarkan.
"Bukankah mereka sudah lama putus?"
"Tahulah, mungkin CLBK. Cinta lama belum kelar," jawab pak dokter sotoy.
"Aish, mama nggak suka dengan tu perempuan. Cara bicaranya tidak sopan, pakaian juga tidak pantas."
"Kenapa mama protes sama aku? Sana protes sama Abang. Mungkin wanita seperti itu seleranya."
"Pokoknya mama nggak restu bila abangmu kembali menjalin hubungan dengannya."
Sementara itu Axel bergegas menuju bandara. hatinya di liputi kebahagiaan menyambut kedatangan wanita yang sangat ia rindukan selama ini. Akhirnya mereka akan kembali bertemu. Axel sengaja datang lebih awal, agar wanita itu tak menunggu dirinya.
Setelah menunggu kurang lebih satu jam, akhirnya yang di tunggu sudah datang. Wajahnya sumringah dengan jantung berdebar.
Dengan langkah lebar wanita itu menyongsong Axel yang sudah menunggu dengan penuh cinta. Sejenak mereka saling pandang, suasana kamu sempat tercipta. Namun, sindy seketika melebur dalam pelukan Axel.
"Aku kangen kamu, Mas," lirih wanita itu memeluk erat.
Axel yang memiliki perasaan sama, maka ia membalas pelukan sindy. "Aku juga sangat merindukan kamu. Aku tidak menyangka akhirnya kita bertemu kembali," ucapnya membelai rambut lurus sebatas bahu itu.
Sindy melerai pelukannya. Ia menatap Axel yang semakin tampan dan berwibawa. Tak ada yang berubah dari tatapan matanya, masih Axel yang dulu penuh cinta.
"Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Axel sembari menoel hidung mancung wanita seksi itu.
"Kamu semakin tampan saja, apakah kamu yakin tidak memiliki pacar?"
"Hmm, ada sih pacar," jawab Axel ingin menggoda sindy.
Sindy seketika menjarak. "Kamu serius, Mas?" tanyanya.
Axel tersenyum seraya memegang kedua bahu wanita itu. "Pacar yang aku maksud adalah kamu. Sejak hubungan kita berakhir, aku tidak pernah membuka hati untuk wanita lain, karena aku tidak bisa beralih kelain hati. Kamu masih pemilik hatiku," ungkap lelaki itu membuat wajah Sindy merona penuh kebahagiaan.
"Terimakasih ya Mas. Jujur, sebenarnya aku masih mencintaimu hingga saat ini. Mungkin dulu kita sama-sama masih sangat labil dan egois. Dimana kamu ingin aku tetap disini, sementara aku ingin menggapai karierku untuk menjadi model terkenal," ujar sindy tampak serius.
Axel mengangguk paham. "Ya, apa yang kamu katakan memang benar. Aku berharap hubungan kita kali ini tidak ada lagi masalah. Dan aku ingin hubungan kita segera ke jenjang yang lebih serius."
"Hal itu nanti kita bicarakan lagi ya, Mas. Sekarang mari kita rayakan pertemuan ini," jawab sindy tak ingin membahas masalah yang lebih serius.
Axel mengangguk patuh. Saat ini hati pasangan itu sedang berbunga-bunga setelah sekian lama berpisah, akhirnya mereka bertemu kembali dengan perasaan yang masih sama.
Axel membawa Sindy ke sebuah cafe. Namun, sindy menolak ajakan Axel ketempat yang seperti itu.
"Jangan ke cafe ya Mas."
"Loh, kenapa? Itu cafe tempat biasa kita nongkrong dulu." tanya Axel sembari fokus mengemudi.
"Aku nggak mau kita nongkrong di cafe. Kurang asyik."
"Jadi kita mau kemana?" tanya Axel bingung.
"Kita ke club aja."
Axel terjingkat mendengar permintaan sindy. Kenapa gaya hidup sindy tidak seperti biasanya? Apakah sejak tinggal di luar negri membuatnya ikutan-ikutan budaya Texas?
Bersambung....
