bercerita tentang seorang gadis buruk rupa bernama Nadia, ia seorang mahasiswi semester 4 berusia 20 tahun yang terlibat cinta satu malam dengan dosennya sendiri bernama Jonathan adhitama yang merupakan kekasih dari sang sahabat, karna kejadian itu Nadia dan Jonathan pun terpaksa melakukan pernikahan rahasia di karenakan Nadia yang tengah berbadan dua, bagaimana kelanjutan hidup Nadia, apakah ia akan berbahagia dengan pernikahan rahasia itu atau justru hidupnya akan semakin menderita,,??? jangan lupa membaca 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qwan in, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10
Jonathan lalu berjalan ke arah meja kerjanya dan mengambil sebuah amplop cokelat. Dengan tenang, ia menyerahkannya pada Nadia.
"Di dalamnya ada kunci rumah dan dokumen kepemilikan. Sudah atas nama kamu, sesuai kesepakatan," katanya datar, seolah semua ini tak berarti apa-apa baginya.
Nadia mengambil amplop itu dengan ragu. Tangannya sempat gemetar,mungkin karena efek mual yang belum reda, atau karena campuran emosi yang menyerangnya saat itu, marah, jijik, malu, sekaligus bingung. Ia tidak menyangka pria dingin itu akan menepati janjinya secepat ini.
"Terima kasih," ucap Nadia pelan, hampir seperti gumaman.
"Alex sudah menunggu di bawah. Kau bisa pergi sekarang kalau mau," lanjut Jonathan sambil kembali duduk, menyibukkan diri dengan laptop di hadapannya.
Nadia berbalik tanpa berkata apa-apa lagi. Langkahnya lemah tapi mantap. Di dalam pikirannya, ratusan pertanyaan saling bertubrukan. Tentang Jonathan, tentang pernikahan mereka, dan terutama… tentang tubuhnya sendiri yang terasa semakin aneh belakangan ini.
**
Di dalam mobil, Alex sesekali melirik Nadia melalui kaca spion. Gadis itu tampak pucat, keringat dingin membasahi pelipisnya meski AC mobil menyala cukup dingin.
"Kamu nggak apa-apa, Nona?" tanya Alex hati-hati.
"Sedikit mual... dan pusing," jawab Nadia pelan, menatap jalanan yang basah oleh hujan dari balik jendela.
Alex tidak menanggapi lagi. Namun ekspresinya berubah sedikit cemas. Ia diam-diam tahu ada sesuatu yang tidak biasa dengan Nadia, terlebih sejak kejadian malam itu di rumah Nadia. Tapi ia bukan siapa-siapa untuk mencampuri urusan sang tuah dan istri siri nya tersebut.
Mobil akhirnya berhenti di depan sebuah rumah minimalis bergaya modern, dikelilingi taman kecil dengan bunga-bunga warna-warni. Nadia keluar dan menatap bangunan itu dengan mata kosong.
"Ini rumahmu sekarang," ujar Alex, membuka pintu untuknya.
Nadia hanya mengangguk dan berjalan masuk. Di ruang tamu, ia melempar tubuhnya ke sofa, memejamkan mata dan menarik napas panjang. Tapi rasa pusing itu justru semakin menjadi-jadi.
Tangannya meraba perutnya tanpa sadar.
"Apa aku benar-benar hamil...?" gumamnya sendiri. Ingatannya melayang ke malam yang tidak ingin ia lagi untuk selamanya, dimana hari saat ia mendapatkan pelecehan dari Jonathan, kemarahan dari kedua orang tuanya, hingga pernikahan kontrak yang saat ini ia jalani bersama dengan Jonathan yang merupakan kekasih dari Dewi sahabatnya.
Pikiran itu membuat air matanya mulai jatuh tanpa bisa dibendung.
Namun , tanpa Nadia sadari,di luar rumah seseorang berdiri mengamati dari balik pohon. Sosok pria misterius yang memegang selembar foto Nadia di tangan kirinya, dan ponsel di tangan kanan yang sedang aktif merekam.
"Akhirnya kamu tinggal sendirian... Akan lebih mudah sekarang," gumam pria itu dengan senyum licik.
Ia mengirimkan pesan ke seseorang. "Target sudah masuk. Siap eksekusi tahap berikutnya."
Sementara itu, di dalam rumah, Nadia masih tergugu di sofa. Isak tangisnya mereda, namun kepalanya terasa semakin berat. Ia memutuskan untuk bangkit dan berjalan menuju kamar tidur. Ruangan itu wangi, bersih, dan terasa terlalu mewah untuk seorang gadis biasa sepertinya. Tapi bukan itu yang membuatnya merasa tak nyaman, melainkan rasa asing yang masih melekat di setiap sudut ruangan.
Ia membuka lemari pakaian dan menemukan beberapa baju baru yang telah tergantung rapi. Semuanya tampak mahal dan tentu saja... bukan pilihannya. Ia menghela napas panjang.
“Jadi begini hidupku sekarang…,” bisiknya, lalu mengambil satu kaos dan menggantikan pakaiannya yang terasa lembap oleh keringat dingin.
Di saat yang sama, pria misterius di luar rumah menyelinap lebih dekat, menyusuri sisi pagar dengan langkah ringan. Ia menaruh ponselnya ke dalam jaket dan mengganti sarung tangan hitam yang ia kenakan. Pandangannya fokus pada jendela kamar, tepat di mana lampu kamar Nadia menyala redup.
Namun sebelum ia sempat bergerak lebih jauh, sebuah suara terdengar dari arah gerbang.
“Kau pikir aku tak melihatmu dari tadi?” suara berat itu menggelegar.
Pria misterius itu terkejut, menoleh cepat, dan mendapati Alex berdiri di sana dengan ekspresi siaga. Tangannya sudah memegang sesuatu, sebuah tongkat kejut listrik.
“Langsung buka identitasmu, atau aku akan buatmu tak bisa bergerak seminggu penuh,” ancam Alex dingin.
Pria itu menyeringai. “Kau terlalu cepat. Tapi tak apa... ini belum selesai,” ucapnya, lalu berlari kabur ke arah semak-semak dan menghilang dalam gelap.
Alex tak sempat mengejarnya. Ia hanya berdiri diam sejenak, mengamati sekeliling, lalu mengangkat ponsel dan menelepon seseorang.
“tuan... sepertinya Nadia dalam bahaya. Ada Seseorang yang sejak tadi sedang mengintainya.”
Di sisi lain, Jonathan yang baru saja menutup laptop langsung menegang. Ia berdiri dan berjalan ke arah jendela, memandang langit malam yang mulai menurunkan rintik hujan lagi.
“Percepat penyelidikan tentang pesan ancaman itu. Dan jangan biarkan Nadia sendirian terlalu lama... siapa pun mereka, sepertinya mereka mulai bergerak,” ujarnya tegas.
Suasana menjadi tegang kembali. Karena apa yang Nadia pikir sebagai awal dari kebebasannya… justru bisa jadi awal dari bahaya yang lebih besar. Dan seseorang, yang entah siapa, berniat untuk memastikan bahwa hidupnya tak akan pernah sama lagi
Jonathan yang sedari awal telah merasakan ada sesuatu yang janggal segera memerintahkan kepada para anak buahnya untuk bergerak cepat dan mengungkap dalang dari semua ini, di mulai dari dirinya yang di beri obat perangsang entah oleh siapa, hingga pesan-pesan misterius yang telah meneror nya beberapa waktu lalu. Isi pesan bernada ancaman itu adalah,
“Apa kau pikir semua akan berjalan mulus hanya karena kau punya kuasa? Kebenaran akan selalu menemukan jalannya. Kau ambil milik orang lain, sekarang bersiaplah kehilangan segalanya, termasuk nyawamu.”
Pesan itu datang tanpa nama, tanpa nomor yang bisa dilacak, dan selalu muncul di saat-saat yang tak terduga.saat sedang berada di mobil, saat di ruang kerjanya, bahkan saat tengah mengajar pun pesan itu muncul di layar ponsel milik nya, seolah seseorang begitu tahu setiap gerakan yang dilakukan Jonathan.
Jonathan meremas dengan kuat ponsel yang berada dalam genggaman nya, matanya tajam menatap ke luar jendela ruangannya. Hujan masih turun, dan pikirannya berkelut penuh amarah.
Ia lalu menoleh ke arah Alex yang baru saja masuk ke dalam ruang kerja.
“Perketat keamanan di rumah Nadia. Pasang CCTV tambahan. Jangan biarkan dia sendirian, meskipun dia menolak,” perintah Jonathan dingin.
“Siap, Tuan,” jawab Alex singkat, meski dalam hatinya
" Jangan biarkan anakku yang tengah di kandungan nya dalam bahaya," lanjut Jonathan. Bukan Nadia yang ia hawatirkan namun darah dagingnya yang tengah di kandungan oleh Nadia.
" Baik, tuan," ucap Alex sembari berbalik arah untuk menuju pintu dan segera menjalankan perintah yang telah diberikan sang tuan kepadanya.
mungkinn
jgn bodoh trlalu lm jo.... kekuasaan jga hrtamu slm ini tk mmpu mngendus jejak musuhmu yg trnyata org trsayangmu🙄🙄
klo nnti nadia bnyak uang.... bkalan balik lgi tuh wujud asli nadia....
krna sejatinya nadia dlunya cantik... hnya krna keadaan yg mmbuat dia tak mungkin merawat dirinya....
jdi kurang"i mncaci & merendhkn ibu dri ankmu....