Christian Edward, seorang yatim piatu yang baru saja menginjak usia 18 tahun, dia harus keluar dari panti asuhan tempat ia di besarkan dengan bekal Rp 10 juta. Dia bukan anak biasa; di balik sikapnya yang pendiam, tersimpan kejeniusan, kemandirian, dan hati yang tulus. Saat harapannya mulai tampak menipis, sebuah sistem misterius bernama 'Hidup Sempurna' terbangun, dan menawarkannya kekuatan untuk melipatgandakan setiap uang yang dibelanjakan.
Namun, Edward tidak terbuai oleh kekayaan instan. Baginya, sistem adalah alat, bukan tujuan. Dengan integritas yang tinggi dan kecerdasan di atas rata-rata, dia menggunakan kemampuan barunya secara strategis untuk membangun fondasi hidup yang kokoh, bukan hanya pamer kekayaan. Di tengah kehidupan barunya di SMA elit, dia harus menavigasi persahabatan dan persaingan.sambil tetap setia pada prinsipnya bahwa kehidupan sempurna bukanlah tentang seberapa banyak yang kamu miliki, tetapi tentang siapa kamu di balik semua itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BlueFlame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4. Mengubah Gubuk Menjadi Rumah
Sunyi.
Itu adalah kata pertama yang terlintas di benak Edward saat dia berdiri di tengah apartemen barunya. Sinar rembulan yang masuk melalui jendela kotor menerangi debu yang melayang di udara. Aroma lembab dan cat usang memenuhi ruangan, terasa sangat kontras dengan aroma segar yang kini bisa ia deteksi dengan inderanya yang tajam.
Entah berapa kali pun dia berpikir, Edward masih merasa ini mimpi. Edward menatap keseluruhan ruangan. Tempat Ini miliknya. Sebuah ruangan seluas 3x4 meter dengan kamar mandi di dalamnya. Dindingnya ada retakan-retakan kecil, lantainya kusam, dan plafonnya sedikit mengelupas.
[Notifikasi! Misi Utama Tersedia!]
Layar sistem muncul kembali, memberinya arahan yang jelas.
---
**Misi Utama: Mengubah Gubuk Menjadi Rumah**
**Deskripsi:** Sebuah rumah bukanlah tentang luasnya, tapi tentang kenyamanan dan fungsinya. Ubah ruangan ini menjadi tempat yang layak dan nyaman untuk dihuni, sebuah tempat di mana Anda bisa beristirahat dan merencanakan masa depan.
**Tugas:**
1. Lakukan pembersihan total.
2. Perbaiki semua kerusakan kecil (retakan dinding, keran yang menetes, dll).
3. Cat ulang seluruh ruangan dengan warna netral.
4. Beli perabotan minimalis (kasur, meja belajar, satu kursi).
**Waktu:** 5 Hari
**Hadiah:**
- Rp 5.000.000
- Skill: [Fotografi Memori (Level 1)] - Kemampuan untuk mengingat semua yang dilihat dengan sempurna selama 24 jam.
- Bakat: [Seni Mengatur Ruang] (telah diberikan, sekarang aktif)
**Gagal:** Tidak ada hukuman, tapi kenyamanan Anda akan tertunda.
---
Edward membaca misi itu dengan seksama. Misi datang tepat waktu. Sistem ini tidak hanya memberinya uang, tapi juga memaksanya untuk membangun hidupnya secara bertahap dan bertanggung jawab.
"Fotografi Memori," gumamnya. Skill itu akan sangat berguna untuk sekolah nanti.
Dia meletakkan ranselnya di lantai dan mulai bekerja.
Langkah pertama: membersihkan. Dia tidak punya alat kebersihan apa pun. Dengan sisa uangnya, dia perlu ke toko bangunan dan toko perlengkapan rumah tangga.
Keesokan paginya, Edward pergi ke toko bangunan terdekat. Dia berpakaian rapi dengan kaos dan jeans baru yang kemarin dibeli, tetapi tetap terlihat sederhana. Dia berjalan melewati barisan cat, kuas, dan amplas.
"Butuh bantuan, dek?" tanya seorang karyawan yang sedang menyusun cat.
"Saya butuh cat untuk dinding dalam, yang warnanya netral. Putih atau krem. Juga dempul, amplias, dan kuas." kata Edward dengan jelas.
Karyawan itu menatap Edward. "Mau ngecat sendiri atau Butuh bantuan tukang, dek?"
"Tidak, saya bisa sendiri." jawab Edward tenang.
Pria itu tersenyum. "Anak muda zaman sekarang jarang ada yang mau kerja sendiri. Saya kasih tahu yang bagus ya. Untuk ruangan kecil, pakai ini saja."
Dia mengambil sebuah kaleng cat dengan label "Bright White". "Harganya terjangkau, hasilnya bagus, dan juga cepat kering."
Edward mengangguk, mendengarkan saran pria itu. "Baik, saya ambil yang itu. Saya juga butuh sekop, sapu, pel, dan kain lap."
Edward membayar semua barang itu dengan total Rp 2.500.000. Sistem segera memberinya notifikasi.
[Transaksi terdeteksi: Rp 2.500.000]
[Penggandaan acak: x1.5]
[Total pengembalian: Rp 3.750.000]
[Saldo saat ini: Rp 28.230.000]
Setelah Kembali ke apartemen, Edward mulai menggulung lengan bajunya. Edward mungkin pernah memperbaiki atap yang bocor di panti asuhan pernah memperbaiki pagar dan beberapa pekerjaan lainnya.
Tapi dia tidak pernah melakukan pekerjaan tukang sebelumnya, tapi begitu dia mengambil dempul dan spatula, sesuatu yang aneh terjadi. Bakat `Seni Interior` dan skill `Perbaikan Rumah Dasar` yang diberikan sistem sepertinya langsung terintegrasi dalam otaknya.
Tanpa sadar, tangannya bergerak dengan sendirinya. Dia seolah tahu persis sudut yang harus di ampelas, tekanan yang harus diberikan pada dempul untuk menutup retakan, seolah-olah dia sudah melakukan ini puluhan kali. Proses yang seharusnya memakan waktu berjam-jam dan mungkin menghasilkan hasil yang berantakan, malah dapat dilakukannya dengan efisien dan rapi.
***
Dua hari pertama Edward menghabiskan waktu untuk membersihkan dan memperbaiki. Debu di bersihkan, lantai dikosongkan, dan retakan di dinding menghilang.
***
Pada hari ketiga, dia mulai mengecat. Gerakan Edward stabil dan terukur, tidak ada tetesan cat yang jatuh sembarangan.
Saat dia mengecat di dinding terakhir, dia melangkah mundur untuk mengagumi hasilnya. Apartemen yang tadinya suram dan kotor kini terang, bersih, dan terasa nyaman. Warna putih cerah memberikan ilusi ruangan yang lebih besar. Aroma cat baru yang segar menggantikan bau lembab.
Ini masih kosong, tapi sudah terasa seperti rumah.
***
Hari keempat, Edward pergi ke toko furnitur. Dia tidak mencari barang mewah. Matanya tertuju pada sebuah kasur lipat yang tipis namun nyaman, sebuah meja belajar dari kayu pinus sederhana, dan sebuah kursi ergonomis dasar. Semuanya fungsional.
Totalnya Rp 3.000.000.
[Transaksi terdeteksi: Rp 3.000.000]
[Penggandaan acak: x1.6]
[Total pengembalian: Rp 4.800.000]
[Saldo saat ini: Rp 30.030.000]
Edward mulai menyusun perabotannya di apartemen. Meja belajar diletakkan di dekat jendela untuk mendapatkan cahaya alami. Kasur lipat disimpan di sudut. Ruangan itu minimalis, tapi `Seni interiornya`-nya membuatnya terasa efisien dan nyaman. Setiap benda memiliki tempatnya.
***
Di malam kelima, Edward duduk di lantai yang bersih, bersandar di dinding yang baru dicat. Dia makan mie instan, makanan yang selalu menjadi bagian dari hidupnya. Tapi kali ini, rasanya berbeda. Dia makan di rumahnya sendiri.
Ponselnya bergetar.
[Misi 'Mengubah Gubuk Menjadi Rumah' selesai.]
[Hadiah: Rp 5.000.000 telah ditambahkan.]
[Hadiah: Skill [Fotografi Memori (Level 1)] telah ditambahkan.]
[Saldo saat ini: Rp 35.030.000]
Edward merasakan aliran informasi baru di otaknya. Seolah-olah sebuah saklar telah dinyalakan. Dia menatap sekeliling ruangan, lalu menutup mata. Dia bisa mengingat setiap detail dengan sempurna—tekstur dinding, pola serat kayu di mejanya, bahkan posisi tetesan terakhir cat yang dia hapus.
Gila. Skill ini luar biasa.
Setelah makan, Edward mengambil ponselnya. Saatnya untuk langkah selanjutnya. Dia membuka browser dan mengetik "SMA Nusantara Prestasi". Situs web sekolah muncul. Terkenal dengan akademisnya yang ketat dan biayanya yang sangat mahal.
Dia membuka halaman pendaftaran. Matanya mengerut saat membaca informasinya.
Biaya Pendaftaran. : Rp 2.000.000
Uang Pangkal. : Rp 25.000.000
SPP per Bulan. : Rp 3.000.000
Pendaftaran Ditutup : 7 Hari Lagi
Dan ada satu baris lagi yang membuat Edward tertarik.
Ujian Masuk Khusus: Diberlakukan untuk calon siswa dengan prestasi luar biasa atau nilai akademis yang tidak bisa dibuktikan secara standar. Peserta harus lulus tes tertulis dan wawancara.
Edward tersenyum tipis. Uang pangkal dan SPP masih bisa dia tanggung dengan saldo sekarang, terutama jika sistem terus membantunya. Tapi "Ujian Masuk Khusus" inilah yang menjadi jalurnya. Dia tidak punya rapor dari sekolah formal yang memuaskan karena sering pindah-pindah dan harus bekerja.
.
Edward menatap layar ponselnya, lalu melihat sekeliling apartemen kecilnya yang bersih dan terang. Dari sebuah panti asuhan, kini dia punya rumah. Dan segera, dia mungkin akan punya sekolah.
Langkah demi langkah, Dia pasti akan bisa membuat fondasi itu semakin kuat.