NovelToon NovelToon
TERJEBAK PERMAINAN KAKAK TIRI

TERJEBAK PERMAINAN KAKAK TIRI

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dikelilingi wanita cantik / Cinta Terlarang
Popularitas:7.5k
Nilai: 5
Nama Author: julies

Area ehem ehem! Yang bocil harap Skip!!!

Bagi Candra, sang Casanova, tidak ada perempuan yang bisa dia ajak serius untuk menjalin suatu hubungan setelah merasa hidupnya hancur karena perceraian sang ayah dan ibunya.

Perempuan bagi Candra adalah miniatur, pajangan sekalian mainan yang hanya untuk dinikmati sampai tetes terakhir.

Namun, kehadiran Lila, seorang gadis yang kini menjadi adik tirinya, membuat dia harus memikirkan ulang tentang cinta. Cinta dan benci hadir bersamaan dalam indahnya jalinan kasih terlarang.

Lalu bagaimana jika larangan itu tetap dilanggar dan sudah melampaui batas?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dia Suka Kucing

"Bangun! Manusia Kalong! Ayo bangun!" Kalila menghempaskan bantal berkali-kali ke tubuh Candra yang masih tertelungkup di atas ranjangnya.

Candra sendiri tidak bergerak, matanya terus terpejam dengan Sweety dalam pelukan. Namun, kucing durhaka itu malah terganggu dengan aksi anarkis Kalila. Ia menggeram khas kucing, menatap Kalila.

"Kamu juga! Kamu mau ganti tuan?" tunjuk Kalila kepada Sweety yang masih tidak peduli.

Candra membuka matanya kemudian, dengan santai ia bangun lalu menggendong Sweety dan membawanya keluar kamar Kalila menuju kamarnya sendiri.

Kalila menghempaskan kesal bantal yang tadi ia jadikan media menganiaya kakak tirinya itu. Sudah pukul setengah tujuh pagi, Kalila segera ke kamar mandi agar tidak terlambat untuk melanjutkan kegiatan magang yang menyebalkan selama dua bulan di perusahaan papa Mahesa.

Setelah selesai Kalila segera memakai kemeja kantor dan rok selututnya. Ia menatap sebal pada harnet rambut yang akan segera dipakai pula.

Namun, saat akan memakai benda itu, pintu kamarnya tiba-tiba terbuka. Kalila mengelus dada, beruntung ia sudah selesai berganti pakaian.

Kakak tirinya memang tidak mengerti norma kesopanan. Pasti nilai pelajaran sosialnya di sekolah dulu minus! Begitu hardik Kalila, lagi-lagi hanya di dalam hati.

"Rambut Lo gak perlu diharnet lagi."

"Hah?"

"Hah heh hah heh! Rambut lo gak perlu diharnet lagi!" tegas Candra kemudian menutup pintu kamar Kalila.

Kalila masih terpaku sekian detik. Tapi kemudian ia berseru riang dan segera melempar harnet rambut yang hampir ia kenakan tadi. Akhirnya ia terbebas dari benda itu.

Kalila kali ini menguncir setengah rambut panjangnya. Ia nampak cantik pula dengan riasan sederhana.

Di meja makan, papa Mahesa sudah menunggu bersama mama Belina. Tapi, tak ditemukannya keberadaan Candra. Mungkin lelaki itu sudah pergi duluan ke perusahaan. Ia memang jarang sarapan.

Papa Mahesa juga sudah rapi dengan setelan kerja. Hari ini kebetulan ayah tirinya itu akan ada meeting penting dengan koleganya dari luar negeri.

"Ayo sarapan, Lila," seru papa Mahesa menyambut Lila yang baru turun dari tangga.

Kalila tersenyum, ia segera bergabung di meja makan bersama kedua orangtuanya.

"Ehmmm ... Mas Candra mana Pa?" tanya Kalila berbasa basi memulai percakapan di meja makan itu.

"Candra jarang sekali sarapan, Lila. Biarkan saja, kalaupun dia sarapan, dia lebih memilih sarapan di luar," jawab papa Mahesa sambil tetap berusaha tersenyum di depan Lila walaupun ia sebenarnya enggan membahas tentang Candra pagi ini.

Sementara itu, mama Belina menatap Lila lembut dengan tatapan mata yang mengisyaratkan agar Lila tidak meneruskan perbincangan tentang Candra di atas meja makan sebab ia tahu, suaminya sedang tidak ingin membicarakan puteranya yang keras hati itu.

"Itu, kucing kamu udah dikandangin." Papa Mahesa menunjuk kandang besar yang berada tak jauh dari gazebo dekat kolam renang yang memang terlihat dari ruangan makan mereka saat ini.

Kalila melongo, Sweety sekarang betulan sudah jadi kucing sultan. Di dalam kandangnya terdapat rumah-rumahan dengan tangga yang bisa dipakai kucing itu untuk bermain juga makanan dan pasir untuk ia buang hajat.

"Siapa yang beliin kandangnya, Pa?" tanya Kalila antusias.

"Sepertinya Candra. Tadi pagi memang ada yang anterin paket, ternyata itu kandang kucing kamu yang langsung dirakit sama mang Ujang pagi tadi."

Kalila tidak tahu harus berkata apa lagi, tapi rasanya ini mustahil, mengingat Candra yang begitu apatis terhadap orang lain, tetapi bisa sangat bersahabat bahkan terkesan sangat menyayangi hewan, khususnya kucing.

"Candra suka kucing, Lila. Dulu, waktu kecil dia punya kucing namanya Bobo, tapi kucingnya mati karena sakit. Terus waktu sekolah dia pelihara kucing lagi, namanya Jeje. Tapi, Jeje juga mati karena kecebur bak mandi di belakang itu. Terus semenjak itu, Candra gak pernah mau pelihara kucing lagi."

Kalila hanya manggut-manggut walaupun ia cukup surprise mendapati satu fakta bawa kakak tirinya ternyata penyuka binatang, khususnya kucing.

"Kalila, lain kali berangkat ke perusahaan bareng aja sama Candra. Kalian kan satu tujuan," ujar papa Mahesa lagi.

"Gak usah, Pa. Lila lebih suka naik bus aja, kebetulan banyak teman Lila di dalam bus."

Papa Mahesa hanya geleng-geleng kepala. Kalila dan Candra jelas berbeda sekali. Setidaknya, Kalila sangat sederhana. Ia juga tidak banyak tingkah, tak seperti Candra yang sampai hari ini masih menatap papa Mahesa seperti musuh.

"Kalila, lanjutkan makannya ya," ujar mama Belina menyadarkan puterinya yang tiba-tiba melamun itu. Kalila mengangguk lantas segera menghabiskan sarapannya.

Sayang sekali Candra tidak mau sarapan bersama dengan makanan seenak ini. Ia bisa membayangkan bagaimana sepi yang dilalui papa Mahesa selama ini sebelum mereka datang ke rumah itu.

Kini papa Mahesa bisa tersenyum lagi, sarapan tak lagi sendiri, ada teman bersenda gurau, ada istri dan anak tiri yang begitu baik seperti Kalila. Biarlah kalau Candra masih tidak mau menyapanya. Begitu pikir papa Mahesa dalam kepiluan hatinya setiap ia mengenang putera satu-satunya itu.

"Aku udah selesai nih, aku berangkat ya, Pa, Ma." Kalila segera meraih tangan papa Mahesa dan mama Belina untuk salam pamit sebelum ia keluar.

"Tunggu, Lila. Mama udah masukin sarapan Candra, tolong kamu berikan ke dia ya nanti."

Haduh. Kalila menatap gemas mamanya. Kenapa juga harus repot-repot begini untuk kakak tirinya yang apatis itu? Tapi, Kalila hanya mengangguk seraya tersenyum. Dengan berat hati tapi diringan-ringankan, ia membawa benda berupa sarapan untuk diberikannya langsung nanti kepada Candra. Dan setibanya di perusahaan, dengan menarik nafas panjang setelah berbincang-bincang sesaat dengan sesama anak magang di lift, ia mengetuk pintu ruangan.

"Masuk." Suara Bella, sang pelayan pribadi Candra berlabel sekretaris, terdengar.

Lila segera membuka pintu ruangan yang luas itu. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah ketika Candra menyuapkan sesendok makanan ke mulutnya bersama Bella.

Tapi demi menghormati mama yang sudah susah payah membungkuskan bekal sarapan untuk lelaki itu, ia memberanikan diri mendekat ke meja Candra.

"Itu dari Mama," ujar Lila lalu segera meletakkan sarapan itu di atas meja Candra. Candra menatapnya sekilas, merasa tak tertarik dan kembali meneruskan acara makannya lagi.

Kalila menarik nafas panjang. Ia berbalik, lebih baik kembali ke mejanya karena ia tahu, Candra tidak akan memakan bekal yang sudah disiapkan oleh mama untuknya.

Biar saja, yang penting ia sudah memberikannya kepada lelaki itu. Tapi ia tersentak saat sudah duduk di mejanya, ia melihat Candra tidak lagi memakan sarapan yang dibawakan Bella, melainkan melahap makanan yang dibawanya barusan.

Sementara itu Bella hanya menatap Candra yang sudah asyik memakan masakan mama Belina dengan pandangan sebal. Ia juga menatap Kalila sekilas dengan pandangan keki dan ...cemburu.

Kalau dilihat dari kacamata dewa asmara, Bella cemburu kepada Lila yang ia sudah tahu bahwa itu adalah adik tiri atasannya. Kepada Bella, Candra memang tidak menyembunyikan hal itu.

"Kamu gak jadi habisin makanan yang aku bawa, Can?" tanya Bella sebal. Candra menggeleng.

"Gue udah kenyang, Lo aja yang makan."

Bella menatap Candra dengan pandangan kecewa tapi ia tetap menghabiskan makanan yang baru setengah dimakan oleh Candra karena makanan yang Lila bawa.

Kalila hanya melengos, kalau saja Bella tahu, ia juga terpaksa membawa bekal buatan mamanya itu untuk Candra.

Gak usah cemburu gitu dong, aku juga terpaksa kok! Dengus Lila dalam hati sambil membalas tatapan tajam Bella yang ditujukan ke arahnya.

1
🎀evalidya 🆁🅰🅹🅰 ❀∂Я
selalu semangat kakak, Tuhan memberkati dgn kebahagiaan dan kesabaran....
july: makasih kakak
total 1 replies
moominRJ
Lanjutt kaa😍
moominRJ
Hahaa bner tuh ka mamam tuh gengsi🤣
moominRJ
Awas la hati2 nanti demit gondrong ganteng ngegrayangin kmu lagi😁
moominRJ
Makasihh ka up nya🥰
moominRJ
Wahhh wahh bisa2nya si gondrong memanfaatkan moment🤭
Yayang Coedil
nahlhoooo.........!!!!!
Susi Lawati
bagus juga cerita nya
🎀evalidya 🆁🅰🅹🅰 ❀∂Я
pokoknya the best kalo kak Julies, si ceo gondrong 🤗🤗🤗🤗
july: hihihi
total 1 replies
Reni Anjarwani
lanjut thor
moominRJ
Smngatt kaka mksih up nyaa🥰
moominRJ
Wah lila hati2 bucin sma keong racun🤣
moominRJ
Candra omesss🤣
moominRJ
Posesif sekalih anda bpa candra😁
moominRJ
Makanya bella ngaca sadar diri jg cuma sekertaris ko kya bos ngatur2
moominRJ
Makasih up nya kaka🥰
moominRJ
Posesif amat pak🤭
Reni Anjarwani
semanggat up terus kak karyanya bagus
lyani
nah kan siap2 kau bel
lyani
bukannya takut ketahuan kamu bel
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!