Seorang detektif muda tiba-tiba bisa melihat arwah dan diminta mereka untuk menyelesaikan misteri kematian yang janggal.
Darrenka Wijaya, detektif muda yang cerdas namun ceroboh, hampir kehilangan nyawanya saat menangani kasus pembunuh berantai. Saat sadar dari koma, ia mendapati dirinya memiliki kemampuan melihat arwah—arwah yang memohon bantuannya untuk mengungkap kebenaran kematian mereka. Kini, bersama dua rekannya di tim detektif, Darrenka harus memecahkan kasus pembunuhan yang menghubungkan dua dunia: dunia manusia dan dunia arwah.
Namun, bagaimana jika musuh yang mereka hadapi adalah manusia keji yang sanggup menyeret mereka ke dalam bahaya mematikan? Akankah mereka tetap membantu para arwah, atau memilih mundur demi keselamatan mereka sendiri?
Update setiap hari,jangan lupa like dan komen
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadinachomilk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 17 MAYAT SIAPA?
Darren,Gavin,Selina serta anak kecil itu keluar dari ruang persidangan,mereka duduk di kuris depan ruang persidangan menunggu untuk sidang lanjutan.
"Apa menurut kalian andre bakal tertangkap"tanya Gavin ragu.
"Andre tidak mudah ditangkap karena masalah ini apalagi dia sudah mengkambing hitamkan adik iparnya"jelas Darren sambil bersandar di kursi.
Suasana hening,hingga handphone milih Darren berbunyi. Ada telepon masuk dari nomor milik Jena.
"Hallo,jen ada apa?"
"Ren lo bisa sekarang ke rumah sakit ga"
"Ada apa Jen?"Darren agak khawatir.
"Segera Ren,ini penting sekali. Kayaknya ini menyangkut hantu anak kecil itu"
"Baik gue segera kesana,tunggu gue Jen"
"Cepetan Ren gak pakek lama"
Tutt,telepon dimatikan secara sepihak.
"Ada apa Ren?"tanya Gavin khawatir.
"Gue mau ke rumah sakit kayaknya ada yang penting" Darren bergegas pergi keluar dari gedung persidangan melangkahkan kakinya dengan cepat.
Mobil hitam yang tadi dipakai oleh dirinya dan yang lain segera ia naiki,lalu mobil itu melaju cepat keluar dari parkiran gedung persidangan. Di perjalanan menuju rumah sakit Darren masi bingung dengan yang diucapkan oleh Jena,hingga tiba tiba suasana mendadak membuat bulu kuduknya merinding. Dan ya anak kecil dengan muka setengah gosong muncul lagi tepat di samping Darren.
"Halo kak"
"Ada apa kamu kesini lagi?apa ada yang mau kamu sampaikan"
"Tidak ada,kakak nanti bakal ketemu aku loh"kata anak itu sambil tersenyum.
"Dimana?"
Pertanyaan Darren tidak dijawab anak itu sudah menghilang entah kemana.
"Sial datang dan pergi seenaknya aja,mana tidak pernah membantu"umpat Darren kesal.
Darren melajukan mobil itu dengan kencang,hingga sampailah ia di depan rumah sakit khusus dokter forensik. Darren turun dari mobilnya dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah sakit ia menempelkan kartu kepolisiannya agar pintu itu terbuka,lalu ia bergegas mencari di mana Jena. Darren akhirnya bertemu dengan Jena,Jena segera mengajak Darren masuk untuk melihat mayat siapa disana.
Darren mengikuti langkah cepat Jena melewati lorong panjang yang dingin, bau formalin menusuk hidung. Lampu neon di atas kepalanya berkelip redup, menambah suasana mencekam. Mereka berhenti di depan sebuah ruang berlabel "Identifikasi Forensik".
Jena membuka pintu, lalu mempersilakan Darren masuk. Di dalam ruangan itu, suasana begitu sunyi. Di tengah, ada sebuah meja autopsi dengan tubuh yang sudah ditutupi kain putih.
"Lo siap?" tanya Jena pelan, tatapannya serius.
Darren mengangguk meski jantungnya berdetak kencang. Perlahan, Jena menarik kain putih itu.
Darren langsung terdiam,napasnya tercekat.
Wajah kecil itu setengah gosong, kulitnya terbakar parah, tapi masih bisa terlihat jelas garis wajahnya. Tubuh mungil, rambut sedikit ikal dan sorot matanya dalam ingatan Darren persis sama.
"Itu apakah Laksmi,diiaaa mirip sekali dengan hantu anak kecil itu?"suara Darren bergetar matanya membelalak tak percaya.
Jena menatap tubuh kecil itu dengan ekspresi getir.
"Hasil pemeriksaan menunjukkan mayat ini meninggal sekitar beberapa bulan lalu. Ada bekas luka bakar yang luas, penyebab kematian utama kemungkinan asfiksia karena terjebak dalam kebakaran. Tapi ada hal lain..."
Darren menoleh cepat.
"Apa?"
"Laksmi ini sudah dinyatakan hilang oleh panti sejak hampir setahun lalu. Anehnya, catatan rumah sakit menyebutkan tubuh ini baru ditemukan tiga bulan lalu di lokasi bangunan terbakar yang ternyata milik Andre Corp"
"Loh bukannya Laksmi tinggal dikediaman Andre?"Gumam Darren yang masi didengar Jena.
"Gue masi bingung kenapa yang awal dia gagap tetapi kemarin gue mimpi dia lancar bicara dan hantu anak kecil itu juga lancar bicara"
"Apa mungkin itu beda waktu?"tanya Jena.
"Ga wajahnya masi persis di usia sekitar 8 tahunan"
"Apa Laksmi punya kembaran?
"Gue baru mau cari tau itu sama Selina dan Gavin"
"Gue bakal cari tahu anak ini lewat medis"
"Baik,gue mau lanjut ke persidangan sekalian gue mau interogasi Liora tentang Laksmi"
"Yaudah Ren,hati hati nanti kalau gue uda tahu sesuatu tentang anak ini. Bakal gue kabarin"
Darren mengangguk lalu meninggalkan Jena dan melangkahkan kakinya keluar dari rumah sakit khusus forensik itu. Ia berjalan cepat menuju mobil hitamnya,lalu melajukan mobil itu menuju ke gedung persidangan. Di perjalanan Darren masi bingung dengan anak kecil itu dalam hatinya ia memanggil pria berjubah agar membantunya.
"Hei pria berjubah katanya lo bakal bantu gue"batin Darren.
Tiba tiba suasana mendadak hening,lalu pria berjubah datang dan duduk dibelakang Darren dan menepuk pundak Darren pelan.
"Dorr"
Darren terkejut hampir menabrak pengendara di depannya,tetapi dengan kekuatan peria berjubah kecelakaan itu tidak terjadi.
"Lo gila ya gue lagi nyetir lo kagetin"Darren kesal yang di marahin hanya nyengir.
"Ngapain lo panggil gue yang lagi enak tidur siang" Pria berjubah itu yang bernama Rei menyenderkan kepalanya di sandaran kursi mobil.
"Ya lo katanya mau bantu gue, sampe sekarang gue juga kerja sama rekan gue bahkan semua yang handle Selina"Darren masi kesal.
"Hehhehe"
"Ketawa lo,sekarang bantu gue. Hantu anak kecil itu sebenernya satu orang atau dua orang"
"Maksut lo gimana?"
"Ya hantu anak kecil yang lo suruh bantu itu,punya kembaran ga"
"Ya lo tanya langsung kan bisa,kenapa harus sama gue?"
"Ya anak itu buat gue jengkel terus tiap ditanya ngilang,muncul muncul ngagetin"
"Lo harusnya bantu gue buruan,harusnya lo disisi gue tiap hari Rei"kesal Darren.
"Hantu anak kecil itu sebenernya punya kembaran"
"Terus kembarannya dimana,masi hidup?"
"Masih"
"Udah dulu gue dipanggil ketua"kata Rei lalu pergi seenaknya padahal Darren masi mau menanyakan sesuatu.
"Hiii geramnyee"Gumam Darren melihat tingkah makhluk halus itu yang seenak jidatnya datang dan pergi.
Darren segera melajukan mobilnya dengan cepat,hingga sampailah di depan gedung persidangan. Ia berjalan cepat siapa tau persidangan belum selesai.
"Darren"kata seorang yang tak lain adalah Gavin.
"Apa vin?gimana persidangannya udah selesai?"
"Udah, Andre ga bisa kita tangkap. Soalnya bukti yang diserahkan pengacara itu palsu"
"Udah gue duga, Andre itu kaya dia pasti nekan seseorang buat lindungin dia"
"Terus rencana lo gimana buat ungkap kematian anak kecil itu?"
"Kata si pria berjubah,Laksmi itu punya kembaran. Kembarannya masi hidup untungnya"
"Gue nanti mau kelapas mau tanya tanya sama Liora, oh ya dimana Selina?"Darren melihat sekeliling.
"Lagi beliin minum anak kecil itu,anak itu kita kasih ke panti milih ortu gue aja"Kata Darren.
"Aman ga disana?"
"Aman lah orang mama gue sering kesana buat lihat lihat"
"Ya gue kan cuman jaga jaga kasian dia sendirian kalau yang urus mama lo mah gue percaya"