Setelah kematian kedua orang tuanya, Farhana baru tahu jika mereka bukanlah orang tua kandungnya.
Mereka berdua meninggal akibat kecelakaan. Dan ternyata yang menabrak adalah putri kandungnya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Senggrong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SISWI BARU
Tuan Pratama, Bang Atta, dan Bang Reza menyusul Farhana ke SMA Unggulan.
"Selamat ya....Kamu sudah membuat Papa bangga, " ujar Tuan Pratama dengan antusias. Beliau sudah datang sedari tadi dan menyaksikan Farhana bertanding di babak final.
"Terima kasih Pa. Papa kok bisa ada disini? "
"Bagaimana mungkin Papa melewatkan hari spesial seperti ini. Meski hanya lihat sebagian sih."
"Benar apa yang dikatakan oleh Papa. Kami bangga pada, " kata Bang Atta menimpali.
Akhirnya Farhana pulang bersama Papa dan kedua abangnya. Sebelum pulang, Bu Firda memberitahu Farhana, Dzaki dan Kenzo bahwa besok mereka bisa istirahat di rumah dan tidak mengikuti pelajaran.
Dzaki dan Kenzo ikut mobil sekolah. Setibanya di sekolah Papa Dzaki yang juga kakek Cindy menunggunya di dalam mobil.
Tuan Arya Alatas sudah lama tidak bertemu Dzaki. Sejak Dzaki tinggal di apartemennya, dia sangat jarang tinggal dirumah.
Hari ini Tuan Arya sengaja menjemput Dzaki ke sekolah guna memintanya untuk pulang bersamanya.
Saat ini Tuan arya sudah berumur 65 tahun. Lima tahun lebih tua dari sang istri yang bernama Dania.
Tuan Arya dan Nyonya Dania memiliki tiga orang anak. Anak pertamanya bernama Amora. Usianya sudah menginjak 40 tahun. Suaminya Adam wicaksono berusia 43 tahun .
Amora dan Adam memiliki tiga orang anak. Cindy yang saat ini sudah berusia tujuh belas tahun. Alya putri kedua berusia 12 tahun. Sedangkan beni sebagai anak ketiga yang saat ini berusia 9 tahun.
Anak kedua tuan Arya dan Nyonya Dania bernama Muhammad Davin Alatas. Usianya 37 tahun. Istrinya Angel berusia 30 tahun. keduanya memiliki sepasang anak kembar lelaki perempuan yang berusia 8 tahun. Namanya Andra dan Andrea.
Selama ini Davin tinggal di luar Negri . Tempat dimana Angel dilahirkan.
Anak ketiga Tuan Arya dan Dania tentu saja Dzaki Ahmad Alatas. Usianya sama dengan Cindy hanya beda beberapa bulan.
"Kenapa Papa bisa ada disini?" tanya Dzaki heran.
"Memang tidak boleh?" kata Tuan Arya dengan kesal. Sudah capek-capek nunggu malah tanggapannya seperti itu . Siapa coba yang tidak akan kesal.
"Tumben saja."
"Mamamu kangen katanya sudah lama tidak pulang. Keponakanmu juga menanyakanmu. Mereka datang jauh-jauh malah Kamu tinggal."
"Kan sudah Aku bilang kalau sibuk. Ini juga baru pulang dari lomba."
"Lomba apaan? Kenapa tidak bilang-bilang sama kami, " ucap Tuan Alatas dengan kesal.
"Bukannya Cindy sudah bilang, " kata Dzaki heran.
"Kapan?" tanya Tuan Alatas sambil mencoba mengingatnya. Namun sayangnya ia tidak mengingat sama sekali.
"Dua minggu yang lalu kalau tidak salah."
"Maklum saja Papa sudah tua. Kalau begitu hasilnya bagaimana? apa Kamu mendapatkan juara? "
"Tidak, " jawab Dzaki dengan jujur.
"..... "
Tuan Alatas bingung mau mengatakan apa. Mau mengucapkan selamat, tetapi Dzaki tidak menang. Mau menghibur juga tidak mungkin. Selain Dzaki sudah besar, Dia tidak pandai menghibur. Ia hanya bisa mengalihkannya ke hal yang lain
"Sekarang Kamu harus ikut Papa pulang. Papa tidak terima penolakan," ucap Tuan Arya dengan tegas.
"Baiklah ." Mau tidak mau Dzaki pun harus ikut pulang bersama Tuan Arya Alatas.
Setibanya di rumah Dzaki langsung disambut si kembar dengan riang. Sudah seminggu ini Andra dan Andrea tinggal bersama Tuan Arya dan Nyonya Dania.
Mereka sendiri yang ngotot ingin tinggal bersama Tuan Arya dan nyonya Dania. Andrea dan Andra memaksa kedua orang tuanya untuk mengantar mereka ke kediaman Alatas .
Padahal saat itu Davin dan Angel masih sibuk dengan pekerjaanya. Jadi setelah mengantar si kembar mereka langsung kembali pulang ke negaranya. .
"Uncle!" panggil Andrea dengan nyaring. Gadis cilik itu berlari kearah Dzaki dengan riang. Kedua tangannya ia rentangkan agar sudah dipeluk.
"Hati- hati Rea," ucap Dzaki memberikan peringatan. Dengan patuh Andrea melambatkan langkahnya. Begitu sampai di depan Dzaki , Andrea langsung mengeluh dengan bibir mengerucut.
"Kenapa Uncle baru pulang? Kemana saja sih?"
"Uncle tidur di Apartemen," jawab Dzaki dengan jujur.
"Uncle tidak suka yah Kami tingal disini?" tanyanya dengan mata berkaca-kaca.
"Suka dong. Tapi Uncle memang sedang sibuk di sekolah. Pulangnya juga malam. Mau pulang malas juga capek. Jadi uncle tinggal di Apartemen, " jawab Dzaki beralasan. Mendengar jawaban Dzaki yang masuk akal, Andrea mulai riang kembali.
"Kenapa malah ngobrol di depan. Masuk dulu kenapa," tegur Nyonya Dania dengan lembut.
"Sorry Grandma," kata Andrea dengan kepala tertunduk karena merasa bersalah. Nyonya Dania langsung mengelus rambutnya dengan lembut.
"Grandma tidak marah sayang. Yuk masuk kedalam," ajak Nyonya Dania sambil menggandeng tangan Andrea. Kemudian menatap sang putra yang juga sedang menatapnya.
"Bagaimana kabarnya Mam," sapa Dzaki dengan tersenyum. Ia berjalan menghampiri sang mama kemudian memeluknya dengan sayang.
"Masih ingat punya Mama?"
"Maaf..."
"Sudahlah ayo masuk kedalam."
Dzaki menggandeng Nyonya Dania dan masuk kedalam rumah. Nyonya berjalan ditengah Andrea dan juga Dzaki. Tuan Arya saling tatap dengan Andra sebelum mengikuti mereka dari belakang.
Malam itu Dzaki tidur dikamarnya bersama Andra. Awalnya Andrea juga ngotot mau tidur bersama mereka. Namun langsung ditolak oleh Dzaki. Andrea sampai menangis dibuatnya. Meski begitu Dzaki tetap tidak memperbolehkannya .
Keesokan harinya ia tinggal seharian di rumah. Seperti yang sudah diberitahukan oleh Bu Firda. Dzaki dan Farhana tidak tahu jika saat mereka tidak ada , ada siswi baru yang masuk ke kelas mereka.
Wajahnya tak kalah cantik dengan Farhana. Ia duduk di tempat Farhana dan juga Dzaki duduk. Padahal sudah ada bangku tambahan untuknya.
Saat Farhana tiba di sekolah banyak yang menatap ke arahnya. Sebagian besar mereka tidak bertemu Farhana dihari pelaksanaan Olimpiade.
"Hallo Hana," sapa seorang kakak kelas dengan ramah.
'"Hai Kak."
"Selamat ya kaki Kamu sudah sembuh."
"Alhamdulillah...terima kasih doanya Kak."
"Bagaimana hasilnya?"
"Hasil apa Kak?"
"Olimpiade kemarin."
"Oh...alhamdulillah semuanya berjalan dengan lancar."
"Baguslah kalau begitu. Tapi kok ada gosip yang tidak sedap tentang Olimpiade kemarin."
"Gosip apaan?"
"Kamu tahu kan Salsa?"
"Tentu saja tahu. Dia salah satu kandidat yang masuk dalam tiga besar saat ujian. Memangnya kenapa dengan Salsa?"
"Kamu tidak tahu kalau dia masuk rumah sakit?"
"Tentu saja tahu. Bu Firda sudah memberitahukan kondisinya secara langsung saat pengumuman kemarin."
"Oh....bagaimana dengan Radit sama Dwi? Kamu tahu kabar mereka?"
"Katanya sih sakit perut. Mereka sempat telpon sebelum Kami berangkat . Kami juga dengan terpaksa memanggil Kenzo untuk menggantikan posisi mereka. Memangnya ada gosip apa sih Kak?"
"Katanya Kamu penyebab mereka sakit."
"Ha? Kok bisa?"
"Entahlah. Aku sendiri juga bingung dengernya. Tapi banyak juga yang percaya dengan gosip itu."
Farhana tersenyum kecil mendengarnya. Dia pun berterima kasih kepadanya karena sudah mau berbagi informasi dengannya. Kemudian Farhana melanjutkan langkahnya ke kelas .
Sambutan teman sekelas Farhana sangat meriah. Cindy sudah memberikan berita pada teman-temannya jika Farhana berhasil memenangkan juara pertama.
"Selamat ya Han.... Sekarang Kamu sudah bisa berjalan tanpa alat bantu lagi. Kamu juga berhasil memenangkan Olimpiade dengan nilai yang sangat mengagumkan. Kamu tidak hanya mengharumkan nama kelas Kita tapi juga sekolah Kita," ucap ketua kelas mewakili teman-temannya yang lain.
"Itu juga berkat doa teman-teman semua," kata Farhana dengan rendah hati. Meski sudah mendapatkan penghargaan namun tidak membuat Farhana menjadi sombong .
Setelah itu Farhana melangkah ke tempat yang biasa ia duduki . Ternyata tempat itu sudah ada yang menempati. Farhana hanya bisa menatap dengan bingung. Kalau tempatnya sudah ditempati , dia akan duduk dimana?
Tiba-tiba pandangannya jatuh pada meja yang ada di belakang sendiri. Meja itu tidak hanya ada satu tapi juga tanpa kursi . Mungkin karena belum ada yang tahu jika Farhana sudah sembuh jadi meja itu dikhususkan untuknya.
"Maaf Kami belum tahu jika kakimu sudah sembuh, " kata Ketua kelas dengan rasa bersalah di wajahnya.
"Oh... tidak masalah. Saya malah berterima kasih karena sudah disiapkan mejanya. Untuk kursinya biar Aku sendiri yang ambil dari gudang."
"Apa mau Aku bantu? "
"Tidak perlu. Terimakasih. "
"Baiklah kalau begitu. Kalau butuh sesuatu bilang saja. "
"Oke."
Farhana pun langsung melangkah ke sana. Kemudian meletakkan tas yang ia bawa ke atas meja. Lalu keluar dari kelas untuk mencari kursi di gudang.
Saat itu Cindy dan Dzaki belum datang. Reaksi Dzaki juga hampir sama dengan Farhana. Namun saat ia akan keluar dari kelas, siswi baru yang menempati tempat Farhana memanggilnya dengan manja.
"Dzaki......."
dia khilngn ortunya jg krna slah dia sndri,kl skrng mnysal ya wjar sih..
tp mnimal ikhlas aja,trs hdp lbh baik d msa dpn....
berlian kah atw jimat????🤔🤔🤔...
bpkmu lupa kl dia msih pnya ank yg lain slain hana.....🤣🤣🤣