NovelToon NovelToon
The Legend Of The Shadow Eater

The Legend Of The Shadow Eater

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Kutukan / TKP / Hantu
Popularitas:483
Nilai: 5
Nama Author: Senara Rain

Bagi Lira, Yash adalah mimpi buruk. Lelaki itu menyimpan rahasia kelam tentang masa lalunya, tentang darah dan cinta yang pernah dihancurkan. Namun anehnya, semakin Lira menolak, semakin dekat Yash mendekat, seolah tak pernah memberi ruang untuk bernapas.
Yang tak Lira tahu, di dalam dirinya tersimpan cahaya—kunci gerbang antara manusia dan dunia roh. Dan Yash, pria yang ia benci sekaligus tak bisa dihindari, adalah satu-satunya yang mampu melindunginya… atau justru menghancurkannya sekali lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senara Rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9

Di dalam rumah kayu itu, Yash masih terbaring lemah di tikar. Nafasnya berat, keringat dingin membasahi pelipisnya. Racun siluman buaya memang sudah mulai ditangkal oleh ramuan Pak Merta, tapi tubuhnya masih gemetar, tenaga belum kembali.

Tiba-tiba telinganya menangkap samar—teriakan. Suara yang sangat dikenalnya. “Liraa!!”

Mata Yash seketika terbuka lebar. Dada yang tadi terasa berat kini dipaksa bergerak. Ia menggertakkan giginya, mencoba bangkit meski tubuhnya bergetar hebat.

“Jangan!” Pak Merta buru-buru menahan bahunya. “Kau belum pulih. Racun itu masih menggerogoti tubuhmu. Kalau memaksa—”

“Aku tak peduli!” Yash memotong, suaranya serak tapi penuh tekad. Ia menepis tangan Pak Merta dengan sisa tenaga. “Itu Lira. Dia… dalam bahaya.”

Tubuh Yash terhuyung ketika racun yang tadi ia hisap dari leher Lira menyebar ke dalam dirinya. Wujud manusianya mulai bergetar samar, seolah bayangan-bayangan yang membentuk tubuhnya tercerai-berai. Urat hitam menjalar di sepanjang lengannya, bukan seperti darah, tapi retakan energi yang berdenyut.

Pak Merta menatap tajam, mengerti apa yang sedang terjadi.

“Itu bukan sekadar racun… racun siluman buaya mencemari roh bayanganmu. Jika kau memaksakan diri, tubuhmu bisa hancur!”

Yash menggertakkan gigi. Nafasnya berat, suara parau keluar di sela bibirnya. “Aku tidak bisa diam… kalau aku berhenti, dia bisa mati.”

Dalam sekejap, bayangan di sekitar tubuh Yash bergetar hebat, lalu menyerap kembali ke dalam dirinya. Seperti kabut hitam yang ditelan paksa. Perlahan, retakan hitam di tubuhnya mereda—tanda ia memulihkan diri dengan kekuatan Lelepah. Tapi wajahnya tetap pucat, matanya merah berkilat, jelas belum pulih sepenuhnya.

Pak Merta menatapnya dalam-dalam, lalu meletakkan telapak tangan di dada Yash. “Kau masih bisa pulih. Tapi dengar baik-baik, Yash… untuk menetralkan racun itu, kau harus menyerap satu bayangan segar. Hanya itu cara agar kekuatanmu kembali utuh.”

Mata Yash berkilat merah, rahangnya mengeras.

“Bayangan siapa pun…?”

Pak Merta mengangguk berat. “Pilih dengan bijak. Jangan sampai kau lupa siapa dirimu.”

Belum sempat Pak Merta menahan, Yash sudah bangkit. Bayangan di sekitarnya berkumpul kembali ke tubuhnya, menutup retakan hitam itu meski belum sepenuhnya hilang. Nafasnya tersengal, tapi ia memaksa berdiri.

Lalu suara teriakan Lira menembus udara pagi—panik, penuh ketakutan.

Wajah Yash menegang. “Lira.”

Tanpa pikir panjang, ia menoleh ke arah jendela, dan tubuhnya lenyap bersama tarikan bayangan yang membawanya keluar. Pak Merta hanya bisa menghela napas dalam, wajahnya suram.

...

Cengkeraman kasar itu menghantam leher Lira yang masih terbalut perban. Napasnya langsung terputus, matanya membelalak. Genderuwo itu mengangkatnya tinggi-tinggi, tubuh Lira tergantung seperti boneka rapuh.

“Kau… milik kami!” geram makhluk itu, suaranya menggeram seperti batu digerus.

Lira meronta, tangannya gemetar mencari-cari belati di pinggangnya. Dengan sekuat tenaga, ia berhasil mencabutnya dan menusuk tangan makhluk itu.

“Arrghhh!” Genderuwo meraung, tapi bukannya melepaskan, ia justru mendorong tubuh Lira dengan kasar.

Tubuh Lira terhempas ke belakang—dan bersama monster itu, ia terjerembab ke lautan. Air asin masuk ke mulut Lira. Ia meronta, tapi cengkeraman genderuwo di lehernya terlalu kuat. Tenggorokannya yang masih diperban terasa perih, seperti disayat dari dalam. Astaga… kumohon, tidak lagi… aku hanya ingin pulang… batinnya lirih.

Air mendesak masuk ke paru-paru Lira. Genderuwo itu menekan lehernya semakin kuat, hingga pandangannya berkunang-kunang. Tangannya meraih apa saja, tapi tubuhnya semakin lemah.

Tiba-tiba, sebuah hentakan keras dari dalam air memisahkan mereka. Yash—muncul, matanya menyala redup, menendang makhluk itu hingga terhuyung. Dengan sisa tenaga, ia berhasil meraih lengan genderuwo dan memaksa cengkeramannya terlepas dari leher Lira.

Tubuh Lira terhempas, melayang bebas di air gelap. Matanya yang setengah terbuka melihat siluet samar Yash berenang ke arahnya. Namun racun, perban yang terlepas, dan rasa sesak bercampur menjadi satu. Kesadarannya runtuh. Pandangan terakhirnya hanyalah kilau perak di mata Yash, lalu semuanya gelap.

Sementara itu, tubuh Yash bergetar. Racun buaya di dalam nadinya kembali mengamuk, hampir melumpuhkan semua ototnya. Ia menoleh ke dermaga—bayangan panjang Kai jelas terpantul di permukaan air.

Yash menggertakkan gigi. Tangan kirinya menggenggam Lira yang tak sadarkan diri, tangan kanannya terulur ke arah bayangan itu.

“Maaf...”

Bayangan hitam itu tersedot deras ke bawah laut, berputar liar sebelum menancap masuk ke tubuh Yash. Laut beriak hebat, seolah ikut menjerit. Dari kejauhan, di atas dermaga, tubuh Kai mendadak kaku. Matanya membelalak, napas tercekat—lalu ia jatuh berlutut, kehilangan nyawa seiring bayangannya lenyap.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!