Laura Vince Claudia seorang Queen Mafia yang telah lama vacum karena ingin bertobat dan menjalani hidup normal seperti gadis lainnya. Laura kini menjalani hidup dengan bekerja sebagai seorang pelayan cafe.
Lucas Alistair Eezar seorang King Mafia dari Klan Shadowy Angel. Generasi penerus keempat setelah pemimpin sebelumnya meninggal dunia karena sakit.
Malam itu, Lucas tertembak oleh musuhnya dan sekarat di depan pintu cafe yang telah tutup. Laura yang pulang paling akhir menemukan keberadaan Lucas, lantas menolongnya serta memberi tumpangan tinggal sementara.
Lucius Alaric Eezar seorang CEO yang sedang melarikan diri karena menolak bertanggung jawab atas penjebakan seorang gadis yang terobsesi dengannya.
Lucius tidak sengaja menabrak Laura yang menyeberang jalan tanpa menoleh. Laura yang sejak menolong Lucas sudah jatuh cinta, akhirnya menyatakan perasaannya pada Lucius yang dianggap pria yang pernah ditolongnya dulu.
Bagaimana kelanjutan kisah cinta ini?
UPDATE SETIAP HARI.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misi Menyelamatkan Lucius
"Tidak, aku tidak mencintaimu Lucas..."
Brak
"APA? berani kamu menolakku?"
"Astaga, dia sudah gila ternyata. Kapan aku menolaknya." Ucap santai Laura, masih melanjutkan menyantap makanannya.
Sementara, Lucas sudah berapi-api. Detak jantungnya berdebar tak karuan. Sorot matanya tajam, tapi ada sendu yang berusaha dia sembunyikan.
"Makan dulu, emosi butuh energi."
"Kenapa kamu menolakku, apa kekuranganku. Padahal banyak gadis tergila-gila. Seperti Lisya yang mengejar Lucius sampai mengorbankan harga dirinya sendiri. Membuat dia hamil tanpa pasangan. Dan berani kamu menolak pesonaku?"
"Diam, aku tidak menyukai pria lemah yang suka banyak bicara. Tong kosong nyaring bunyinya. Duduk dan makan." Ucap datar Laura.
"Ayo Lucas, kita makan dulu. Karena setelah kita sampai Jakarta, tidak akan ada waktu untuk bersantai. Pertempuran ini akan panjang. Jangan biarkan hati dan perasaanmu membuat kamu semakin terlihat lemah. Laura mencintaimu, bahkan sebelum hari ini dia sudah menganggapmu kekasihnya. Aku menjadi saksi saat dia sedih mendengar kamu menghamili Lisya."
"Itu hanya salah paham, Kek. Yang menghamili Lisya adalah Lucius. Aku hanya datang menyelidiki kasusnya..."
"Dan itulah kesalahanmu, untuk apa kamu datang ke Surabaya jika hanya dari Jakarta kamu bisa mencari informasi tentang kebenaran Lisya. Kami bukan meremehkanmu, atau merendahkan. Tapi sebagai pemimpin Klan bukankah seharusnya kamu mampu update kemampuanmu?"
Jleebbb...
Ucapan Kakek Jauhar membuat Lucas kena mental, tajam sekali. Benar, selama ini Lucas akui tidak pernah lagi mencari ilmu atau memperbarui ilmu yang dimilikinya. Kemampuan meretasnya masih di bawah Dom apalagi Max yang paling hebat untuk urusan seperti itu. Lucas terlalu sibuk dengan Perusahaan sejak Kakek dan Buyutnya meninggal.
Lucas terdiam, dia merasa rendah di hadapan Laura. Pelayan cafe yang dia kira hanya perempuan biasa yang tidak tahu apa-apa, nyatanya adalah wanita luar biasa yang bahkan membuatnya segan. Kini dia malu dengan pernyataan cintanya, apalagi Laura nampak biasa. Wajah Laura tetap datar dan dingin tidak terlihat ada ketertarikan.
Tanpa Lucas tahu, jika Laura pandai menyimpan perasaannya. Laura pandai bermain ekspresi, yang merupakan keahliannya. Lucas tidak bisa membaca pikiran Laura karena ekspresi Laura selalu datar dengan sorot mata tajam.
"Jadi, sudah paham sekarang kan? Bukan waktunya bicara soal cinta. Ayo kita buat strategi untuk menghancurkan Klan yang sangat meresahkan."
Mereka bertiga menyusun strategi dan membaca kelemahan musuh yang kemungkinan bisa mereka gunakan sebagai senjata. Setelah merasa kenyang, mereka melanjutkan perjalanan kurang lebih 5 jam lagi hingga sampai markas musuh.
Sementara itu di sebuah gudang, Lucius masih diikat dengan rantai. Pria kembaran Lucas itu pingsan setelah sebelumnya disiksa oleh mereka.
Byuurrr...
Lucius disiram dengan air es, seketika kedua matanya terbuka. Tubuh penuh luka, kepala juga yang terluka itu terasa perih. Tapi Lucius tidak bisa berteriak, lantaran mulutnya ditutup dengan lakban.
"Ternyata kemampuan pemimpin Klan Shadowy Angel hanya segini saja. Cuiihhh... Aku pikir kamu sehebat yang mereka perbincangkan." Ucap seorang pria.
"Papa, pasti akan bangga padaku. Aku bisa dengan mudah menaklukkannya. Andai sejak dulu, Papa percaya dengan kemampuanku. Pasti Klan Dead Forest, sudah menjadi penguasa dunia. Tapi, Papa terlalu meremehkan kemampuanku." Ucap seorang pria berusia 30 tahun yang bernama Simon Chandra.
"Tuan, kenapa tidak kita bunuh langsung?" Tanya anak buah Simon.
"Tidak, dia akan aku jadikan budak setiaku. Dunia harus tahu jika Simon telah berhasil melumpuhkan kekuasaan Lucas. Bukankah itu seru?" Ucap Simon sombong tapi bodoh.
"Lalu, bagaimana jika ada yang balas dendam pada kita? Bukankah Queen masih hidup? Dan Lucas juga punya kembaran di Surabaya."
"Mereka tidak akan berani melakukannya."
"Tuan, sebaiknya Anda tetap waspada. Karena Queen bukan wanita sembarangan, dia akan menjadi singa betina jika tahu anaknya kita siksa. Lebih baik, cepat bunuh dan hilangkan jejak. Daripada terlihat oleh mereka dan memancing keributan besar. Tuan besar tidak akan senang, jika Anda melakukan kecerobohan lagi." Nasehat dari tangan kanan Simon.
"Sudahlah Jack, kamu tidak perlu ikut campur urusanku. Sekarang ambilkan air dingin cuka ditambah garam, dan siramkan dari atas kepalanya. Biar saja luka itu membusuk." Ucap Simon merasa telah menang.
Jack melaksanakan perintah, dia mengambil air yang diberi es batu lalu dicampurkan cuka dan garam. Lalu Jack mengguyur kepala Lucius.
Karena mulutnya dibungkam, Lucius tidak bisa menjerit. Dan karena rasa perih teramat sakit, Lucius kembali tak sadarkan diri. Tubuh kembaran Lucas itu membiru karena kedinginan.
Setelah melihat Lucius pingsan lagi, Simon pergi keluar dari gudang. Dia yang merasa senang lantas pergi ke club malam untuk bersenang-senang dengan para pelacur.
Jam menunjukkan pukul 1 siang, rombongan Laura tiba di Jakarta. Tanpa menunggu lagi, Laura menginjak pedal gas menuju ke suatu tempat yang berlawanan arah dari markas milik Klan Dead Forest.
"Kenapa kita ke arah lain, apa kamu tidak tahu jika markas mereka ada di utara?" Tanya Lucas tersenyum meremehkan Laura.
"Sebaiknya kamu diam saja, Lucas." Ucap Laura terdengar sangat datar.
"Siapkan saja tenaga dan pikiranmu, kita akan melakukan pertempuran seru."
"Laura, apa kamu yakin dengan yang sedang kamu lakukan ini. Kakek hanya tidak ingin kamu terluka, karena kamu satu-satunya harapan untuk masa depan bahagia." Ucap Kakek Jauhar menatap khawatir.
"Jangan remehkan aku." Ucap Laura.
Mobil yang ditumpangi mereka tiba di ujung jalan menunu gudang tua terbengkalai di pinggiran kota.
"Turun, kita masuk sekarang juga. Aku sudah menyelidiki, jika Simon senang pergi ke club malam. Pasti jam segini dia masih tidur dengan pelacur yang disewanya. Dan lihat keamanan mereka lengah."
"Kamu tidak bawa senjata, Laura?" Tanya Lucas merasa heran dengan perempuan bertubuh sexy tapi dingin.
"Ada, hanya shuriken." Jawab Laura.
"pilih senjata yang kamu mau, aku sudah menyiapkannya di tas ransel milikku di bagasi belakang."
"Kakek, tangan kosong atau perlu senjata juga?" Tanya Laura menatap pria tua di hadapannya itu.
"Tangan kosong, sudah lama Kakek tidak olah raga." Jawab Kakek.
Karena Laura dan Kakeknya hanya dengan tangan kosong. Lucas merasa malu jika ingin mengambil senapan. Akhirnya dia mengikuti tangan kosong.
"Ayo kita masuk, berpencar dan jangan pancing keributan. Usahakan masuk tanpa suara, karena anak buah mereka sedang berkumpul di dalam."
Laura masuk lewat jalan atas, tubuh tinggi langsing dan sexy itu melompat ke atas pagar dan merayap di atas atap. Semua kamera cctv sudah Laura rusak tanpa sepengetahuan mereka semua.
Melihat bagaimana lincahnya calon istrinya, (biar saja Lucas menganggapnya begitu) bagaikan ninja hatori. Rasa cinta pada wanita itu semakin besar.
Shuuttt...
Braakkk...
Dari atap gudang, Laura melempar benda kecil runcing tepat di leher beberapa orang yang sedang asyik bermain kartu.
5 orang seketika tewas tanpa suara, kemudian Laura kembali mencari celah untuk turun dari atap.
Bruukkk...
Laura melompat dari atas.
Bersamaan dengan Lucas dan Kakek Jauhar yang masuk gudang itu.
Sebelumnya, Lucas menghajar beberapa anggota yang sedang duduk menjaga pintu. Tentu saja, mereka semua terkejut.
"Bukannya Lucas ada di dalam? Siapa dia?" Tanya salah satu anggota musuh yang ditugaskan berjaga.
Tidak mau membuang waktu, Lucas menghajar mereka semua tanpa ampun. 10 lawan 1 dan Lucas memenangkan pertarungan tanpa mendapatkan luka.
Kakek Jauhar tidak kalah hebat, pria itu masuk melalui pintu belakang yang juga dijaga ketat.
Bruukkk...
Kreekkk..
Kraakkk..
Semua habis dilibat oleh kekuatan Kakek Jauhar. Mata menyala semerah darah, membuat para anak buah Simon ketakutan.
"Di... Dia... Pemimpin Klan Red Eyes..." Ucap terbata salah satu anak buah Simon yang menghadapinya.
"Di mana pemimpin kalian semua? Meninggalkan tawanan dengan penjagaan seperti ini. Sangat ceroboh dan bodoh. Tapi selalu iri dengki dengan kejayaan kelompok lain. Bukannya instropeksi dan mengupgrade kekuatan, tapi sibuk mencari celah untuk melenyapkan saingan. Dan kalian akan jadi korban. Aku tidak akan membiarkan satu dari kalian semua bertahan hidup."
Wusshhh... Dengan gerakan lincah, Kakek Jauhar membunuh mereka tanpa menyentuh.
Kini Laura sudah berada di depan pintu tempat Lucius ditawan.
Braakkk...
Laura menendang pintu dengan satu kaki, dan terlihatlah Lucius dengan keadaan yang sangat mengenaskan.
"Astaga, apa dia masih hidup?" Laura mencoba menyentuh pipi Lucius tapi ditahan oleh tangan Lucas.
"Biar aku saja yang membangunkannya, jangan pernah menyentuh pria lain. Sekali pun itu kembaranku sendiri." Ucap datar Lucas menatap tajam.
"Astaga apa yang ada di dalam otakmu itu Lucas?" Laura membalas tatapan tak kalah tajam.
"Aku itu tipe pria pencemburu. Aku cemburu, karena kamu sangat memperhatikan keadaan Lucius daripada aku."
Aku jadi ngilu mbayanginnya