"Saingan? Lawanku Janda aja, aku udah MENANG!"
.
.
.
Gladys, merutuk habis kekasihnya yang ketahuan sedang berselingkuh di sebuah kamar hotel dengan seorang Janda beranak tiga.
Hati wanita mana yang tak sakit, terlebih ia sudah menerima pria itu sepaket dengan putrinya yang selama dua tahun ini selalau berusaha agar bisa diterima dengan baik sebagai ibu sambung.
.
.
.
"Dasar DUDA gak tahu diri. Lihat saja, akan ku pastikan penggantimu adalah BERONDONG TAJIR"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part #09
🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Kabar masuknya Sang Presiden Direktur ke Rumah sakit tentu tak hanya membuat panik keluarga, melainkan juga Asisten pribadi dan sekertarisnya yaitu Cita, wanita berstatus Janda satu anak itu terus berdoa dalam hati dengan sangat tulus meminta kesembuhan atas penyakit Jantung yang di derita Bos besarnya itu, bukan tanpa alasan, karna Cita selalu mengingat setiap kebaikan yang di terimanya bukan hanya sekali tapi berkali-kali.
"Kenapa sih, kak?" tanya Erica yang peka akan ekspresi wajah sang kakak.
"Gak apa apa," sahut Cita sambil menggeleng pelan.
Erica tentu tak begitu saja percaya, ia desak wanita yang umurnya hanya selisih tiga tahun lebih tua itu agar mau bercerita, karna yang Erica takut ini menyangkut tentang keponakannya yang memang ikut sang mantan suami Cita.
"PresDir masuk Rumah sakit lagi, Er. Aku tuh selalu takut kalau denger kabar ini," terang Cita, wajar saja karna hal ini tak boleh banyak oranh yang tahu termasuk para karyawan di kantor, jadi biasanya ia akan memendam rasa khawatirnya itu seorang diri.
"Ya ampun, sering banget ya. Kita berdoa aja, moga cepet sembuh."
Cita menggeleng kan Kepalanya dan itu membuat Erica kembali melempar tanya yang sama seperti di awal ia menaruh rasa penasaran, " Kenapa?"
"Sakit jantung itu gak akan sembuh, Er. Katanya sih gitu, meski obat gak putus putus bahkan sampai seumur hidup. Cuma keajaiban yang bisa nyembuhin Pak PresDir," jawab Cita.
"Padahal masih muda ya, Kak. Aku pernah liat sekali dulu, dulu banget. Masih Ganteng dan gagah berwibawa," puji Erica.
"Liat dimana? ngaco!" balas Cita tak percaya.
"Hehe, di berita, Kak. Tapi aku lupa tentang apa."
.
.
.
Tiga hari sudah Papih Lintang terbaring lemas di atas ranjang pasien dengan beberapa alat di bagian dadanya, termasuk selang oksigen di bagian hidung dan selang infus di punggung tangannya.
Ia sadar dan masih bisa merespon, selalu ada senyum saat sang istri masih bicara hal apapun padanya.
"Ayo pulang, Pih, aku gak betah disini. Jangan lama lama, siang ini pulang ya," Mohon Mamih Rinjani merengek.
Hanya itu yang bisa ia lakukan untuk pria tercintanya. Ia tahu, Papih Lintang akan berusaha sembuh hanya demi mengabulkan maunya sang istri untuk pulang ke rumah utama.
Papih Lintang hanya mengangguk pelan, ia terus mencoba menguatkan juga genggaman tangannya pada tangan Rinjani yang ia rasa tak pernah lepas darinya.
"Jangan cuma angguk angguk aja, Ih."
Mamih Rinjani yang kesal menolah saat bahunya terasa di sentuh oleh tangan seseorang.
"Dari mana sih, Kai?" tanya wanita bergelar ibu itu pada semata wayangnya .
"Dari rumah, Mih," sahut Kai, ia lalu meraih tangan Sang Mamih untuk di cium takzim punggungnya.
"Dari tadi masih di rumah? Mamih udah teleponin kamu dari subuh, ngapain aja sih, Kai?" tanya ulang mamih Rinjani dengan gemas.
"Tidur, Mih. Tugas kuliahku banyak banget loh."
Jika sudah menyangkut pendidikan yang memang sedang di jalani sang putra, Mamih Rinjani tak akan berani mengomel panjang lebar, karna ia yang jauh lebih dulu merasakan penatnya menjadi mahasiswa.
"Kapan pulang, Pih?" tanya Kai.
"Hari ini, pokonya hari ini! Kalau Papih gak pulang hari ini, Kai yang akan gantiin." tegas Mamih Rinjani
"Waduh, berat ini, Mih. Berar banget!"
"Kenapa?"'
.
.
.
Aku belum KAWIN .