Sean Montgomery Anak tunggal dan pewaris satu-satunya dari pasangan Florence Montgomery dan mendiang James Montgomery yang terpaksa menikahi Ariana atas perintah ayahnya. Tiga tahun membina rumah tangga tidak juga menumbuhkan benih-benih cinta di hati Sean ditambah Florence yang semakin menunjukkan ketidak sukaannya pada Ariana setelah kematian suaminya. Kehadiran sosok Clarissa dalam keluarga Montgomery semakin menguatkan tekat Florence untuk menyingkirkan Ariana yang dianggap tidak setara dan tidak layak menjadi anggota keluarga Montgomery. Bagaimana Ariana akan menemukan dirinya kembali setelah Sean sudah bulat menceraikannya? Di tengah badai itu Ariana menemukan dirinya sedang mengandung, namun bayi dalam kandungannya juga tidak membuat Sean menahannya untuk tidak pergi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Demar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Satu Langkah di Depan
Langkah sepatu kulit bergema, berat, tenang dan penuh kepastian. Sean Montgomery masuk tanpa tergesa, jas hitamnya jatuh di bahu dengan sempurna, begitu juga dengan dasinya yang terikat rapi tanpa cela.
Florence menegakkan punggung. “Akhirnya kau datang.”
Sean tidak menjawab. Ia hanya menarik kursi di sisi meja, duduk tanpa sedikit pun mengalihkan pandangannya dari ibunya.
“Sean,” suara Florence kali ini lebih personal, seperti seorang ibu yang memberi nasihat terakhir, “sudahkah kau memikirkan saran Mama…? Tidak ada cara lain yang lebih terhormat untuk memperkuat nama Montgomery selain menikah dengan Clarissa.” katanya seolah sudah memberi nasehat besar sebelumnya.
Clarissa yang duduk di sisi Florence menunduk sedikit, bibirnya tersungging senyum manis, pura-pura malu namun jelas penuh harap.
Sean berkata tegas tanpa memandang Florence atau pun Clarissa. “Sudah kukatakan sebelumnya Mama, sekali tidak tetap tidak. Aku tidak suka diatur dan aku tidak butuh siapa pun untuk menopang tubuhku. Saya, Sean Montgomery bisa berdiri sendiri tanpa sokongan siapa pun termasuk Mama.”
Florence mendengus pelan. “Rupanya kau terlalu percaya diri.”
Florence mengangkat dagunya tinggi, “Para pemegang saham yang terhormat,” suaranya bergema, tenang namun menusuk. “Hari ini saya Florence Montgomery, atas nama keluarga resmi mengusulkan pelengseran Sean Montgomery dari kursi pimpinan eksekutif.”
Suara lirih bergulir, beberapa eksekutif saling berbisik gelisah. Florence melanjutkan tanpa memberi ruang untuk bantahan.
“Perusahaan ini terlalu besar untuk dipertaruhkan pada ambisi satu pria yang tak bisa mengendalikan emosinya. Montgomery Corp butuh kepemimpinan yang stabil, bijaksana, dan loyal pada keluarga. Saya sudah memikirkan hal ini matang-matang. Mulai hari ini, Sean Montgomery akan saya gantikan dalam kedudukan eksekutif utama.”
Sebelum ketegangan makin memuncak, pintu terbuka lagi. Jonash masuk, membungkuk sedikit lalu berjalan maju dengan tenang dengan map hitam bersegel di tangan.
“Permisi, Tuan. Saya kira ini waktu yang tepat.”
Florence mengerutkan dahi. “Apa lagi ini?”
Jonash tidak menjawab Florence. Ia hanya menyerahkan map itu langsung ke Sean, lalu berdiri di sampingnya. Sean membuka map perlahan, lalu menyebarkan dokumen ke meja. Lembar-lembar saham, tanda tangan, dan cap hukum berderet rapi.
“Montgomery Corp berdiri atas kepemilikan,” suara Sean terdengar tenang tapi tajam, “39 persen dipegang Florence Montgomery, 39 persen di tanganku, tujuh persen sisanya tersebar ke minoritas.”
Ia berhenti sebentar, lalu matanya menyapu para eksekutif. “Namun kini ada tambahan 15 persen atas nama… Mr. X.”
Ruangan mendadak sunyi. Beberapa direktur menunduk, ada yang saling berbisik gugup.
Sean meraih selembar dokumen, lalu menjatuhkannya tepat di depan ibunya. “Saham atas nama Mr. X itu milikku…”
Sean menatap para pemegang saham yang hadir di ruang meeting. “Kini total saham Sean Montgomery senilai 54 persen, yang artinya saya berhak mengambil keputusan tanpa campur tangan siapa pun termasuk Ibu Florence yang terhormat.”
Florence terbelalak. Wajahnya yang biasanya tenang kini memucat.
“Kau…” suaranya tercekat, “…kau tega melakukan ini pada Mama-mu sendiri?”
Sean bersandar di kursinya, jemarinya mengetuk pelan meja mahoni. “Aku hanya belajar dari guru terbaik, Ma. Sejak kecil, Mama mengajarkan padaku bahwa keluarga ini hanya bisa bertahan kalau kita pandai memimpin permainan. Aku hanya… melaksanakan apa yang sudah Mama ajarkan padaku. Apa aku salah?”
Diam-diam selama bertahun-tahun, Sean mengamankan saham melalui pihak ketiga. Diam bukan berarti ia menerima.
Florence mendadak berdiri, suaranya bergetar marah. “Sean! Kau menghancurkan kehormatan keluarga ini!”
Senyum tipis melintas di wajah Sean. “Bukan kehormatan, Ma. Aku menghancurkan belenggu yang kau pasang padaku.”
Clarissa segera maju, suaranya manis namun penuh racun. “Sean, kau salah mengerti. Tante Florence hanya ingin melindungimu. Kau tahu betapa beliau mencintaimu. Perusahaan ini butuh keutuhan keluarga, bukan perang di meja rapat.”
Ia menoleh ke para direktur, matanya bersinar penuh tipu daya. “Kita semua tahu Sean pria luar biasa. Jika ia bersedia menerima saran Tante Florence, pernikahan kami bisa menjadi jembatan emas. Bayangkan, dua keluarga besar bersatu… tidakkah itu indah?”
Beberapa eksekutif tampak terpengaruh, mengangguk kecil.
Sean menatap Clarissa lama, matanya dingin bagai baja. “Kau pandai bersilat lidah, Clarissa. Sayang sekali, aku tidak sedang membeli dongeng.”
Wajah Clarissa menegang, namun ia segera memulihkan senyum manisnya.
Sean menutup map dengan suara keras. “Mulai hari ini, keputusan tertinggi perusahaan ada padaku. Tidak ada lagi rapat yang dipimpin oleh Ibu Florence. Ini final!”
Florence terhuyung sedikit, tak percaya dengan kenyataan yang baru saja disaksikannya.
Sean berdiri, “Jika anda ingin mengeluarkanku dari daftar ahli waris Mama, silakan. Aku tidak butuh nama Montgomery untuk menjadi Montgomery.”
Ucapan itu menusuk ruangan, membuat Florence terpaku. Ia tidak menyangka putra yang ia besarkan akan berkata demikian. Sementara Clarissa menggenggam erat tangannya sendiri di bawah meja, menyembunyikan keguncangan hatinya. Semua siasatnya seakan hancur dalam sekejap.
Sean melangkah ke pintu, diikuti oleh Jonash di belakangnya.
Suara hentakan sepatu Sean menjauh, meninggalkan Florence yang gemetar, Clarissa yang terdiam, dan para direktur yang sadar bahwa hari itu, tatanan kekuasaan Montgomery Corp telah berubah selamanya. Tidak ada yang berani protes, semua orang tahu Sean Montgomery lebih berbahaya dari mendiang James dan juga Florence.
***
Ariana duduk di kursi rotan dekat jendela. Lampu kecil di atas nakas memantulkan cahaya kekuningan ke wajahnya. Di pelukannya, Ethan menyusu dengan tenang, kedua tangannya yang mungil mencengkeram erat kain jari telunjuk Mamanya.
Ariana membelai rambut hitam lembut anaknya, bibirnya tersenyum samar meski matanya masih basah oleh lelah. “Tidurlah Nak… Mama mencintaimu.”
“Mbak, aku nyalakan TV ya?!” ujar Risa memohon. Malam ini ia memberikan banyak alasan pada Bu Ajeng untuk menginap di rumah Ariana. Tidak ada alasan untuk menolak sebab besok adalah hari libur. Sejak ia melahirkan, gadis itu menghabiskan hampir seluruh waktu luangnya bermain dengan Ethan.
“Tapi ingat jangan terlalu dekat dengan layar oke.”
“Siap, Mbak.”
Begitu Risa menyalakan TV, suara penyiar berita langsung mengalun.
“…Breaking News, rapat eksekutif Montgomery Corp akhirnya diumumkan. Sean Montgomery kini sah sebagai pemimpin tertinggi dengan kepemilikan saham mayoritas. Masa depan perusahaan besar ini kini sepenuhnya berada di bawah kendali Sean Montgomery.”
“Dia keren banget ya Mbak?” Risa menoleh pada Ariana. Raut wajahnya menunjukkan kekaguman yang besar terhadap pria yang muncul di layar televisi.
Ariana menoleh sekilas, menatap layar televisi dari jauh. Gambar Sean yang dingin dan angkuh terpampang, jas hitamnya berkilau di bawah sorotan kamera.
Ia meraba dadanya, tidak ada perasaan asing selain turut bahagia melihat kesuksesan Sean. Mereka berdua berhak mendapatkan kebahagian masing-masing.
Ariana menunduk kecil, mencium kening Ethan dengan lembut. “Papamu berhasil mendapatkan apa yang dia impikan selama ini, kekuasaan. Mama nggak sedih lagi, Mama juga mendapatkan harta yang lebih berharga dari kekuasaan. Namanya Ethan Solomon.”
Sudut bibir Ethan naik sedikit, mendukung Mamanya untuk iklas pada masa lalu.
ayo gegas,cak cek sat set..Kejar apa yg pengen km dapatkan.
Jadilah pinter biar Ariana Luluh.
Ada Ethan yg akan menjadi penghubung,rendahkan egomu.
nikmati penyesalanmu 😁
biarkan sean merasakan sakit seperti apa yg kau rasakan dulu.😏