Aisyah yang mendampingi Ammar dari nol dan membantu ekonominya, malah wanita lain yang dia nikahi.
Aisyah yang enam tahun membantu Ammar sampai berpangkat dicampakkan saat calon mertuanya menginginkan menantu yang bergelar. Kecewa, karena Ammar tak membelanya justru menerima perjodohan itu, Aisyah memutuskan pergi ke kota lain.
Aisyah akhirnya diterima bekerja pada suatu perusahaan. Sebulan bekerja, dia baru tahu ternyata hamil anaknya Ammar.
CEO tempatnya bekerja menjadi simpatik dan penuh perhatian karena kasihan melihat dia hamil tanpa ada keluarga. Mereka menjadi dekat.
Saat usia sang anak berusia dua tahun, tanpa sengaja Aisyah kembali bertemu dengan Ammar. Pria itu terkejut melihat wajah anaknya Aisyah yang begitu mirip dengannya.
Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah Ammar akan mencari tahu siapa ayah dari anak Aisyah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Salah Sebut Nama
Papanya Mia mengulurkan tangannya. Ammar menyambutnya dengan tersenyum.
"Raihan Ammar Khalif bin Khalif, saya nikah dan kawinkan engkau dengan putri kandungku yang bernama Mia Cahyani dengan Mas kawin seperangkat perhiasan emas, dibayar Tunai!"
"Saya terima nikah dan kawinnya Aisyah Nabila binti Abdul dengan mas kawin tersebut. Di bayar tunai," ucap Ammar dengan sekali tarikan napas.
Semua tamu undangan terkejut dan heran mendengar nama pengantin wanita yang Ammar sebut.
Mama Rida langsung berdiri dari duduknya. Apa lagi tadi dia melihat mamanya Mia tampak cemberut.
"Ammar, kamu salah sebut nama. Kita ulangi lagi," ucap Penghulu.
Mama Rida langsung mendekati putranya dan berbisik, "Jangan buat malu mama!"
Ammar menarik napas dalam. Dia mengusap wajahnya dengan kasar. Merasa malu karena salah menyebut nama.
"Coba konsentrasi dan fokus. Kita ulangi lagi," ucap Penghulu itu.
Papanya Mia tak ada bersuara. Namun, dari raut wajahnya tampak kekecewaan. Tatapannya tajam seperti pedang yang akan menusuk dada.
"Raihan Ammar Khalif bin Khalif, saya nikah dan kawinkan engkau dengan putri kandungku yang bernama Mia Cahyani dengan Mas kawin seperangkat perhiasan emas, dibayar Tunai!"
"Saya terima nikah dan kawinnya Aisyah Nabila binti Abdul dengan mas kawin tersebut. Di bayar tunai!"
Sekali lagi Ammar salah menyebut nama. Hal itu membuat para tamu undangan tampak heboh. Mereka mempertanyakan siapa sebenarnya Aisyah itu, kenapa pengantin pria selalu menyebut namanya.
Mama Rida sudah tak bisa menahan emosi, begitu juga dengan mamanya Mia. Mereka berdua langsung menghampiri Ammar. Sedangkan Mia yang mendengar dari salah satu ruangan, menjadi malu dan sakit hati.
"Ammar, kamu sebenarnya niat nggak menikahi Mia?" tanya calon ibu mertuanya itu.
"Maaf, Tante." Hanya itu yang bisa Ammar katakan. Dia juga sangat malu. Kenapa otak dan bibirnya tak bisa diajak kerjasama. Kenapa nama Aisyah yang terus dia sebut.
"Jangan maaf, maaf saja. Kau sudah membuat mama malu," ucap Mama Rida dengan penuh penekanan.
"Ibu Rida, saya yang lebih malu di sini. Sudah dua kali Ammar salah menyebut nama. Para tamu undangan pasti saat ini sedang bertanya-tanya siapa nama yang disebut Ammar itu," tutur Mamanya Mia dengan suara tertahan, karena tak mau menambah keributan.
Papanya Mia yang dari tadi hanya diam, berbeda kali ini. Dia jadi terbawa emosi juga.
"Kita batalkan saja pernikahan ini!" seru Papanya Mia.
Mendengar hal itu, membuat mamanya Ammar jadi terkejut dan ketakutan. Dia takut hal itu benar terjadi. Padahal dia sudah membanggakan pada tetangga, jika calon menantunya seorang dokter.
"Maaf, Pak. Ammar lagi kurang sehat. Itu mungkin penyebab dia kurang konsentrasi. Saya pastikan tidak akan salah lagi," ungkap Mama Rida.
Mama Rida lalu menarik tangan Ammar untuk bangun dari tempatnya duduk. Wanita itu menariknya ke sudut ruangan.
Tangan Mama Rida terangkat ke atas. Tanpa di duga dia menampar wajah putranya dengan cukup keras.
Ammar memegang pipinya yang terasa memanas. Dia tampak menarik napas. Tak ada perlawanan karena sadar jika dirinya salah.
"Apa yang ada dalam pikiranmu? Kenapa masih saja salah menyebut nama? Apa kamu sudah diguna-guna wanita miskin itu?" Pertanyaan demi pertanyaan keluar dari bibir wanita itu dengan suara penuh penekanan.
"Maaf, Ma. Aku juga tak mengerti. Aku juga malu, bukan Mama saja," jawab Ammar.
Wanita itu memandang Ammar dengan mata yang tajam, seolah-olah tidak percaya dengan jawaban Ammar. "Malu? Kamu malu? Kamu seharusnya malu karena telah membuatku kehilangan muka di depan keluarga calon mertua'mu!" seru Mama Rida dengan suara yang keras.
Ammar menundukkan kepalanya, merasa bahwa dia telah mengecewakan ibunya. "Aku minta maaf, Ma. Aku tidak bermaksud untuk membuat Mama kesal," ujar Ammar dengan suara yang lembut.
Wanita itu menghela napas, seolah-olah merasa bahwa Ammar tidak mengerti betapa seriusnya situasi ini. "Ammar, kamu harus fokus pada pernikahanmu ini. Jangan biarkan perasaanmu kepada wanita lain mengganggu kamu," mohon Mama Rida dengan suara yang tegas.
"Iya, Ma. Aku janji kali ini tak akan salah lagi," balas Ammar.
"Sekarang kamu basuh wajahmu. Ambil air wudhu. Jangan sampai pernikahan ini batal!" ucap Mama dengan suara yang sedikit keras.
"Iya, Ma." Setelah mengucapkan itu, Ammar lalu pamit. Dia berjalan menuju kamar mandi.
Di dalam kamar mandi, Ammar membasuh wajahnya. Setelah itu dia mendekati cermin.
"Doa apa yang kamu langitkan, Aisyah? Sehingga aku tak bisa melupakan kamu, padahal aku yang mengakhirinya. Apakah ini karma bagimu yang dulu mencampakkan kamu dan saat ini, aku sendiri yang tak bisa melupakan," gumam Ammar dalam hatinya.
Cukup lama Ammar di dalam kamar mandi. Setelah merasa yakin tak akan salah lagi, Ammar keluar dari kamar mandi. Dia duduk kembali di posisi semula.
"Om, aku minta maaf," ucap Ammar dengan wajah menunduk. Tak sanggup beradu pandang dengan calon mertuanya itu.
"Aku tak mau kamu salah sebut lagi. Cuma sekali lagi aku beri kesempatan. Salah ... pernikahan batal!" ucap Papa Mia dengan suara tegas.
"Ya, Om," jawab Ammar singkat.
Papa Mia lalu meminta pada Penghulu untuk memberikan satu kesempatan lagi. Tadi petugas sudah akan pergi, karena masih ada lagi yang mau nikah.
"Baiklah. Ammar, saya harap kali ini kamu tak salah lagi. Masih banyak pernikahan lainnya. Ini saja waktu saya sudah banyak tersita. Datang terlambat dan salah sebut terus," ucap Pak Penghulu.
"Maaf, Pak. Saya akan berusaha konsentrasi," jawab Ammar dengan suara tegas.
"Kita ulangi lagi," ucap Pak Penghulu. Dia lalu mempersilakan Papa Mia dan Ammar berjabat tangan.
"Bismillah ...." Kedua pria itu serempak menyebutnya.
"Raihan Ammar Khalif bin Khalif, saya nikah dan kawinkan engkau dengan putri kandungku yang bernama Mia Cahyani dengan Mas kawin seperangkat perhiasan emas, dibayar Tunai!"
"Saya terima nikah dan kawinnya Mia Cahyani binti Ahmad dengan mas kawin tersebut, dibayar tunaii," ucap Ammar dengan sekali tarikan napas.
"Bagaimana saksi?" tanya Pak Penghulu.
"Sah ...," jawab kedua saksi serempak.
Ammar menarik napas lega. Begitu juga dengan mamanya Ammar dan Mia. Akhirnya pernikahan kedua anak mereka sah.
seperti cintanya alby yg nyantol di hati wanita yg sudah hamil anak orang lain.../Smile//Smile/
next...
alby rela melakukan ini...
ngelamar nih ceritanya si alby?