NovelToon NovelToon
ENCOUNTER

ENCOUNTER

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Wanita Karir
Popularitas:241
Nilai: 5
Nama Author: Nurul Laila

pertemuan yang membuat jatuh hati perempuan yang belum pernah mendapatkan restu dari sang ayah dengan pacar-pacar terdahulunya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Laila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 9

Hari minggu siang Maharani sudah bersiap ke acara grand launching InBlue, resto milik Aldo yang menyajikan makanan sehat low calorie dan menu vegetarian. Dirinya yang terlalu malas membawa mobil siang itu, akhirnya minta diantar oleh supir keluarganya, Bapak Soleh, supir Ayahnya, dan minta tak usah di tunggu.

Dari pondok indah ke kebayoran baru siang itu pun tak terlalu padat. Selama di jalan dia merapalkan doa kalau dia bisa menyelesaikan urusannya dengan sang mantan hari itu juga biar kedepannya hubungan mereka sudah jelas hanya sebatas teman kuliah.

Sesampainya di sana, dia sudah di sambut dengan ramainya tamu undangan. Tak ada yang dia kenal. Sejak pagi dia memikirkan kata-kata yang setidaknya akan masuk ke otak yang membuat energinya turun drastis.

“Ara,” Maharani yang duduk sendiri di meja itu, hanya menikmati rangkaian acara, mendengar suara yang sangat familiar. Gadis itu menoleh ke kanan dan mendapati pria tinggi dengan jeans, nike air Jordan low warna navy, kaos polos hitam dan denim jacket, menghampirinya.

“Kak Jemmy sama Kak Ghani mana?”

Baskara menunjuk belakangnya dengan jempol. Maharani melongok kebelakang tubuh Baskara dan langsung melambaikan tangan pada Jemmy dan Ghani yang juga hadir di sana. Sepertinya sedang berbincang dengan sang mantan kekasih yang baru dia lihat sejak dia datang ke situ.

“Hai. Ketemu lagi kita,” kata Jemmy langsung mengambil duduk di sebrang gadis cantik yang siang itu tampil dengan jeans dan oversize shirt biru muda dari Hera juga Chanel flat shoes.

“Hai kak Jem, Kak Ghani. Jadi juga lo ngecat rambut lo kak,” katanya kepada Jemmy yang bertukar IG dan suka berkomunikasi lewat aplikasi tersebut.

“Yo-ih. Keren gak?” tanya Jemmy yang selalu jenaka. Maharani menjawab dengan mengacungkan kedua jempolnya sambil tersenyum lebar.

“Sendiri, Ran?” tanya Ghani yang dijawab dengan anggukan.

“Raniiii, kamu udah dateng,” suara Aldo yang juga menghampiri mejanya. “kok gak bilang sih kalo udah dateng? Sini bentar yuk,” tanpa menunggu jawaban dari gadis itu, Aldo langsung menarik tangan Maharani tanpa sempat membawa tas dan ponselnya yang ada di atas meja.

Ghani melihat Maharani dan Aldo yang menjauh dari meja mereka dengan tatapan penuh tanya dan berkata, “doi siapanya Rani, Bas?” tanya Ghani.

Makanan dan minuman mulai dihidangkan setelah serangkaian acara pembuka dengan iringan live music. Masing-masing meja disuguhkan dengan appetizer, beserta minuman dingin untuk hari yang terik.

“Temen kuliahnya dulu,” jawab Baskara santai menyesap lemongrass tea-nya dan memesankan satu gelas chocolate smoothie. Melihat ponsel dan tas Maharani yang ada di atas meja, Baskara mendekatkan kedua barang tersebut.

Di tempat lain, Aldo membawa gadis itu ke tempat teman-temannya berada.

“Guys, ada Rani.”

Kedatangan Rani langsung disambut oleh sahabat-sahabat Aldo yang juga gadis itu kenal. Beberapa diantaranya adalah teman Aldo semasa kuliah. Tapi beberapa yang lain, baru dia lihat siang itu.

Dirinya hanya mendengarkan celotehan asal cowok-cowok itu, tapi langsung membantah ketika ada yang mengira dia adalah calon pacarnya.

“Do, gua boleh ngomong gak sama lo?”

“Apa?” wajah Aldo terlihat sangat antusias.

“Berdua bisa?”

“Uhuuuuuuu,” sorakan dari teman-temannya membuat Aldo langsung tersenyum dan mengajak Maharani ke area makan outdoor yang juga teduh dengan pepohonan.

Dengan senyuman lebar penuh antusias, “Ada apa, Ran?” tanya Aldo.

“Kayaknya gua mesti jelasin ke elo kalau gua gak ada ketertarikan apapun sama lo. Gua gak mau punya hubungan lebih dari temen sama lo. Gua gak mau balikan sama lo.”

“Loh?” Aldo tertawa membuat Maharani bingung, “kalau kamu sekarang gak punya rasa sama aku gak apa-apa. Aku tau dulu aku brengsek banget. Makanya sekarang aku mau perbaiki semunya sama kamu. Bikin memori indah lagi buat kita.”

“Aldo.”

“Rani,” Aldo langsung memotong Maharani yang hendak berbicara, “gak apa-apa sekarang kita temenan dulu. Gak apa-apa kamu sekarang cuma anggep aku temen. Tapi please, buka hati kamu buat aku ya. Aku mau memperbaiki hubungan kita.”

“Hubungan apa, Do? Hubungan kita udah lama gak ada. Sekarang atau sebulan lagi, setaun lagi, 3 tahun lagi, sama aja, Do. Gua gak mau balikan sama lo.”

“Ya makanya aku bilang aku mau memperbaiki hubungan kita. Aku ngerti sekarang kamu masih kesel sama aku, masih marah sama aku. Makanya, biar aku yang berusaha jadi pria yang lebih baik buat kamu ya.”

“Do, please. Lo ngerti gak sih maksud gua?”

“Ran, perasaan ini juga hak aku, kan?”

Maharani tak tahu harus berkata apa lagi. Pria itu terlalu bebal dan keras kepala. Selalu semaunya.

“Terserah lo deh, Do. Satu hal yang mesti lo tau. Lo gak akan dapet apa-apa dari gua, Do. Perasaan gua ke elo udah lama mati.”

Aldo tersenyum lembut dan mengangguk, “aku akan berusaha kuat buat nyalain bara api kamu lagi.”

Dengan tatapan rasa kesal, alis yang menyatu, Maharani berkata, “gua cabut.”

Aldo menahan tangan Maharani, “jangan pergi dulu. Makan dulu ya baru pergi. Makanan udah di mulai dihidangkan.”

Maharani melepaskan tangannya dengan kasar dan berjalan cepat kembali ke mejanya. Meninggalkan Aldo sendiri di sana. Dimana Baskara, Jemmy dan Ghani sudah selesai dengan makanan pertama mereka.

“Lo kemana aja? Baru diangkat tadi makanan pembukanya.”

Maharani tersenyum datar dan berkata, “ada temen kampus juga di sana kak,” jawab Maharani ke Jemmy.

“Lo kepo bener deh, Jem,” kata Ghani.

“Maaf bukan gitu maksud gua,” cicitnya seperti anjing kecil

Maharani terkekeh melihat respon Jemmy saat di protes oleh Ghani, “gak apa, Kak. Lo ih, kaku banget deh sama gua,” katanya ke Ghani.

“Menu utamanya, ini red rice with sweet and sour tofu, veggie dumpling soup. Kulit dumpling yang diganti dengan sayur sawi dengan isian tahu, wortel, jamur dan daun bawang. Menu satunya lagi adalah shirataki ramen and grilled chicken,” seorang pramugari meletakkan 4 piring dengan menu yang berbeda.

“Makasih, Mbak,” ujar mereka bersamaan.

“Mau tuker?” tawar Baskara yang melihat menu vegetarian di depan Maharani.

“Gak Kak. Tapi nanti gua icip punya lo ya,” dirinya tersenyum lebar. Memperlihatkan deretan giginya yang rapi.

“Permisi, chocolate smoothie-nya,” gelas tinggi berisi minuman coklat itu diletakkan di depan Maharani.

“Makasih. Siapa pesen?” tanyanya melirik ketiga pria yang makan dengannya.

“Gua pesenin buat lo.”

Mata Maharani langsung berbinar dengan senyuman lebar di wajahnya, “iiihh tau aja gua butuh asupan manis-manis. Thank you, Kak.”

Selama jamuan makan siang, Maharani tak terlihat seceria biasanya. Walau dia telihat ngobrol dan aktif bicara, tapi dimata Baskara, gadis itu terlihat seperti sedang ada yang dia pikirkan. Senyumnya tak sampai membuat matanya yang indah dan membentuk bulan sabit.

“Gimana, Ran?” tanya Aldo yang menarik bangku duduk bersama mereka ketika dessert di sajikan. Ice cream shorbet dengan berbagai macam topping buah dan sweet potato pancake ice cream. “enak gak?”

“Hem, enak kok,” jawab Maharani seadanya. “nanti kita kumpul dulu ya, foto-foto. Terus aku ada interview abis ini. Kamu temenin ya,” ajaknya.

Kalimat yang keluar dari mulut Aldo barusan membuat Ghani dan Jemmy saling lirik penuh kode dan kaki mereka yang saling tendang di bawah meja.

“Gua gak ikut. Tapi nanti gua ke sana pamitan sama anak-anak,” katanya tegas.

“Yaah. Kenapa? Kamu ada acara abis ini?”

“Gua udah ada janji sama Kak Baskara mau hunting foto. Ya kan, Kak?” Maharani langsung menoleh ke arah Baskara seolah memintanya untuk bekerja sama.

“Iya.”

Wajah Aldo berubah.

“Yaaaah, padahal aku juga pengen yang lain tau kalau kamu inspirasi aku bikin resto ini,” katanya membuat Maharani ini memutar bola matanya. Manis banget kata-katanya membut gadis itu ingin segera pergi dari sana. Tak ingin berada di tempat yang sama dengan mantan yang terus mendekatinya itu. “Anyway, kalian kenal dimana?” tanyanya melihat Maharani dan Baskara akrab. Seperti bukan pertama kali bertemu di acaranya itu.

“Adalah,” jawab Maharani malas menanggapi.

“Cuma nanya aja, Manis. Jutek banget deh,” katanya masih bersikap manis, “Rani pernah pake jasa lo juga, Mas?” tanyanya melihat Baskara, Jeremy dan Ghani bergantian.

“Dikenalin dulu sama sepupunya yang ternyata temen gua juga.”

“Oh siapa? Kak Dona? Kak Donny? Atau Mas Rangga?” Rangga adalah sepupu Maharani dari keluarga ibunya.

“Do? Please? Can you stop interrogating him? It isn’t your busines who I’m friend with, is it?”

Dirinya berpamitan dengan teman-teman Aldo yang dia temui tadi. Termasuk dengan Aldo. Sekarang dia ada di mobil Baskara melintasi jalanan ibu kota di hari minggu tanpa tahu mau kemana setelah ini.

“Mau ke kota tua gak?”

“Hah?”

“Katanya mau hunting.”

Maharani tertawa, “ih beneran ditanggepin. Tapi boleh lah. Gua gak bawa kamera tapi.”

“HP lo kan ada kameranya.”

“Oh iya juga. Rame banget gak yaaa.”

“Biasanya sih rame kalo weekend.”

“Semoga enggak. Iiih udah lama banget gua gak ke kotu.”

“Kapan terakhir ke sana?”

“Heeem. Jaman SMA kayaknya.”

Sesampainya di sana, Baskara melepas denim jacket-nya. Melihat matahari sangat terik, jaket itu hanya akan membuat dirinya mandi keringat. Tak lupa dia mengeluarkan topi dari dalam dashboard dan dia berikan pada gadis yang duduk di sebelahnya. “Pake. Di luar panas banget,” katanya membuat Maharani menggumamkan terima kasih pada Baskara.

Selama acara hunting dadakan mereka, Baskara tak menanyakan apapun pada Maharani tentang apa yang terjadi. Walaupun dia yakin yang membuat gadis itu terlihat mendung karena mantan kekasihnya.

Mereka memutari hampir seluruh area kota tua, saling mengambil foto, jajan makanan di sana, melihat atraksi yang ada, memotret objek yang menarik bagi mereka, hingga langit yang tadinya cerah dengan matahari yang memancarkan panasnya, berubah mendung. Awan putih berubah menjadi kelabu menutupi cahaya matahari secara perlahan.

“Kayaknya mau ujan nih,” ujar Baskara masih menunggu Maharani yang sedang jajan cilok.

“Kita belom ke sana tapi,” katanya yang masih ingin berfoto di deretan bangunan tua, “ke sana dulu ya.”

“Gak lama tapi ya. Takut ujan.”

Baru mereka mengambil beberapa foto dan berpindah lokasi lagi, hujan rintik langsung membasahi tanah. Dengan sigap Baskara langsung mengajak Maharani kembali ke mobil. Pasalnya, mobil diparkir cukup jauh dari lokasi mereka saat ini dan tak ingin gadis itu basah kehujanan.

Sialnya, hujan turun dengan deras. Untungnya, mereka sudah di area parkir dan langsung masuk ke dalam mobil. Baju mereka basah karena derasnya curah hujan yang turun.

“Seru banget,” Maharani tertawa. “udah lama gak ujan-ujanan.”

“Keringin dulu,” Baskara memberikan handuk dari tas olahraganya yang ada di jok belakang, “itu handuk bersih kok.”

Maharani terkekeh, “gua gak komen apa-apa, Kak,” katanya langsung mengeringkan rambutnya yang basah. Melepaskan topi yang melindunginya dari panas dan hujan. “Nih lo keringin juga pala lo, Kak,” Maharani memberikan handuk itu.

Sambil mengeringkan rambut, Baskara memundurkan joknya, mengambil jaketnya.

“Ini pake, Ra. Nanti lo masuk angin,” Baskara memberikan jaket denimnya pada Maharani.

“Thank you, Kak. Lo gimana? Baju lo basah.”

“Gua ada spare baju kok,” Baskara mengeluarkan sehelai kaos dari tasnya.

“Sedia banget,” kata Maharani meledek.

“He-em. Selalu ada di mobil. Kalo gua mau nge-gym tinggal ganti.”

“Kak, makasih ya udah mau gua seret-seret acara dadakan gini,” ujarnya lembut sambil memainkan kuku ibu jarinya.

“Ara.”

“Ya?”

“Boleh tutup mata bentar? Gua mau ganti baju.”

Maharani tertawa dan langsung memejamkan matanya dan menutup dengan kedua tangannya.

“Gua tadi ngomong sama Aldo, Kak,” ujarnya dengan mata yang masih tertutup. “Tapi dia juga tetep kekeh dengan maunya.”

“Okay, done,” kata Baskara membuat gadis itu menurunkan tangannya dan membuka kembali matanya, “terus kalo lo sendiri gimana?”

“Gua udah block nomornya tadi.”

“Kalau nanti dia makin aneh dan lo butuh bantuan, lo bisa hubungin gua, Ra.”

Maharani tersenyum. Dadanya merasa hangat hanya dengan kalimat sederhana itu.

...♥

...

1
Shion Fujino
Menarik perhatian.
Winifred
Aduh, gak sabar pengen baca kelanjutannya!
luhax
Bagus banget deh, bikin nagih!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!