Di tengah hiruk pikuk kota modern Silverhaven, Jay Valerius menjalani hidupnya sebagai seorang menantu yang dipandang sebelah mata. Bagi keluarga Tremaine, ia adalah suami tak berguna bagi putri mereka Elara. Seorang pria tanpa pekerjaan dan ambisi yang nasibnya hanya menumpang hidup.
Namun, di balik penampilannya yang biasa, Jay menyimpan rahasia warisan keluarganya yang telah berusia ribuan tahun: Cincin Valerius. Artefak misterius ini bukanlah benda sihir, melainkan sebuah arsip kuno yang memberinya akses instan ke seluruh pengetahuan dan keahlian para leluhurnya mulai dari tabib jenius, ahli strategi perang, hingga pakar keuangan ulung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27: Selamat Datang di Jenewa, Tuan Thomas
Di ketinggian 40.000 kaki di atas benua Asia, di dalam kabin mewah sebuah jet pribadi Gulfstream, Jay Valerius perlahan-lahan menghilang, dan Dylan Thomas pun lahir.
Pakaian sederhana yang ia kenakan saat meninggalkan Silverhaven kini telah berganti dengan setelan wol berwarna arang dari penjahit Savile Row, kemeja katun Mesir putih tanpa dasi, dan sepasang sepatu kulit yang harganya lebih mahal dari mobil keluarga Tremaine. Ini bukan tentang pamer; ini adalah seragam, sebuah kamuflase untuk menyatu di dunia yang akan ia masuki.
Di hadapannya, di atas meja kayu poles, tergeletak sebuah tablet terenkripsi yang menampilkan profil targetnya. Ini adalah rangkuman yang disiapkan oleh jaringan Paman Chen.
Target: Jean-Luc Dubois. Manajer Klien Senior, Kasir Para Raja.
Latar Belakang: Mantan perwira intelijen perbankan Swiss. Dikenal cerdas, kejam, dan sangat setia pada kerahasiaan bank di atas segalanya.
Institusi: Kasir Para Raja.
*Fasad: Bank butik privat untuk kalangan ultra-kaya.
Kenyataan: Fasilitas pencucian uang dan penjaga kekayaan bagi para diktator, pedagang senjata, dan pemain-pemain di dunia bayangan. Sangat rahasia, sangat efisien.
Catatan Tambahan:
Alias 'Dylan Thomas' (Identitas Lapis-3, Wilayah Barat) telah diaktifkan. Profil: pewaris tunggal dari kekayaan pertambangan tua Welsh yang misterius, kini menjadi investor teknologi penyendiri. Dipilih karena tidak terlalu mencolok di lingkaran finansial Eropa.
Jay menyerap setiap detail. Ia bukan lagi menantu yang dihina atau ahli strategi di proyek geotermal. Ia adalah Dylan Thomas, seorang miliarder reklusif dengan uang lama yang ingin mencari 'rumah' baru untuk kekayaannya.
Setelah penerbangan yang panjang namun sunyi, jet itu mendarat dengan mulus di terminal privat Bandara Jenewa. Saat pintu terbuka, udara pegunungan yang sejuk dan bersih menyambutnya—sebuah kontras yang tajam dengan udara pesisir Silverhaven yang lembap.
Di bawah tangga pesawat, seorang wanita paruh baya yang sangat elegan sudah menunggu di samping sebuah sedan Mercedes hitam tanpa penanda. Pakaiannya sempurna, senyumnya profesional, namun matanya analitis, memindai Jay dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Mr. Thomas? Selamat datang di Jenewa," sapanya dalam bahasa Inggris dengan aksen Prancis yang kental. "Saya Adeline Moreau, dari kantor Monsieur Dubois. Beliau mengirimkan permintaan maafnya karena tidak bisa menyambut Anda secara pribadi."
"Tidak masalah," jawab Jay dengan nada datar dan sedikit bosan, sudah sepenuhnya masuk ke dalam perannya sebagai Dylan Thomas, seorang pria yang terbiasa dilayani dan tidak perlu terkesan.
Perjalanan melewati Jenewa terasa seperti memasuki dunia lain. Kota itu begitu bersih, teratur, dan memancarkan kemakmuran yang sunyi. Di dalam mobil, Adeline Moreau mencoba memulai percakapan ringan, yang Jay sadari adalah sebuah interogasi halus.
"Kami sangat tersanjung dengan permintaan Anda, Mr. Thomas. Keluarga Thomas sudah lama sekali tidak terdengar kabarnya di dunia finansial," katanya.
"Uang lama lebih suka ketenangan, Mademoiselle Moreau," balas Jay singkat sambil menatap ke luar jendela.
Jawaban itu sepertinya memuaskan wanita itu. Ia tidak bertanya lebih jauh.
Mobil itu tidak berhenti di distrik perbankan yang ramai dengan gedung-gedung kaca yang menjulang. Sebaliknya, mobil itu masuk ke sebuah jalan berbatu yang sunyi di Kota Tua Jenewa dan berhenti di depan sebuah bangunan batu tua yang megah namun tidak mencolok. Tidak ada logo bank, tidak ada nama perusahaan. Hanya ada sebuah plakat kuningan kecil di samping pintu kayu ek yang berat dengan ukiran singa.
"Kantor pusat kami lebih menghargai privasi daripada publisitas," jelas Adeline saat ia membukakan pintu untuk Jay.
Jay menatap bangunan di hadapannya. Sunyi, bersejarah, dan memancarkan kekuatan yang tersembunyi. Ia tahu, di balik pintu kayu itu, tersimpan rahasia-rahasia paling kelam di dunia, termasuk rahasia kematian orang tuanya. Ini adalah sarang naga yang sebenarnya.
Adeline memberi isyarat ke arah pintu. "Monsieur Dubois sudah menunggu Anda di dalam."
Jay menarik napas dalam-dalam, merasakan dinginnya udara Swiss di paru-parunya. Ia melangkahkan kakinya keluar dari mobil, meninggalkan jejak roda terakhir dari dunia lamanya di jalanan berbatu itu.
Permainan catur globalnya akan dimulai sekarang, dengan langkah pertama menembus pintu gerbang benteng musuhnya.
