NovelToon NovelToon
MAS BERONDONG, I LOVE YOU

MAS BERONDONG, I LOVE YOU

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Berondong / Beda Usia / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Persahabatan
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nanadoongies

"Usia itu hanya perihal angka. Meskipun gue lebih muda daripada lo, selama bisa bikin lo bahagia, kenapa nggak jadi pacar gue aja?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nanadoongies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12

“Jangan ngintilin gue kalau lagi ketemu sama Abel.”

“Lah?”

“Muka lo bikin dia bete terus.”

“Ya Tuhaaaan. Perasaan bawaan pabriknya emang udah begini deh, kenapa malah disalahin juga?”

Abel sadar kalau dirinya cukup kekanakan dalam menanggapi permasalahan ini, tapi setiap kali membicarakan hal tersebut, akan muncul perasaan tidak terima seolah ia yang menanggung semuanya.

Simpati? Mungkin. Mau mendefinisikan secara luas, Abel juga tidak cukup mengerti.

“Bel, lagi PMS, ya, lo?” Anjani tersenyum tipis. “Perasaan kemarin udah oke-oke aja kok sekarang jadi emosi lagi? Baper?"

“Nggak tau.” Tapi bibirnya mulai bergetar karena menahan tangis.

“Lah, malah nangis.”

Abel tak begitu memperhatikan siapa-siapa saja yang telah menghuni gedung kesehatan itu, ia menerobos masuk seolah tempat itu hanya miliknya sendiri. Ranjang paling ujung telah ditempati, padahal ia berharap bisa menangis di sana sampai hatinya merasa lega. Terpaksa menghuni ranjang samping kalau begini caranya.

“Bel, jangan nangis elah. Kemarin lo, ‘kan, udah setuju buat maafin Bian, kok sekarang malah dipermasalahin lagi?”

“Sediiih.”

“Kata gue mending lo tidur. Lagi mellow begini kalau nggak menghindari konflik pasti bawaannya bakal nangis mulu.”

“Kasihan Laksa.”

“Ya elaaahh. Dia juga udah bisa baku hantam bisa-bisanya masih lo tangisin juga. Selama bukan sakit demam, cowok tuh nggak akan gimana-gimana. Nggak perlu ditangisin sampai segininya ah, kayak Laksa peduli aja.”

“Lo nggak tau gimana luka dia kemarin.” Abel meringkuk di atas ranjang, membelakangi Anjani yang tengah menyilangkan tangan.

“Gue lihat, ye. Mending lo diem sebelum diusir karena udah ganggu ketenangan pasien lain.”

“Berisik!”

Abel kontan membuka gorden yang menutupi ranjangnya. “Laksa? Sejak kapan lo ada di sini?”

“Ck. Ganggu orang mau tidur aja.”

“Laksaaaa.”

“Ngapain nangis lagi sih?” Abel juga tidak tahu kenapa air matanya semakin sulit dikendalikan. Entah karena berhadapan dengan Laksa atau karena ranjang bagian itu selalu membuatnya menangis tanpa tedeng aling-aling.

“Bel?!” Ketika Abel menangis lagi, Laksa refleks menggerutu. “Kenapa gue harus ketemu sama lo lagi sih?!”

Abel akhirnya berhenti menangis setelah ditenangkan cukup lama, sekarang tengah terlelap sembari memegang tiga bungkus permen milkita, itu pun hasil penyuapan karena Laksa mulai jengah mendengar permintaan maafnya.

Ia terlelap dengan menghadap tembok, menempati kasur yang semula ditempati oleh Laksa. Lagi-lagi karena hasil penyuapan. Kalau Laksa enggan mengalah, mungkin Abel akan terus merengek sepanjang siang.

Setelah terdiam cukup lama—canggungnya ada banget— Anjani memutuskan untuk buka suara. Yah, meskipun ujungnya tetap bicara satu arah sih. Tahu sendiri Laksa paling malas diajak ngoceh, apalagi si pencair suasana sedang tidur begini. Meskipun penasaran setengah mampus kenapa Abel bisa jadi sensitif seperti ini, namun Laksa enggan bertanya. Lagi-lagi karena malas, memangnya karena apa?

“Tangan lo udah baikan?”

“Hm.”

“Sorry deh. Gara-gara Bian, lo jadi harus nanggung luka itu. Padahal aslinya nggak ada peraturan kayak gitu. Iya, ada hukuman fisik, tapi seharusnya masih tahap wajar. Nggak tau kenapa dia tiba-tiba jadi kayak gitu."

Sebetulnya Laksa juga tidak mengerti kenapa Evan masih memintanya push-up kepal tangan setelah menyerahkan daun semanggi. Padahal sudah sesuai ketentuan, berdaun empat, tidak lebih dan tidak kurang, tapi ujung-ujungnya masih tetap mengandalkan hukuman fisik juga. Lantas ia jadi teringat ucapan Abi, kalau yang namanya cemburu emang nggak pernah pandang bulu.

“Kemarin Abel debat gede sama Bian dan anak-anak OSIS yang lain, terkhususnya buat belain lo. Terus entah kenapa gue malah ngerasa kalau Abel yang begini baru gue lihat kali ini.”

Laksa menaikkan alisnya.

“Yang menggebu-gebu banget maksud gue. Biasanya, ‘kan, dia cuma kebagian haha hihi doang, tiba-tiba lihat dia debat seberani itu siapa juga yang nggak kicep? Bentukan dia kemarin tuh kayak bukan Abel yang selama ini kami kenal.”

Gara-gara Laksa tidak menjawab apa-apa, Anjani terpaksa ngoceh lagi.

“Jangan diem doang elah. Gue, ‘kan, jadi nggak enak karena harus ngoceh mulu. Jawab apa gitu biar gue nggak kelihatan ngenes-ngenes amat.”

“Jawab apa?”

“Ya, apa aja kek. Gue nggak lagi ngobrol sama tembok.”

“Nggak usah ngobrol kalau kayak gitu.”

“Ya, elah, pundungan amat.” Anjani melenguh, dia sempat memandangi Laksa selama beberapa kali karena keduanya saling berhadapan. “Lo blasteran, ya?”

“Kenapa?”

“Muka lo kayak ada vibes oppa-oppa Koreanya.”

“Hm.”

“SERIUUS?!” Anjani terlihat semakin antusias. “Siapa yang menurunkan darah Sokor di tubuh lo? Bapak lo?”

“Hm.”

“Widiiiih. Pantesan kek beda gitu kalau lihat muka lo. Kalau Abel tahu mungkin dia tambah kegirangan karena lo punya darah yang sama kayak idola dia.”

Laksa kembali menaikkan alis, ogah bertanya lewat suara.

“Jisung. Lo tau Jisung NCT? Nah, muka lo agak mirip sama mukanya dia. Secara look dan tinggi badan kayaknya juga nggak beda jauh. Bedanya, Jisung lebih demen ngobrol sama pohon, kalau lo diajakin ngobrol aja malah ogah.”

“Lo lagi ngatain gue?”

“Nggak juga sih. Cuma agak protes dikit soalnya lo pendiem banget. Agak ramean dikit kenapa, Lak. Ngobrol sama orang lain tuh seru tau!”

“Ngatur.”

Anjani kembali melenguh. “Yang paling cocok ngobrol sama lo emang cuma Abel sama Abi doang. Gue bagian melipir aja deh, plis lo nggak seru banget.”

Laksa balik rebahan lagi. Kedua tangan terlipat di bawah kepala dengan pikiran mengawang-awang jauh ke angkasa. Belum ada satu menit, suara Bian tiba-tiba terdengar dari luar gedung UKS. Laksa refleks menarik gorden. Ogah kalau harus berurusan dengan Bian di tengah suasana syahdu yang paling wueeeenak untuk merem sepanjang siang.

“Abel? Lo masih di dalam, ‘kan?” Bian mendorong pintu dengan tidak sabaran.

“Anaknya lagi tidur, Bi. Jangan heboh dulu nanti dia malah kebangun.”

Bian mengamati Abel, wajah memerah hasil menangis hebat berhasil membuat dahinya mengerut dalam. Tapi yang menarik perhatiannya bukan itu, melainkan tiga bungkus permen milkita yang digenggam begitu erat.

“Habis nangis?”

“Kayak yang lo lihat.”

Bian tiba-tiba mengedarkan perhatiannya ke sembarang arah, lalu menjatuhkan titik fokus pada ranjang samping yang telah terpakai. Ia menatapnya cukup lama sampai Anjani jadi ketar-ketir sendiri. Tapi alih-alih segera membuktikan kecurigaannya, Bian justru memperhatikan Abel lagi.

Fyuh! Untung aja.

“Dia ngeluh sakit pinggang nggak?”

“Nggak ada sih, tapi nggak tau kalau dirasain sendiri.”

Anjani terpaksa bergeser ketika Bian memilih duduk di tepian ranjang. Kepala Abel diusapnya penuh sayang dengan kekhawatiran mendalam. “Kalau ada keluhan lain, nanti nggak usah ikut rapat.”

“Biar Abel diomongin sama anak-anak lain gitu?” Jani mendengus sebal, tangannya tersilang di depan dada. “Jangan mulai bias deh, Bi. Kemarin lo sendiri yang koar-koar kalau kita harus profesional apapun alasannya. Sekarang lo udah mau minum ludah lo sendiri?”

“Yang lain juga bakal paham apa alasan Abel nggak ikut rapat.”

“Berarti lo nggak cukup memahami Abel kalau kayak gitu caranya."

“Kenapa lo jadi kontra begini sama gue? Mulai condong ke Laksa mentang-mentang Abel belain dia terus?”

“Lah, kok jadi Laksa?” Anjani mulai defensif. Dia yang sudah menahan diri akhirnya meledak juga. “Eh, gue tuh cuma pengen lo memperlakukan Abel kayak anak-anak lain terlepas lo suka sama dia atau nggak. Kalau lo bias begini, yang bakal kena imbasnya itu Abel, Bi. Jangan plin-plan kenapa? Lo tuh pemimpin di sini, opini anak-anak tergantung sama tindakan lo.”

Bian terpaksa mengalah. Kalau dia paksa berdebat lebih panjang lagi, situasinya mungkin akan lebih chaos dibandingkan kemarin. Satu hal yang pasti, ia tidak ingin Abel terbangun karena perdebatan mereka.

“Terserah Abel mau kayak gimana. Kalau bener-bener harus izin, kasih tau gue aja.”

“Dah, sana balik ke kelas lo. Biar gue yang jagain Abel di sini.”

Bian bangkit. Lagi-lagi memperhatikan ranjang samping seolah menyadari keberadaan seseorang di sana. Tangannya terulur untuk membuka gorden, membuat Anjani kembali deg-deg ser karena takut Laksa ketahuan.

SREEEK!

1
ren_iren
ayang laksanya mbel lagi semlenget, 🤭🤗🤗
ren_iren: lagi musim memang, jaga kesehatan ya mbel.... 🤗🤗 biar kuat jagain ayang laksa... 😂
total 2 replies
ren_iren
ampunnn..... emakkk baper parah 🤗🤗🤗😂😂
ren_iren
bakarrr aja..... 😂😂
ren_iren
kelakuanmu mbel.... 😂😂
Nanadoongies: yang sinting-sinting aja, kak.
total 1 replies
ren_iren
emak amsyong.....
bikin deh deg deg gtu😂🤗
ren_iren
turunan emaknya ternyata si mbel, sama2 gesrek 😂😂
ren_iren: ambruk dong😂
total 2 replies
ren_iren
Ya Allah....
baper emak Thor, baper.....
laksaaaaa oh laksaaaa....
aku padamu pokoknya🤭😂
Irna
knp.. ga buat Abel sakit hati lantas Abel jauhin laksa dan laksa merasa kehilangan ahirnya posisi berganti,, laksa yang ngejar Abel sekarang.. klo terus Abel yang ngejar keee gw sebagai cewe ngerasa kegatelan bgt ga sii.. udah di sakitin tp terus ngintilin 😫
Irna
mau kondisi nya berbalik laksa yang ngejar Abel
ren_iren
laksaaaaa, diriku baper....
tanggung jawab, bikin cengar cengir aja kalian bedua nich....
gemessss, padahal mah emak2 udah diri ini, tp baca laksa sm Abel berasa balik jd abgeh lagi😂😂
Nanadoongies: sengaja biar pada nostalgia🤭
total 1 replies
ren_iren
laksaaaaa.... 🤗🤗🤗
ren_iren: uhuiiiii 🤭 pisss bel ✌
total 2 replies
ren_iren
ahhhaaaiiiii saya suka yg begini, laksa kalo mode bucin gk ada obat, padahal adegannya cuma pegang rambut sm dipakein jaket....
tp dah bikin diriku cengar cengir guling2.... 🤭🤣
ren_iren
Ya Allah....
gk kuat sm gombalannya gembel...
laksa mah so cool, aslinya cengar cengir guling2 dalam hati.... 🤣🤣
Nanadoongies: muka boleh datar, tapi gerak tubuh maunya deket-deket terus😍
total 1 replies
ren_iren
huasemmmm memang ini laksa, bikin gregetan tp nagih bacanya 🤗🤗🤭🤭
ren_iren
ayooo cobain baca, kisah kasih anak remaja yg unik bin ajaib, seru pokoknya bacanya...
kayak flashback ke jaman putih abu2 lagi pas bacanya.....
bagus ceritanya🤗
ren_iren
Mas Laksaaaa, diriku guling2 mesan mesem gara2 gomabalan Gembel ke dirimu..... 🤗🤗
dingin dingin nya si laksa ini kayak es krim, bikin meleleh..... 🤣🤣🤭🤭🤗🤗
ren_iren
yaelahhhh Thor, bikin diriku mesem2 guling2 🤣
ren_iren: bener banget, cowok pendiam kalo dah keluar kodham bucinnya behh....
mleyot2 dah tuh hati...
total 4 replies
ren_iren
ayooo semangattt nulisnya, suka banget ceritanya... kayak balik ke jaman masih SMA... 🤗
ren_iren
kok aneh, padahal laksa liat Abel diikat sm tutup matanya masih aja dimarahin...
ren_iren: nanti bucin mampus sampe keurat2 nadi kapok lo sa.... 🤭
total 2 replies
Nanadoongies
kritik dan saran sangat amat dianjurkan, ya. jadi jangan sungkan buat ngoceh di kolom komentar.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!