Sean Montgomery Anak tunggal dan pewaris satu-satunya dari pasangan Florence Montgomery dan mendiang James Montgomery yang terpaksa menikahi Ariana atas perintah ayahnya. Tiga tahun membina rumah tangga tidak juga menumbuhkan benih-benih cinta di hati Sean ditambah Florence yang semakin menunjukkan ketidak sukaannya pada Ariana setelah kematian suaminya. Kehadiran sosok Clarissa dalam keluarga Montgomery semakin menguatkan tekat Florence untuk menyingkirkan Ariana yang dianggap tidak setara dan tidak layak menjadi anggota keluarga Montgomery. Bagaimana Ariana akan menemukan dirinya kembali setelah Sean sudah bulat menceraikannya? Di tengah badai itu Ariana menemukan dirinya sedang mengandung, namun bayi dalam kandungannya juga tidak membuat Sean menahannya untuk tidak pergi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Demar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hampir Saja
Clarissa bersandar di kursi kulit putih di apartemennya yang menghadap ke jantung kota. Lampu-lampu jalan berkelap-kelip, tapi tidak mampu menenangkan kegelisahan yang terus menggerogoti pikirannya. Segelas wine di tangannya tinggal setengah, sisa lipstiknya Nampak jelas menempel di bibir gelas.
Ponselnya berdering. Nama yang muncul hanya sebuah kode, Unknown Secure Line. Clarissa langsung menjawab, suaranya rendah namun penuh waspada.
“Target sulit,” suara serak seorang pria terdengar dari seberang. “Ada bodyguard yang selalu berkeliling di sekitar rumahnya. Anak buahku sudah coba mengintai dua hari terakhir, tapi ini terlalu berisiko.”
Clarissa menegakkan tubuhnya. “Bodyguard?” gumamnya, lalu sekejap wajahnya berubah muram..
“Sean…” bisiknya, nyaris seperti kutukan.
“Tidak ada yang mau mengambil resiko berurusan dengan orang-orang seperti mereka.”
Clarissa mengepalkan tangan. “Kau menyerah?”
“Bukan begitu, kau tahu ini tidak mudah. Aku harus mengorbankan berapa banyak anak buah untuk terlibat.”
Suara Clarissa semakin tajam. “Dengar baik-baik! Aku tidak peduli siapa yang menjaga dia. Yang kupedulikan adalah kau harus berhasil. Aku akan tambahkan lima ratus juta jika Ariana lenyap sebelum melahirkan. Kau mengerti?”
Hening sejenak, lalu suara itu kembali, singkat. “Deal.”
Clarissa menutup ponselnya dengan kasar, meneguk sisa martini dalam sekali teguk. Matanya menyalang penuh amarah. *Sean, selalu Sean. Kau pikir bisa melindunginya selamanya? Kita lihat siapa yang lebih pintar bermain. Aku sudah menguras dua setengah miliar dari rekeningku hanya untuk melenyapkan upik abu i*tu.
Pagi berikutnya, Ariana memutuskan untuk belanja bersama Risa. Meski dokter menyarankan banyak beristirahat, namun ia terlanjur membayangkan rasa sup ayam segar di kepalanya. Ia pikir berbelanja sedikit sayuran ke pasar tidak akan jadi masalah. Kebetulan masih ada sisa stock ayam di lemari pendingin miliknya.
Risa yang selalu tampak ceria, menggandeng tangan Ariana. “Ayo Mbak! Pasar pagi itu seru banget. Tapi Ibu selalu saja melarangku ikut, katanya aku terlalu merepotkan. Mbak pilih kentang, aku mau pilih cabai sama tomat!”
Ariana mengelus kepala Risa gemas, ada saja celetukannya yang selalu bisa membuatnya tertawa.
Pasar tradisional ramai, penuh suara tawar-menawar, aroma rempah dan ikan asin bercampur menjadi satu. Ariana berjalan pelan sambil sesekali berhenti mengatur napas. Perutnya yang besar membuat langkah terasa berat, namun ia tetap tersenyum. Baginya ini perjuangan yang ia impikan sejak lama. Ariana sangat menikmati masa-masa ini. Kelak, ia akan dengan bangga menceritakannya pada anaknya.
Setelah membeli beberapa sayur, Ariana melihat buah pisang yang tergantung di Seberang jalan. Tiba-tiba saja ia ngiler dan ingin makan pisang. Apakah momen ini juga termasuk dalam fase ngidam? Ah entahlah.
Ia menggandeng tangan Risa saat hendak menyeberang ke sisi lain pasar. Jalan sempit itu biasanya tidak ramai, hanya beberapa sepeda motor lewat. Ariana menggenggam tas belanja di tangan kanannnya, Risa berjalan di samping sambil mengunyah permen kapas yang dibelinya.
Tiba-tiba, dari kejauhan suara mesin terdengaar meraung keras. Sebuah mobil hitam melaju kencang, menyalip kendaraan lain tanpa aba-aba.
“Mbak! Awas hati-hati!” teriak Risa panik.
Ariana sempat terpaku, tubuhnya kaku. Mobil itu meluncur lurus ke arahnya. Dalam sekejap, seorang penjual sayur keliling yang kebetulan lewat berlari menarik lengan Ariana hingga tubuhnya terhuyung dan jatuh ke trotoar. Tas belanja terlepas, sayur-mayur berhamburan di jalan.
Mobil itu melesat tanpa mengerem, hanya meninggalkan bau bensin menyengat.
Ariana terengah, tangannya otomatis memeluk perutnya. Wajahnya pucat pasi. Risa berlari mendekat, menangis histeris. “Mbaaak! Mbak nggak apa-apa! Mbak!”
Penjual sayur yang menolongnya ikut panik. “Bu, ayo ke klinik! Cepat! Tolong yang lain bantu.”
Klinik kecil tidak jauh dari pasar segera menerima Ariana. Dokter wanita paruh baya memeriksa dengan teliti, memasang alat detak jantung janin. Ruangan sunyi kecuali suara mesin yang berdetak ritmis.
“Bayinya selamat,” ujar dokter akhirnya. “Hanya syok, tidak ada pendarahan. Tapi ibu harus benar-benar berhati-hati kedepannya.”
Ariana mengangguk pelan, meski matanya masih berkaca-kaca. Risa menunggu di luar, wajahnya sembab karena menangis tanpa henti.
Tak lama Bryan berlari masuk, disusul Bu Ajeng dan Pak Faisal. Nafas mereka terengah-engah.
“Risa!” seru Bu Ajeng.
Risa langsung berlari ke pelukan Ibu Ajeng. “Mbak Ariana, Bu.” Bisiknya lirih lalu terisak lagi.
“Sudah… sudah… Lebih baik kita lihat keadaannya sekarang.” Sahutnya bijak. Bu Ajeng mengangguk pelan lalu mereka menyusul Bryan yang sudah berbicara dengan suster klinik.
“Ariana!” seru Bu Ajeng, langsung mendekat dan menggenggam tangan Ariana di ranjang. “Ya Tuhan, begitu kabar ini sampai ke rumah kami langsung panik!”
Pak Faisal menepuk bahu istrinya, wajahnya muram. “Kamu baik-baik saja, Nak?”
Ariana memaksa tersenyum tipis. “Aku… baik-baik saja, bayinya juga sehat. Tapi…” suaranya bergetar.
“Tapi kenapa?” Sahut Bryan mendekat.
Ariana menggenggam tangan Bu Ajeng semakin erat, lalu menatap Bryan. “Aku merasa mobil itu sengaja, ini bukan kebetulan.”
Bryan mengepalkan tangan. “Menurutku itu masuk akal. Berdasarkan keterangan warga jalannya luas dan lenggang, tapi mobil itu seolah sudah punya target. Ini berarti ada yang mau melukai kamu.”
Pak Faisal mengangguk, sepemikiran dengan Bryan.
Ariana menunduk, jari-jarinya menggenggam erat ujung selimut.
***
Jerry berlari panik mengelilingi rumah kecil Ariana. Saat tiba, ia mendapati salah seluruh anak buahnya tergeletak pingsan. Dan… Ariana tidak di sini. Rumah ini kosong.
“Brengsek! Siapa yang berani menyentuh orangku?” desisnya sambil mencoba menyadarkan anak buahnya.
Tanpa buang waktu, Jerry segera menghubungi bawahannya untuk memindahkan orangnya. Ia harus segera melapor pada Sean.
“Pingsan?” suara Sean terdengar rendah, menahan emosi.
Takkk…
Laptop di meja ia tutup tanpa dimatikan terlebih dahulu.
“Ya, Bos. Sepertinya mereka disergap dengan cara licik. Nyonya Ariana tidak ada ditempat. Saya tidak tahu siapa yang bergerak, tapi jelas ini terencana.”
Dalam sekejap wajahnya berubah dingin, hampir mengerikan. Ia mendekat ke arah Jerry, dan sebelum Jerry sempat menambah penjelasan, Sean mencekik kerah bajunya, menekannya ke dinding.
“Bodoh!” desis Sean, suaranya serupa es yang retak. “Aku mempercayakan nyawa Ariana padamu, dan kau biarkan orangmu dilumpuhkan begitu saja?”
Jerry terbatuk, wajahnya memerah. “S-saya minta maaf Bos, ini kelalaian saya. Saya bersumpah ini tidak akan terjadi lagi!”
Sean melepaskannya dengan kasar, membuat Jerry terhuyung. “Dengar baik-baik, Jerry. Aku tidak pernah memaafkan kesalahan yang sama dua kali. Kalau sampai Ariana terluka sedikit saja… Bersiaplah untuk mendapatkan hukumanmu.”
Jerry mengangguk cepat, keringat dingin mengucur di pelipisnya.
Sean mengambil jasnya lalu bergegas keluar. Di matanya terlihat jelas kobaran api menunjukkan amarah yang membara. Jerry berlari mengikuti langkah bosnya. Dalam hati sedang memikirkan hukuman terburuk yang akan ia dapatkan setelah ini.
Ariana menatap Bryan lekat, “Aku kehilangan arah Bryan. Kalau aku tetap di sini aku tidak yakin bayiku akan selamat.”
ayo gegas,cak cek sat set..Kejar apa yg pengen km dapatkan.
Jadilah pinter biar Ariana Luluh.
Ada Ethan yg akan menjadi penghubung,rendahkan egomu.
nikmati penyesalanmu 😁
biarkan sean merasakan sakit seperti apa yg kau rasakan dulu.😏