NovelToon NovelToon
Lara Berselimut Cinta

Lara Berselimut Cinta

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Poligami / Keluarga / Tamat
Popularitas:3.8M
Nilai: 4.8
Nama Author: moon

Selama 10 tahun lamanya, pernikahan yang Adhis dan Raka jalani terasa sempurna, walau belum ada anak diantara mereka.

Tapi, tepat di ulang tahun ke 10 pernikahan mereka, Adhis mengetahui bahwa Raka telah memiliki seorang anak bersama istri sirinya.

Masihkah Adhis bertahan dalam peliknya kisah rumah tangganya? menelan pahitnya empedu diantara manisnya kata-kata cinta dari Raka?

Atau, memilih meladeni Dean, mantan kekasih serta calon tunangannya dimasa lalu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#21•

#21

Dean kembali keluar dari hotel tempatnya menginap selama seminggu di Yogyakarta, sekedar menikmati malam di angkringan sepertinya bisa menghangatkan hidupnya yang kini sunyi selepas berpisah dari celline.

Enam bulan yang lalu, mereka resmi berpisah setelah lebih dari sepuluh tahun bersama. Sejatinya sebuah cinta, maka tak ada perpisahan yang indah, semua terasa pahit dan meninggalkan bekas luka yang mungkin tak akan pernah bisa disembuhkan.

Bukan karena tak ada lagi rasa cinta, tapi karena tak ada lagi rasa nyaman serta rasa saling membutuhkan diantara keduanya. Kesibukan, sudah menghabiskan waktu yang seharusnya menjadi momen mereka bersama, bahkan tak ada lagi komunikasi baik karena semakin lama rasa tak percaya semakin membentang luas diantara mereka. 

Selalu ada masalah setiap kali Dean coba memperbaiki hubungan, selalu ada halangan ketika Dean mencoba kembali menumbuhkan cinta diantara mereka. Dan setelah palu pengadilan memutuskan perceraian mereka, ada perasaan seorang anak yang harus tetap Dean utamakan di atas keegoisannya sendiri. Karena itulah, Dean masih bertahan di London demi mendamaikan kondisi psikis Aaron yang masih belum mau menerima perpisahan kedua orang tuanya.

Dean mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan, pengunjung masih ramai, dan semuanya sibuk dengan teman mengobrol mereka masing-masing. Tapi pandangan Dean tertuju pada satu meja yang ada di sudut ruangan, ia merasa tak asing dengan salah seorang pengunjung yang duduk disana seorang diri. yah tak salah lagi, karena baru pagi tadi mereka berjumpa, bahkan orang itu masih mengenakan pakaian yang sama. 

Walau heran, namun Dean sama sekali tak menaruh curiga, usai memesan makanan, ia berjalan lurus menghampiri Adhis yang tampaknya sedang melamun seorang diri. Harap-harap bahwa mereka memang ditakdirkan berjumpa, hingga secara kebetulan mereka kembali bertatap muka di hari yang sama.

Tanpa ragu, Dean melepas jaket yang ia kenakan, karena ia sudah merasa cukup hangat dengan sweater yang saat ini ia kenakan, sementara Adhis hanya mengenakan pakaian berbahan katun yang tak terlalu bisa menghalau udara dingin.

Setelah menyelimutkan jaket di punggung Adhis, Dean mengambil tempat di seberang Adhis, tentu agar pandangannya tak terhalangi.

“Disini juga? Aku pikir Kakak menginap di Twenty Five Hotel.” Adhis lebih dulu menyapa. 

Dean mengangkat malas kedua pundaknya, “Bosan, sekali-sekali ingin menginap di tempat lain, lagi pula Mom Dad menginap di rumah orang tuamu,” jawab Dean santai, khas keturunan konglomerat yang masih bingung bagaimana cara menghabiskan uangnya. “Kamu sendiri? Kupikir sedang di rumah keluarga suamimu?”

Adhis tersenyum, mencoba menutupi getir yang tengah menggelayuti hatinya, “Biasalah, Mas Raka dapat panggilan darurat dari Rumah Sakit, jadilah aku menyendiri di sini, karena di rumah pun, aku tak akan bertemu siapapun.”

Kini Dean mulai sedikit curiga dengan jawaban Adhis, tapi Dean menahan diri agar tak kembali bertanya, terutama hal-hal yang bukan urusannya. “Jika demikian, setidaknya kamu kenakan jaket.”

“Tak terpikirkan, karena aku kesini pun mendadak, tanpa rencana.” 

Seorang pramusaji datang membawa wedang ronde dan nasi gudeg paket lengkap yang tadi Dean pesan sebelum duduk. “Mau pesan lagi? Tak seru kalau aku makan sendiri,” tanya Dean.

Namun dengan senyum Adhis menggeleng, “jangan terlalu manis senyumnya, kalau aku tergoda lagi bagaimana?” cetus Dean iseng.

Adhis melongo, wah sungguh tak menyangka pria dihadapannya benar-benar tak berubah, dia sudah beristri, tapi masih menggoda wanita bersuami. 

“Kok malah bengong, aku hanya bercanda, jangan bilang kalau kamu benar-benar memikirkan kata-kataku?” Dean terkekeh geli, ia tak menyangka jika gurauannya membuat Adhis terdiam.

“Jangan terlalu percaya diri, aku sudah dewasa, bukan lagi gadis 13 tahun yang bisa kamu buang setelah kamu kejar dengan berbagai rayuan,” balas Adhis mendadak kesal, dulu ia pernah menjatuhkan pilihan hatinya pada pria di hadapannya ini. Tapi ternyata hanya kesakitan yang menjadi balasannya. 

Andai kini Adhis masih sendiri pun, ia tetap tak akan pernah mau memikirkan ucapan Dean. 

“Maaf.”

“Jangan pernah lupa, bahwa di matamu, aku hanya anak kecil yang membutuhkan uang jajan agar bisa berhenti menangis.”

“Kenapa? terkejut karena aku masih ingat semua perkataanmu? itu masih seperti rekaman yang terus berputar di kepalaku.”

•••

Flashback. 

Di sebuah cafe, sepasang kekasih tengah saling memandang tanpa senyuman, hampa hanya penuh riak ketidakpercayaan, bahkan dinding pemisah kini terlihat lebih meyakinkan. 

Cinta semanis gula-gula yang baru saja terjalin, kini dihajar fakta menyakitkan, Adhis baru saja mengakui bahwa dirinyalah, gadis yang Opa Alex pilih sebagai jodohnya Dean. 

Pemuda tampan itu tergugu di tempatnya, entah mengapa kini hatinya mulai terasa berbeda. Di satu sisi ia menyayangi Adhis dengan segenap ketulusan, tapi di sisi yang lain egonya sungguh berperan. Ia justru marah, merasa di bohongi dan di mata-matai, bukannya bahagia ketika mengetahui fakta bahwa Adhis adalah gadis pilihan opa Alex. Dean justru sangat terluka, tanpa mau tahu bahwa Adhis pun sama dengan dirinya, terluka karena Dean ternyata bermain-main dengan cintanya. 

"Jadi kamulah orangnya," desis Dean dengan suara lirih, ia menatap tajam kedua mata yang lembut menyorot padanya. 

"Iya… akulah gadis itu, katakan apa pendapatmu?" tanya Adhis penuh harap. 

"Pendapatku? Hah!! Tak penting apa pendapatku, memangnya bicara dengan anak kecil seperti dirimu, bisa disebut mengemukakan pendapat?" 

"Aku sudah 13 tahun, kak, dan aku mengerti bahasa Indonesia dengan baik dan benar."

"Bahkan dalam musyawarah mufakat, hanya yang berusia 17 tahun yang diizinkan berpendapat." Dengan nada sarkastik Dean memuntahkan kalimat Adhis. 

"Apa kakak sedang meremehkan aku?" tanya Adhis, yang kedua matanya mulai berkaca-kaca. 

"Tidak, tapi kenyataannya memang demikian, bagiku kamu hanya anak kecil!!" hardik Dean tanpa perasaan, dan sayangnya kalimat itu begitu membekas, melukai perasaan Adhis. 

"Tapi setidaknya aku bisa menjaga setiaku, tidak setiap saat berbagi perhatian pada yang lain selain dirimu." Adhis menggumam, seraya memalingkan wajahnya ke jalanan. 

"Jangan bilang kamu cemburu?" Ejek Dean. 

"Apa itu salah? Bukankah cemburu itu wajar dalam sebuah hubungan?” 

Jangan dikira kalimat Adhis membuat Dean senang, karena merasa dicintai, justru sebaliknya ia muak dan kesal. 

“Dan sekarang, kamu mulai berunjuk rasa karena banyak gadis di sekitarku? Padahal mereka saja mengerti, bahwa aku tak bisa bertahan dengan seorang gadis, lebih dari satu minggu.” 

Di bawah meja, Adhis mengepalkan kedua tangannya, “Awalnya biasa saja, tapi lama kelamaan, kurasa kalian mulai keterlaluan."

Dean tertawa garing, "Keterlaluan??" Ia agak tersinggung dengan kalimat yang Adhis lontarkan, "asal kamu tahu yah, aku lebih dulu mengenal Vero, daripada kamu, dia lebih dari teman bagiku, selalu ada ketika aku butuh, dia sahabatku!!" Dean menekankan kalimat terakhirnya, seolah benar-benar ingin melukai perasaan Adhis. 

"Ya… sahabat rasa cinta," Adhis membatin, terlalu malas mengeluarkan kata. Kini gadis belia tersebut hanya bisa menangis, ternyata hanya sebatas itulah arti dirinya dalam hidup Dean. Dan Sampailah ia pada satu keputusan, lebih baik mundur perlahan, dari pada bertahan tapi menyakitkan. 

Adhis melepas kalung berbandul cincin pertunangan yang diberikan opa Alex padanya tempo hari, sebagai simbol bertunangannya dengan Dean, "baiklah … aku memang masih anak-anak, ini ku kembalikan cincinnya." Adhis menyodorkan cincin pertunangan miliknya. 

Dean berdiri dari kursinya, dan dengan gayanya yang angkuh, dia berkata, "gak perlu, kamu bisa membuangnya, karena aku bisa memiliki 100 benda serupa bila mau. Tapi seandainya benda itu di jual juga pasti sangat lumayan, buat nambahin uang jajanmu, jangan pernah menemuiku lagi!, atau jika kita bertemu, kamu bersembunyi lah, karena aku tak mau melihatmu lagi!" 

Usai mengeluarkan segala rasa angkuh dan egonya, Dean pergi begitu saja, meninggalkan sebaris luka yang menganga. Adhis hanya tergugu tanpa kata, benci, dan kecewa berbaur menjadi satu, ia masih terlalu belia untuk menerima sebuah kegagalan cinta, bahkan jalan hidup nya mungkin baru saja bermula.

Flashback end. 

•••

Udara disekitar mereka sudah sangat dingin, tapi kalimat Adhis membuat Dean merasa semakin kedinginan. Dean menghentikan pergerakan sendok yang hampir mencapai mulutnya, ia beralih menatap kedua mata Adhis yang tiba-tiba berembun. “Kamu?”

“Kenapa? terkejut karena aku masih ingat semua perkataanmu? itu masih seperti rekaman yang terus berputar di kepalaku.”

“Tapi itu, sudah sangat lama berlalu?” tanya Dean heran. 

“Iya, memang sudah sangat lama, tapi luka dan penghinaanmu saat itu, masih meninggalkan bekas yang tak mungkin bisa disembuhkan.” 

1
Ghiffari Zaka
jauhkan adhis dr Raka Thor🙏🙏
Ghiffari Zaka
bagus dean...ambil aja adhis bw pergi...
Ghiffari Zaka
AQ nyimak aja lah Thor,males lah lok adhis cmn diam tanpa bertindak
Ghiffari Zaka
tu kantor.....jangan biarkan adhis terima gt aja Thor.....
Ghiffari Zaka
AQ baca aja dech di episode ini
Ghiffari Zaka
nah loh....rasain km Raka....ayo Thor...balas rasa sakit adhis.....
Ghiffari Zaka
cepat Thor....GK usah lama2....
Ghiffari Zaka
ud Thor....buat adhis pergi pliiiissss.....AQ gak terima loh ,biarpun AQ GK mengalami tapi bacanya AQ dah nyesek ini😭😭😭
Ghiffari Zaka
ayok adhis.....cari tau ,lok ud tinggalkan.jangan bertahan dengan laki2 pembohong .....💪💪💪
Ghiffari Zaka
sedih nyaaa......udah buat adhis pergi dan suaminya menyesal dech Thor.....
Dewi Oktavia
kata y tak cinta tapi hamil lagi
Arma Dwi
seruuu
rahmawaty
𝒕𝒉𝒐𝒓 𝒉𝒓𝒖𝒔𝒏𝒚𝒂 𝒃𝒊𝒌𝒊𝒏 𝒑𝒆𝒎𝒆𝒓𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒓𝒖 𝒄𝒘𝒐𝒌 𝒃𝒖𝒂𝒕 𝒋𝒐𝒅𝒐𝒉𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒅𝒉𝒊𝒔 𝒚𝒈 𝒔𝒊𝒏𝒈𝒍𝒆, 𝒎𝒂𝒑𝒂𝒏, 𝒌𝒂𝒚𝒂, 𝒕𝒂𝒎𝒑𝒂𝒏..𝒋𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒅𝒖𝒅𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒏𝒂𝒌 𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒉𝒐𝒓 . 𝒎𝒔𝒂 𝒎𝒂𝒖 𝒌𝒆𝒎𝒃𝒂𝒍𝒊 𝒍𝒈 𝒌𝒆 𝒎𝒂𝒏𝒕𝒂𝒏 𝒔𝒊𝒊..𝒂𝒑𝒂𝒍𝒈𝒊 𝒂𝒏𝒌𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒆𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏𝒌𝒂𝒏 𝒐𝒓𝒈𝒕𝒖𝒂 𝒏𝒚𝒂 𝒓𝒖𝒋𝒖𝒌, 𝒏𝒂𝒉 𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒃𝒊𝒌𝒊𝒏 𝒎𝒔𝒍𝒂𝒉 𝒏𝒏𝒕𝒊 𝒏𝒚𝒂
rahmawaty
𝒚𝒂𝒉 𝒓𝒂𝒌𝒂 𝒍𝒖 𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒏𝒂𝒏𝒆𝒎 𝒃𝒆𝒏𝒊𝒉 𝒍𝒈 𝒂𝒎𝒂 𝒔𝒊 𝒂𝒏𝒈𝒈𝒊 , 𝒂𝒍𝒆𝒎𝒐𝒏𝒈 𝒃𝒌𝒂𝒍 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒏𝒌 𝒍𝒈 𝒊𝒏𝒊 𝒎𝒂𝒉
Onah Sukaedah
pusing terlalu banyak Kel..JD males
rahmawaty
𝒂𝒉 𝒎𝒂𝒖 𝒂𝒍𝒆𝒔𝒂𝒏 𝒂𝒑𝒂𝒑𝒖𝒏 𝒕𝒕𝒆𝒑 𝒈𝒂 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒈𝒘 𝒎𝒂𝒂𝒇𝒊𝒏 𝒚𝒂 𝒔𝒆𝒂𝒏𝒅𝒂𝒊𝒏𝒚𝒂 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒖𝒂𝒎𝒊 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒓𝒕𝒖𝒂 𝒃𝒈𝒕𝒖 , 𝒏𝒊𝒌𝒂𝒉 𝒅𝒊𝒂𝒎2 , 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒏𝒂𝒌 , 𝒃𝒉𝒌𝒏 𝒎𝒆𝒓𝒕𝒖𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒅𝒖𝒌𝒖𝒏𝒈.. 𝒚𝒂𝒔𝒖𝒅𝒉𝒍𝒂𝒉𝒉 𝒂𝒑𝒂 𝒚𝒈 𝒎𝒂𝒖 𝒅𝒊 𝒉𝒂𝒓𝒂𝒑𝒌𝒂𝒏 𝒍𝒈.. 𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂??? 𝒚𝒂𝒉𝒉 𝒃𝒖𝒍𝒔𝒉𝒊𝒕𝒕𝒕..𝒌𝒓𝒏𝒂 𝒚𝒈 𝒏𝒂𝒎𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂 𝒕𝒅𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒌𝒉𝒊𝒂𝒏𝒂𝒕𝒊 𝒅𝒍𝒎 𝒃𝒆𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒂𝒑𝒂𝒑𝒖𝒏
Qillah julyan
thor tu si dewi kpn matinya sih gedeg gww
Qillah julyan
mertua nya memang mirip babi..apa cakepan babi kali yaa kesal
Qillah julyan
wah seruu broo
Qillah julyan
knp laki2 bnyak kek anjing sih gak mantan gak suami sah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!