AKU PELAKORNYA

Dina membalikkan tubuhnya dan tersenyum kepada semua tamu.

"Baiklah ayo kita mulai acaranya dengan bahagia!". ucap Dina dengan senyum ceria

Dina tersenyum kepada ibu mertuanya. "kita lihat Bu siapa yang akan menang di permainan ini". Kata Dina dalam hati. Dina tau bahwa semua ini adalah ulah ibu mertuanya. Itu sebabnya ia hanya bisa menerima. tapi itu bukan berarti ia mengaku kalah.

Namun Dina tidak pernah mengerti atau memahami. Bahwa musuh sebenarnya bukanlah ibu mertuanya, melainkan Alvaro suaminya. Yang telah mengetahui semua kejahatan dan kebusukan nya.

Saat pesta berakhir dan para tamu mulai beranjak, Nayla akhirnya bisa menghela napas panjang. Tapi luka yang ditinggalkan tidak akan mudah hilang. Ia tahu, pernikahannya bukan seperti pernikahan pada umum nya. Ia harus menerima buah dari pelunasan utang dan juga pandangan sinis dari orang-orang.

Namun, di lubuk hatinya, ia berbisik lirih: ini memang jalan yang ku pilih. Aku hanya berharap semua nya akan baik-baik saja dan orang-orang tidak tenggelam dalam kebencian mereka.

Senyumnya tetap terpasang saat tamu terakhir meninggalkan ruangan. Tapi hanya Nayla yang tahu, di balik senyum itu, hatinya tengah menangis sejadi-jadinya.

---

Alvaro POV

Hari ini hari pernikahanku dengan gadis yang bernama Nayla. Kalau bukan karena ingin menghancurkan dan membalas Dina, mana mungkin aku mau menikah lagi. Semua ini berawal dari rencana ibuku yang ingin mendekatkan aku dengan wanita yang baru-baru ini di kenalnya. Entah apa motif dari ibuku. yang jelas dia sangat tidak menyukai, saat aku menikahi Dina. Ibuku bahkan tidak memberikan restu dengan pernikahan kami.

Nayla, penampilan dan wajahnya cukup cantik mungkin lebih dari Dina. Itu sebabnya aku  memilih nya untuk menjadi istri ke-dua. Agar dapat menghancurkan harga diri dari istri pertama ku itu. Juga karena aku tidak akan mungkin jatuh cinta, dengan wanita yang modelan kaya Dina lagi.

Aku membuat rencana ibuku berjalan dengan mulus, untuk membuatku dekat dengan Nayla. Tapi aku tidak pernah menyangka, bahwa karena rencana Dina lah aku bisa menikahi nayla. Dan ibuku tidak akan pernah menyangka bahwa aku akan dengan mudah dan suka rela menikahi Nayla.

Sedangkan ayahku, aku tidak yakin jika dia tidak mengetahui semua nya. Tapi melihat dia tidak melakukan apapun. Mungkin dia memang tidak tau, atau pura-pura tidak tau.

Aku berniat menempati Nayla di kamar utama rumah kami nanti, agar Dina semakin sakit hati. Aku juga meminta Nayla agar selalu mesra jika berhadapan dengan Dina. Tapi entah sial atau apa, Dina tidak hadir di pernikahan kami. Padahal aku sangat ingin melihat wajah Dina saat ini.

---

Alvaro menatap dekorasi pernikahan yang di dominasi warna putih. Wajah nya terasa kaku, meski ia berusaha menampilkan wajah setenang mungkin. Hari itu, ia resmi menikah untuk kedua kalinya. Anehnya, tidak ada rasa bahagia yang menggelora, hanya beban yang menekan dada nya. Ia melihat sekitar tidak ada kehadiran wanita murahan yang sialnya pernah di cintai nya dengan tulus.

Nayla berdiri tepat di samping nya, gaun putih gading melekat indah di tubuh seksi nya.

Namun, ketenangan semu itu hancur saat sebuah suara lantang terdengar dari belakang.

“Selamat ya…”

Alvaro langsung menoleh. Dan hatinya langsung berbunga-Dina. Bukan karena jatuh cinta tapi karena kehadiran wanita di depannya ini.

Wanita itu melangkah anggun ke depan, meski sorot matanya menyimpan kepedihan, tapi ia tau ada ke pura-puraan di dalam nya. Gaun mewah mempesona yang dikenakannya menampakan aura seorang artis yang selalu berdiri tegak di sisinya. Kini, Dina berdiri di hadapan mereka berdua—ia, Nayla, dan seluruh undangan—membawa badai yang lebih besar daripada bisik-bisik orang.

“Selamat untuk pernikahan keduamu, suamiku” ucap Dina, dengan senyum yang terasa seperti membuat-aku tidak akan kalah.

Alvaro tahu, semua mata tertuju pada wanita itu. Ada yang kagum, ada yang mencibir. Ia bisa merasakan bisikan-bisikan di udara, meski tak ada yang terang-terangan di depan mereka.

"Wanita perebut suami orang.

"Kasihan Dina."

"CEO Alvaro ternyata tak setia."

Bisik-bisik itu menusuk telinga, tapi ia pura-pura tuli. Bukankah Nayla sudah tau apa yang harus di hadapi nya jika menerima kontrak pernikahan ini.

Ia mencoba menggenggam tangan Nayla, bukan untuk membela Nayla atau meyakinkan para tamu. Tapi ingin memperlihatkan pada dina bahwa dia akan selalu ada untuk Nayla.

"Permainan baru saja dimulai, Dina". Ungkap alvaro dalam hati