Arzhel hanyalah pemuda miskin dari kampung yang harus berjuang dengan hidupnya di kota besar. Ia terus mengejar mimpinya yang sulit digapai.nyaris tak
Namun takdir berubah ketika sebuah E-Market Ilahi muncul di hadapannya. Sebuah pasar misterius yang menghubungkan dunia fana dengan ranah para dewa. Di sana, ia dapat menjual benda-benda remeh yang tak bernilai di mata orang lain—dan sebagai gantinya memperoleh Koin Ilahi. Dengan koin itu, ia bisa membeli barang-barang dewa, teknik langka, hingga artefak terlarang yang tak seorang pun bisa miliki.
Bermodalkan keberanian dan ketekunan, Arzhel perlahan mengubah hidupnya. Dari seorang pemuda miskin yang diremehkan, ia melangkah menuju jalan yang hanya bisa ditapaki oleh segelintir orang—jalan menuju kekuatan yang menyaingi para dewa itu sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9 Permaisuri Langit
Permaisuri Langit ✨: “Barang-barangmu sungguh luar biasa, Dewa Modern. Berkat shampo, sabun batang, dan parfum darimu, aku tampil lebih cantik dan memesona. Suamiku, Dewa Langit, semalam begitu bergairah padaku. 💕”
Arzhel spontan batuk. “Informasi macam apa ini pagi-pagi begini!?”
Namun pesan itu belum selesai.
Permaisuri Langit✨: “Apa kau memiliki barang kewanitaan lain? Aku ingin sesuatu yang bisa membuatku semakin menawan. Tolong balas pesanku segera, Dewa Modern.”
Arzhel terdiam. Tangannya refleks menutup mulut. Antara mau tertawa, malu, atau panik.
“Barang kewanitaan…? Gila, apa aku harus jadi pedagang kosmetik sekarang?” gumamnya.
Di kepalanya, ia bisa membayangkan risiko: Jika ia menolak, bisa saja Permaisuri Langit tersinggung. Jika ia mengiyakan, ia harus benar-benar mencari barang yang cocok untuk wanita.
Arzhel menatap ponselnya dengan wajah serius. “Tapi… ini kesempatan emas. Kalau aku bisa jadi supplier pribadi Permaisuri Langit, namaku bisa langsung melejit ke kalangan dewa-dewi kelas atas.”
Arzhel menatap layar ponselnya cukup lama. Pesan dari Permaisuri Langit masih terpampang jelas. Ia tahu betul, kesempatan emas sudah ada di tangannya. Tapi kalau ia langsung mengiyakan semua permintaan tanpa syarat, ia bisa terlihat seperti pedagang receh.
“Aku tidak boleh terlihat seperti pedagang rendahan… jika aku ingin bermain di liga para dewa, maka aku harus tampil berkelas,” gumam Arzhel sambil mengetik cepat.
Arzhel, Dewa Modern✈️: “Barang-barangku terbatas jumlahnya. Namun, jika Permaisuri benar-benar menginginkannya, aku bisa mengutamakanmu. Tapi dengan satu syarat—perkenalkan produkku pada teman-temanmu.”
Arzhel menekan tombol kirim, lalu langsung merasa deg-degan. “Ya Tuhan… aku barusan nawar-nawar Permaisuri Langit. Kalau salah langkah, bisa-bisa aku dikutuk jadi abu di tempat.”
Notifikasi balasan datang lebih cepat dari yang ia kira.
Permaisuri Langit✨: “Ini adalah pertama kalinya ada dewa yang bicara seperti itu padaku. Terakhir kali seseorang berani lancang… suamiku memastikan dia lenyap tak bersisa.”
Arzhel membeku. Tangan yang memegang ponsel tiba-tiba dingin, bulir keringat menetes dari pelipis. Ia bisa membayangkan sebuah kilat menyambar dari langit hingga tubuhnya hancur lebur tanpa jejak.
“Ya ampun… sial, aku kebablasan.”
Namun pesan itu belum berhenti. Notifikasi berikutnya muncul:
Permaisuri Langit✨: “😊 Tapi tidak masalah. Kau membuatku sangat bahagia semalam, jadi aku memaafkan kelancanganmu.”
Arzhel hampir jatuh dari kasurnya. “Kau membuatku sedikit khawatir, Bu Permaisuri...”
Pesan berikutnya meluncur seperti musik di telinga:
Permaisuri Langit ✨: “Aku akan memperkenalkan produkmu kepada para dewi dan bidadari. Jadi, jangan lupa kabari aku setiap kali kau punya barang baru, Dewa Modern. Aku harus jadi yang pertama memakainya di kalangan para dewi 😘”
Arzhel, Dewa Modern✈️: "Terimakasih banyak, Yang Mulia Permaisuri ☺️"
Arzhel menutup ponselnya sejenak setelah membalas dengan sopan, ia menghela napas panjang dengan lega. “Fiuuuhhh… masih hidup. Untung aku tidak membuat dia marah..."
Ia menjatuhkan tubuh ke kasur, menatap langit-langit dengan senyum kecil. “Kalau ini berhasil, aku bisa jadi pemasok resmi kalangan elite. Bisa dibilang… aku bakal punya ‘customer langganan’ yang benar-benar istri bos besar.”
Arzhel menatap saldo koin Ilahi di layar ponselnya.
Saldo: 💰 600 Koin Ilahi.
Jumlah itu sudah lebih dari cukup untuk membeli Pil Penyegar Pikiran yang diiklankan oleh Dewa Muka Seribu. Meski masih kesal karena merasa dipermainkan, ia sadar—kepalanya benar-benar butuh istirahat.
Tanpa ragu, ia menekan tombol [Beli – 100 Koin Ilahi].
Sekejap kemudian, sebuah pil kecil berwarna emas berkilauan muncul di telapak tangannya. Seakan terbuat dari cahaya padat, pil itu menguarkan aroma lembut, entah seperti campuran daun mint segar dengan aroma laut.
“Yah… semoga ini berguna,” gumam Arzhel, lalu menelannya.
Begitu pil itu larut di tenggorokan, dunia seakan berubah.
Kepalanya yang tadinya terasa berat, dipenuhi sisa-sisa dendam dan amarah dari akting peran kemarin, mendadak seperti terbasuh gelombang laut biru.
Ia bisa merasakan pasir putih di bawah kakinya, suara deburan ombak yang menenangkan, sinar matahari hangat yang jatuh di kulit tanpa menyakitkan. Semuanya terasa ringan, damai, dan membebaskan.
Arzhel terpejam sambil tersenyum tipis. “Ini… ini luar biasa..." Ia merasakan sensasi seolah baru saja pulang dari liburan panjang, sebuah sensasi yang menyegarkan dan refreshing bagi otaknya.
Semua rasa tidak nyaman, tekanan mental, bahkan kebencian samar pada Austin dan Laura, lenyap seolah hanyut dibawa ombak. Ia membuka mata dengan tatapan yang lebih jernih, seakan seluruh beban hidupnya baru saja dilarikan angin laut.
Arzhel menghela napas panjang. “Walaupun Dewa Muka Seribu itu penipu, tapi barangnya benar-benar memuaskan.”
Setelah pikirannya kembali normal, Arzhel langsung membuka menu Pasar Ilahi lagi. Ia tahu betul jika dirinya saat ini sedang sangat kesulitan uang, bahkan ia hampir tidak bisa membahar uang sewa kostnya. Koin ilahi juga tidak bisa ditukarkan ke dalam bentuk uang tunai, jadi Arzhel harus menemukan teknik lain yang bisa membantunya mendapatkan uang.
Tiba-tiba, sebuah teknik dengan bingkai emas pekat muncul di daftar rekomendasi. Judulnya begitu mencolok sampai membuat jantung Arzhel berdegup lebih cepat.
📜 Teknik: Raja Meja Judi – Keterampilan mutlak yang diwariskan dari sosok legendaris yang pernah menguasai seribu kasino di tujuh langit. Setelah mempelajarinya, kau akan menguasai segala bentuk permainan keberuntungan: dadu, kartu, papan taruhan, bahkan taruhan lisan. Mata, tangan, dan instingmu akan selalu bergerak mengikuti jalur kemenangan. Harga: 500 Koin Ilahi.
Arzhel membelalakkan mata. “Ini… gila.”
Ia menatap saldo koinnya. Setelah hasil penjualan besar-besaran kemarin, ditambah bonus promosi dari Dewa Kuliner dan pembelian Permaisuri Langit, saldo itu cukup—walau hanya menyisakan sedikit setelahnya.
“Yah, kalau mau kaya cepat, harus berani ambil risiko.”
Dengan senyum miring, Arzhel langsung membelinya dengan harga yang juga langsung mengosongkan saldonya.
Seketika, udara di kamar menjadi berkilau. Sebuah gulungan emas panjang muncul di udara, melayang perlahan sambil berputar. Gulungan itu dihiasi simbol-simbol kartu remi, dadu merah, dan koin emas yang berjatuhan.
Arzhel mengulurkan tangan, meraih gulungan itu dan membukanya. Cahaya berpendar lembut sebelum gulungan tersebut terbakar dan menjadi abu.
Wuuusshh!
Arzhel terhuyung ke belakang, kedua matanya terpejam rapat. Dalam sekejap, seakan-akan ribuan adegan judi memasuki pikirannya.
Ia bisa melihat orang-orang melempar dadu, mengocok kartu, menyusun taruhan, bahkan trik-trik tangan licin yang mustahil dilakukan manusia biasa.
Pengetahuan itu mengalir deras tanpa henti:
– Cara membaca ekspresi lawan.
– Rumus probabilitas instan dalam kepalanya.
– Trik menggertak hingga musuh menyerahkan segalanya.
– Bahkan, “insting kemenangan” yang membuat tubuhnya otomatis tahu kapan harus berhenti, kapan harus menyerang.
Arzhel membuka mata perlahan. Pupil matanya tampak berkilat, seolah-olah ada bayangan dadu yang berputar di dalamnya.
Ia menarik napas dalam, lalu tersenyum sinis. “Heh… Kemampuan ini mungkin dapat membuatku benar-benar menjadi Raja Judi."