Tamara adalah seorang wanita muda yang independen dan mandiri. Ia bisa hidup bahagia dan kaya tanpa dukungan seorang laki-laki. Ia juga membenci anak-anak karena menurutnya mereka merepotkan dan rewel.
akan tetapi takdir membuatnya harus mencicipi kehidupan yang paling ia benci yaitu bertransmigrasi menjadi seorang ibu muda dari anak yang bernasib malang...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Q Lembayun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misi ke-1
Bip Bip Bip
Suara sistem terdengar begitu jelas di telinga Tamara. Akan tetapi rasa kantuk telah menguasainya saat ini dan hal tersebut berhasil membuatnya sangat marah. Ia paling tidak suka seseorang mengganggu tidur nyenyaknya. Apalagi orang tersebut berupa sistem yang tidak berguna.
"Katakan ada apa, awas saja kalau tidak penting. Aku akan mencincang mu karena berani mengganggu tidur nyenyak ku."
"Selamat kepada Tuan Rumah, hari ini Tuan Rumah akan mendapatkan misi pertama yaitu menyayikan lagu pengantar tidur pada Dave. Hadiah uang 50.000. Terima atau tidak."
Suara itu terdengar seperti suara mesin yang kaku dan dingin. Sangat berbeda dengan suara sistem lobak yang biasanya pengecut dan penakut. Hal tersebut telah berhasil menarik perhatian Tamara dan ia pun membuka matanya dan melihat ke arah sistem.
Tamara terlihat kaget saat melihat sistem yang memiliki mata menyala dan terdapat beberapa tulisan hologram di atas kepalanya. Melihat hadiah yang akan ia terima Tamara pun langsung mencibir.
"Giliran nggak ada uang, nggak ada misi. Giliran ada uang malah ada misi. Mana hadiahnya cuma 50.000. beli mie ayam dua mangkok habis tu." ucap Tamara mengomel.
Jika sistem lobak yang biasanya, mungkin sistem akan lari terbirit-birit saat melihat Tamara yang sedang marah-marah. Hanya saja saat ini sistem lobak bertingkah seperti robot pada umumnya, dingin dan tak memiliki emosi yang nyata.
Walaupun Tamara enggan untuk melakukannya, tapi apa boleh buat misi adalah misi. Semakin banyak ia akan melakukan misi maka akan semakin tinggi level permainannya, dengan begitu semakin banyak pula uang yang akan ia hasilkan. Siapa suruh ia seorang pengusaha, jadi dimatanya uang tetaplah uang. Sebesar apapun nominal uang itu, selama bisa digunakan untuk berbisnis maka ia akan mengambilnya.
"Terima."
"Baiklah, misi sedang diproses... Selesaikan misi dalam waktu kurang dari dua jam."
Tamara pun bangun dari tempat tidurnya dengan terpaksa. Akan tetapi karena perutnya yang besar, ia merasa kesulitan untuk bangun dengan cara yang normal. Saat Tamara bersusah payah untuk bangun, suara pintu terbuka dan wajah Dave terlihat di sana.
"Bu, apakah ibu haus? Aku akan mengambilkan air untuk ibu."
Saat itu juga Tamara kaget, ia pun melihat kearah jam di dinding dan melihat bahwa jam sudah menunjukkan pukul 1 malam.
Tamara awalnya bingung kenapa ia diberi misi untuk menyanyikan pengantar tidur untuk Dave pada waktu selarut ini. Akan tetapi ia tidak menyangka bahwa ternyata Dave masih belum tidur. Pantas saja sistem memberinya misi sekarang.
"Dave, kemari."
Anak itu pun mendekat pada sang ibu dengan wajah khawatir. "Bu, apakah kamu sakit lagi?"
Mendengar pertanyaan khawatir anak sekecil itu entah kenapa membuat hati Tamara sedikit nyeri.
"Tidak, ibu tidak sakit. Ibu hanya ingin bertanya kenapa kamu belum tidur?"
"Dave takut ibu haus, jadi Dave tidak berani tidur dengan cepat. Nanti Dave akan tidur setelah jam 3 saja."
Anak itu sangat polos dan menjawab pertanyaan Tamara dengan apa adanya. Ia ingat apa yang dikatakan ibunya saat di rumah sakit, ibunya berkata bahwa ia benci pembohong. Jadi Dave berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia tak akan pernah berbohong lagi pada Tamara.
Akan tetapi kejujuran itu telah menusuk perasaan Tamara yang paling dalam. Bagaimana anak sekecil ini berfikir begitu perhatian. Walaupun itu dipenuhi dengan rasa kasih sayang dan kepedulian, tapi entah kenapa rasanya begitu menyakitkan. Dave terlalu kecil untuk bersikap terlalu dewasa dan hal tersebut membuat Tamara marah.
"Lalu memangnya kenapa kalau aku haus? Memangnya aku lumpuh? Aku bisa mengambil air untuk diriku sendiri, aku tidak butuh anak ingusan seperti dirimu untuk mengurusku. Kamu itu anak kecil, seorang anak kerjaannya kalau malam itu tidur bukan begadang. Kamu dengar?!"
Mendengar omelan ibunya, mata Dave langsung memerah dan menangis dengan pelan. Ia tak berani merengek karena takut ibunya akan lebih marah. Tapi anak itu tak terbiasa dimarahi dengan cara seperti itu, jadi ia sangat sedih sekarang.
"Maafkan aku Bu, Dave hanya takut ibu haus. Ibu biasanya menangis tengah malam dan suara ibu menjadi serak. Ibu bilang perut ibu berat jadi tidak bisa bangun, jadi aku selalu mengambilkan ibu air agar tidak kesulitan."
Anak itu menangis lebih banyak dan Tamara tak bisa berkata apa-apa. Ia ingin marah tapi tak tau harus marah pada siapa. Apakah ia harus marah pada dirinya sendiri karena terlalu emosional, ataukah marah pada kedua orang tua kandung Dave yang membuat nasib anak ini berakhir terlalu tragis.
Sebelum Tamara mengambil alih tubuh ini, Tamara yang asli mengalami depresi yang begitu dalam. Ia akan mengalami mimpi buruk dan akan bangun di tengah malam. Setelah itu ia akan menangis untuk waktu yang lama, Dave akan berdiri di depan pintu setiap malam untuk mendengar apakah ibunya selesai menangis atau belum. Ketika suara ibunya mulai serak, ia akan segera mengambilkan air dan menghiburnya dengan pelukan.
Perhatian anak ini untuk ibunya terlalu besar dan itu beban berat untuk Tamara. Mata Tamara perlahan memerah dan ia tidak tahan untuk tidak menangis, akan tetapi ia segera mendongak ke atas untuk mencegah air matanya jatuh.
Tamara pun membelai pelan rambut anak itu dan membujuknya dengan pelan.
"Dengarkan ibu Dave, ibu tidak marah padamu karena membawakan ibu air. Ibu hanya marah pada diri ibu sendiri karena tidak membiarkan Dave tidur dengan nyenyak sepanjang malam. Maafkan ibu Dave, ibu pasti telah banyak membuat mu menderita."
Mendengar permintaan maaf ibunya, Dave langsung mendongak dan menggelengkan kepala dengan keras. Ia ingat terakhir kali ibunya minta maaf padanya adalah saat ibunya penuh penyesalan mengatakan bahwa ibu harusnya mati. Dan hal tersebut membuat Dave takut, ia takut kehilangan ibunya.
"Tidak Bu, Dave salah. Dave salah Bu! Dave harusnya tidak membuat ibu marah. Dave janji mulai sekarang Dave akan tidur lebih awal dan tidak membuat ibu marah. Maafkan Dave Bu, ibu jangan meninggalkan Dave..."
ucap anak itu merengek.
Dave memeluk ibunya dengan erat dan Tamara pun tak bisa menahannya lagi. Ia ikut menangis bersama anaknya. Seumur hidup Tamara tak ada seorang pun yang begitu perhatian padanya melebihi apa yang Dave lakukan saat ini. Anak ini memiliki begitu besar cinta dan perhatian pada ibunya, anak sehebat ini harusnya memiliki nasib yang begitu mujur, bukan berakhir dengan kematian yang buruk.
"Dave, ibu janji tidak akan menangis di tengah malam lagi. Kalau ibu haus ibu akan pergi mengambil air sendiri. Jadi Dave tak perlu begadang untuk mengambilkan ibu air lagi. Apakah Dave mengerti?"
"Dave mengerti Bu."
"Baiklah, sebagai hadiah karena Dave mengerti maka malam ini Dave bisa tidur bersama ibu. Ibu akan menyanyikan sebuah lagu untuk Dave."
Mendengar hal itu mata Dave langsung berbinar. Ia tidak sabar mendengar sang ibu menyanyi untuk menemani tidurnya. Dave pun kembali bersemangat dan segera memeluk Tamara lebih erat.
Sepanjang malam keduanya tidur dengan berpelukan. Saat suara Tamara mulai mengecil dan menghilang, maka saat itu juga suara sistem pun terdengar.
"Selamat misi pertama anda berhasil."