Setelah pesta ulang tahunnya semalam, dia terbangun di atas ranjang kamar hotel tempatnya bekerja, dalam keadaan berantakan dan juga sendirian. Masih dalam keadaan bingung, dia menemukan bercak merah di bawah tubuhnya yang menempel di alas kasur. Menyadari bahwa dirinya telah ternoda tanpa tahu siapa pelakunya, diapun mulai menyelidiki diam-diam dan merahasiakan semuanya dari teman-temannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Beby_Rexy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cek CCTV
Ranti mencoba mencari barang-barang miliknya. Masih dalam keadaan marah dan frustasi, dia nyaris muntah karena tekanan emosi di saat melihat pakaiannya berserakan di atas lantai.
“Ini benar-benar gila, nggak bisa dibiarkan!” suaranya bergetar sembari mengenakan seluruh pakaiannya dengan gerakan cepat. Pakaian yang sama seperti yang ia pakai semalam. Sampai dengan id card miliknya pun tergeletak pasrah, Ranti merampasnya dengan sekuat tenaga kemudian mengalungkan ke lehernya.
Kacamatanya sudah tidak ada, dan dia merasa tak punya waktu untuk mencarinya. “Persetan dengan kacamata! Eerrgghh!”
Ranti tidak tahu saat itu dia sedang berada di dalam kamar siapa, kamar itu luas bahkan tiga kali lebih besar dari kamar miliknya. Ya, seluruh eksekutif perusahaan mendapatkan jatah kamar di hotel mewah tersebut, dengan fasilitas kelas 1, Ranti tentu saja mendapatkan kamar serupa. Meski dia jarang menginap di kamar tersebut karena lebih suka tidur di rumah orang tuanya, lebih tepatnya rumah peninggalan mendiang sang ayah. Satu yang dia yakini, bahwa dirinya masih berada di hotel dan kamar itu pastilah milik pimpinan hotel yang tidak terpakai.
Entah kenapa Ranti jadi membayangkan wajah Arion, CEO muda yang menjadi pemimpin mereka di Hotel Phoenix, bagi Ranti yang sudah bekerja selama dua tahun di sana, sosok Arion yang di mata semua orang penuh dengan kesempurnaan itu, tak lain hanyalah sosok angkuh, pelit, dan terkadang Ranti menyebutnya ‘gay’.
Bukan tanpa alasan, itu karena Arion tak pernah terlihat menjalin hubungan dengan wanita, bahkan Tisya adiknya sendiri mengatakan bahwa kakaknya itu sering kali menolak perjodohan yang dilakukan oleh keluarganya.
Saat ini Ranti sudah berhasil keluar dari kamar President Suit tersebut, dengan perasaan gelisah dan jantung yang berdebar-debar, dia melangkah pelan sambil mengapit blazer di kedua tangannya. Ranti berjalan mengendap-endap seperti maling, mengamati sekitarnya takut jika sampai ada yang melihatnya dalam keadaan berantakan seperti itu. Dia sempat menoleh ke arah pintu kamar tadi, mengamati nomor kamarnya yang memang bukan kamar milik Arion.
“Kalau sampai ini kamarnya, bisa mati berdiri aku, lagian Ranti, kok bisa kamu ada di dalam situ?” Ranti bergumam, dia gemas dan kesal sekali. Dia berhenti sejenak, menutup kedua mata dan mencoba mengingat kejadian semalam. Sayang, tak ada satu pun potongan ingatan yang terlintas.
Mendesah panjang, dia pun melanjutkan langkahnya. Semakin jauh dia melangkah semakin dia tahu bahwa saat itu dia sedang berada di puncak gedung, lantai 100. Sebenarnya kamar Arion ada di lantai yang sama, tetapi Ranti pernah beberapa kali ke sana, dan di tempat dia berdiri saat itu tampak berbeda.
“Kenapa aku belum pernah kesini? Seharusnya belokan kanan ini ruang gym punya Tuan Arion, kan?”
Benar saja, ketika Ranti berbelok ke kanan, tampak dinding setengah kaca di sebelah kanannya yang di dalamnya berisi peralatan olahraga kelas atas. Tampaknya ada orang di dalam sana, karena telinga Ranti mendengar suara samar. Semakin dia melangkah semakin jelas suara itu.
“Kamu itu dokter malah pergi mabuk, kalau aku beritahu Mama bisa ditendang kamu ke Amerika sekarang juga.”
“Ya, Kakak jangan bilang, dong! Lagian ya, Tisya sudah se-gede ini juga masih dilarang.”
Ranti menghentikan langkah kakinya. “Kayak suara Tisya,” gumamnya seraya menajamkan pendengarannya.
“Kamu tahu artinya integritas, kualitas, dan harga diri? Coba jawab sekali lagi, aku bisa cabut gelar doktermu itu!”
Di luar ruangan itu, Ranti membulatkan kedua matanya, dia hafal suara itu. “Pasti Tuan Arion lagi marahin Tisya karena semalam.” Ketika Ranti menengok ke arah kaca, tiba-tiba kepala Arion bergerak ke arahnya membuat Ranti terkejut dan sontak duduk untuk bersembunyi.
Tatapan tajam itu, alis hitam tebal dan tegas serta raut wajah dinginnya.
Hening sejenak, Ranti menggigit bibir bawahnya sambil berdo’a, “Semoga nggak ada yang lihat aku…” Kemudian, sambil merangkak Ranti melarikan diri dari sana.
---
Beberapa saat kemudian, Ranti sudah berada di dalam kamarnya. Dia baru selesai mandi dan kini menatap pantulan dirinya di depan cermin. Wajahnya tampak lesu dan frustasi, mendapati kenyataan bahwa dirinya telah ternoda dan parahnya dia tidak tahu siapa laki-laki yang dengan tega merenggutnya.
“Dasar brengsek! Kenapa aku nggak ingat sama sekali? Noah kah? Atau Rico?” Ranti mendesah panjang kemudian meraup wajah dengan kedua tangannya.
“Ibu, maafkan anakmu ini…”
“Oh Tuhan, gimana kalau aku tiba-tiba hamil? Ibu pasti kecewa.”
Berbagai macam pikiran buruk dan rasa bersalah memenuhi isi kepalanya. Dalam pikiran Ranti kalau bukan Noah dan Rico lalu siapa lagi?
“Aku harus tanya ke Tisya, apa yang terjadi habis aku pingsan tadi malam? Kalau memang salah satu dari Kak Noah sama Kak Rico pelakunya, awas saja!”
Ranti mengepal erat kedua tinju kecilnya, selama berteman dengan dua lelaki itu tak pernah sekalipun mereka berbuat kurang ajar pada dirinya. Dua tahun bekerja bersama mereka, dua lelaki itu selalu profesional, jika bercanda pun pada porsinya. Noah memang terkesan genit pada semua karyawan wanita di hotel, tetapi tidak padanya.
Tiba-tiba Ranti ingat pada kejadian di mana Noah berbisik dengan Aoki di klub semalam, membuat kedua mata Ranti bergerak-gerak.
“Apa ini memang sudah direncanakan Kak Noah?”
Kemudian dia menggeleng cepat. “Jangan nuduh dulu tanpa bukti, kalau aku tiba-tiba tanya soal ini dan dia bukan pelakunya, bisa-bisa aibku terbongkar.”
Ranti melirik ke arah jam dinding, saat itu sudah pukul setengah 10 pagi, di mana jam kerjanya dimulai pada pukul 10 pagi dan selesai pada pukul 8 malam.
Ranti adalah pekerja yang sangat on time, tidak pernah satu kali pun terlambat sehingga daftar absennya selalu sempurna. Selain itu dia juga adalah seorang gadis pekerja keras, totalitas dan serba bisa.
“Masih ada waktu setengah jam lagi, gimana kalau aku ke ruang security, buat ngecek rekaman cctv di klub semalam. Ayolah, Ran, lakukan diam-diam dan nggak akan ada orang yang tahu.”
Setelah yakin dengan rencananya, Ranti bergegas meninggalkan kamarnya. Tujuannya adalah ke lantai bawah, satu tingkat di bawahnya. Di lantai 90 merupakan area pusat pengawasan hotel secara menyeluruh, lokasi yang menjadi kekuasaan Noah.
Baru saja keluar dari pintu lift, pemandangan dari orang-orang yang sibuk lalu lalang menyambut Ranti. Hal tersebut sudah lumrah terjadi di lantai tersebut, karena setiap monitor yang mengawasi lantai 1 hingga puncak gedung tidak boleh sedikit pun lepas dari pantauan. Begitu pula jika terjadi sistem eror, maka dalam hitungan menit saja semua harus bisa dikendalikan.
Ranti menelan ludahnya, mengatur napas berulang kali, lalu fokus menuju ke ruangan asisten Noah, yang letaknya berada di sebelah ruangan Noah sendiri. Ranti lebih memilih untuk menemui Andi, agar bisa lebih mudah mencari alasan ketimbang berhadapan dengan Noah.
Tak lama kemudian, kedua kaki mungilnya sampai juga di pintu yang dituju. Ranti mengangkat satu tangannya kemudian mengetuknya, sambil berdoa dalam hati agar tidak ada Noah di dalam sana.
Suara kenop pintu diputar pun terdengar, seiring juga dengan suara tegukan ludah dari Ranti. Jika sampai ada Noah di dalam sana, Ranti benar-benar belum siap untuk menjelaskan alasan dirinya datang ke sana.
Daun pintu pun terbuka, menampilkan wajah matang Andi yang langsung tersenyum pada Ranti.
“Mbak Ranti? Kok tumben datang kemari? Ada apa, Mbak?” tanya Andi ramah, meskipun mereka jarang bertemu tetapi di setiap rapat penting di akhir bulan dia dan Ranti berkesempatan bertemu, sehingga Andi cukup mengenal Ranti.
Gugup, itu yang Ranti rasakan saat ini, kedua telapak tangannya pun sampai berkeringat. “Euh, Pak Andi apa kabarnya?” tanyanya basa-basi.
Andi, pria matang berusia 40 tahun itu sedikit mengernyit tapi tidak berpikir macam-macam, dia lantas menjawab santai, “Baik, Mbak. Mbak Ranti sampai datang kesini memangnya ada yang bisa aku bantu?”
“Oh, aku mau cek cctv di lounge tadi malam, Pak Andi. Bisa?” Ranti berucap dalam satu tarikan napas.
Dia terpaksa mencari alasan menggunakan lounge sebab posisinya bersebelahan dengan klub, dia juga yakin bahwa Andi tidak akan keberatan karena pria itu tahu bahwa lounge termasuk area kerja Ranti juga.
Benar saja, tanpa ragu Andi menganggukkan kepala. “Boleh, Mbak. Mau cek yang jam berapa? Biar aku bantu cari,” ucapnya setelah mempersilakan Ranti masuk.
“Ah, nggak usah, Pak Andi, aku bisa sendiri kok.” Ranti menjawab cepat kemudian menggigit bibir bawah bagian dalamnya. Dia sungguh merasa gugup sekali, seperti sedang ketahuan mencuri.
“Kalau dia sampai lihat aku malah ngecek kamera klub, bisa kacau semuanya…” batin Ranti.
Syukurnya, Andi cukup percaya, setelah mengarahkan Ranti pada layar khusus yang mengawasi area lounge, pria itu pun memilih untuk keluar, dia mengatakan ingin membuat kopi. Dia juga menawari Ranti dan gadis itu hanya bisa mengangguk cepat agar Andi cepat pergi dan urusannya juga bisa segera tuntas.
Hitungan detik bagaikan jam, Ranti mulai sibuk mengetikkan sepuluh jarinya di atas keyboard. Mengatur hari, tanggal dan waktu yang dia cari hingga pelipisnya berkeringat.
Namun sesuatu yang aneh terjadi, kening Ranti berkerut dalam. “Kenapa nggak ada rekamannya?”
Sekali lagi dia mencoba, mengulangi ketikannya dan lagi-lagi layar tidak menampilkan apa pun.
“Sial!”
Ranti berdiri sambil menggigiti ujung kuku jarinya. “Nggak, nggak mungkin Kak Noah yang hapus, kalau dia hapus itu artinya…”
“Apa yang aku hapus?”
Ranti berjingkat kaget dan langsung memutar tubuh ke belakang, di sana lelaki yang dia hindari pagi itu telah berdiri dengan senyuman yang entah kenapa kali ini Ranti tidak suka melihatnya.
huh emang plot twist
jika sekeluarga demanding harta dan martabat
sampai harus merekrut semua Teman
😃😃 semangaat bang Arion semoga ranti cepet jinak
sampai kapan
/Determined/
semangat ranti
pasti ada Alasan dibalik semua itu,, hemm
mungkkn Arion Akan terus memintamu sebagai kekasih sungguhan
kenapa gak di iklanin aja di novel sebelah yg sudah banyak pengikutnya
Kan Makin seruu ni
sebentar lgi pasti tau siapa pelakunya
semangaat Ranti
alur cerita yg bagus
berarti pelakunya adalah Arion fix
berarti anak genderuwo/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Jadi bener Arion yg bermalam sama Ranti, pasti manusia kutub itu tersinggung sebab dikatai Gay,
makanya dia langsung membuktikan pada ranti klo dia bukan Gay/Joyful//Joyful/
gak bilang juga binging, semanga Ranti semoga segera hamil agar tau siapa pelakunya