NovelToon NovelToon
Jodoh Di Tangan Semesta

Jodoh Di Tangan Semesta

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Konflik etika / Aliansi Pernikahan / Beda Usia / Keluarga / Karir
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Anindya Semesta hanyalah gadis ingusan yang baru saja menyelesaikan kuliah. Daripada buru-buru mencari kerja atau lanjut S2, dia lebih memilih untuk menikmati hari-harinya dengan bermalasan setelah beberapa bulan berkutat dengan skripsi dan bimbingan.

Sayangnya, keinginan itu tak mendapatkan dukungan dari orang tua, terutama ayahnya. Julian Theo Xander ingin putri tunggalnya segera menikah! Dia ingin segera menimang cucu, supaya tidak kalah saing dengan koleganya yang lain.

"Menikah sama siapa? Anin nggak punya pacar!"

"Ada anak kolega Papi, besok kalian ketemu!"

Tetapi Anindya tidak mau. Menyerahkan hidupnya untuk dimiliki oleh laki-laki asing adalah mimpi buruk. Jadi, dia segera putar otak mencari solusi. Dan tak ada yang lebih baik daripada meminta bantuan Malik, tetangga sebelah yang baru pindah enam bulan lalu.

Malik tampan, mapan, terlihat misterius dan menawan, Anindya suka!

Tapi masalahnya, apakah Malik mau membantu secara cuma-cuma?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Semesta 21.

Sulit untuk Malik mengabaikan firasat buruk. Tingkah laku Anindya terlalu mencurigakan bagi dirinya untuk bisa berpikir positif. Kalau gadis itu bisa nekat pura-pura hamil demi tidak menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya, Malik yakin Anindya bisa melakukan yang lebih.

Meninggalkan pekerjaannya yang menumpuk, Malik melesat cepat menyambangi kamar Oma. Sesuai dugaan, pintunya dikunci. Malik menggedor berkali-kali, namun tak kunjung dibukakan. Panggilannya disahuti pun tidak.

"Kalau nggak buka, Malik dobrak pintunya." Dia mengancam sungguh-sungguh. Badannya boleh saja tidak terlalu jadi karena jarang pergi gym. Tapi Malik tidak pernah ragu pada kekuatannya. Mendobrak pintu kamar Oma hanyalah pekerjaan sepele.

Dari dalam masih hening. Ketika Malik menempelkan telinga ke pintu pun, tidak terdengar suara apa pun. Seolah kamar itu dalam keadaan kosong, sedangkan Oma dan Anindya entah ke mana perginya.

"Malik hitung sampai tiga." Ancamannya makin serius.

Di depan pintu itu Malik berdiri tegap. Bersiap membenturkan bahunya ke pintu andai dalam hitungan ke-tiga betulan tidak ada yang merespons.

"Satu." Ia memulai. Kuda-kudanya makin mantap.

"Dua." Kali ini, dia mundur tiga langkah. Begitu bibirnya mengucap tiga, pintu di depannya akan dia dobrak tanpa ampun.

"Tiga." Gerakannya cepat tanpa ragu. Malik datang menyerbu tanpa kehilangan fokus. Dan ketika bahunya hampir menyentuh pintu sedikit lagi, seseorang sudah lebih dulu membukanya.

Itulah pentingnya untuk menjadi kuat dan tetap fokus di saat yang bersamaan. Sehingga Malik bisa mengerem di waktu yang tepat, sebelum pintu sepenuhnya terbuka dan membuat tubuhnya terjerembab.

Malik cepat-cepat mundur dan kembali berdiri tegak. Di depannya, Oma tampak kecil dengan ketidakpercayaan diri yang kuat.

"Mana Anin?" todong Malik langsung.

Oma tidak menjawab dengan kata, melainkan gestur menunjuk ke arah dalam kamar.

Malik melongok, mengintip keberadaan Anindya yang rupanya sedang duduk gelisah di tepi ranjang Oma.

"Oma tunggu di luar. Malik mau ngomong empat mata sama Anin."

"Malik...." Oma menggeleng khawatir.

Malik menarik lembut tangan Oma, menuntunnya keluar dari garis pintu. "Malik cuma mau ngobrol, nggak akan marah-marah."

Menghindari tatapan Oma sekaligus enggan menunggu responsnya, Malik bergegas masuk ke dalam kamar Oma dan langsung mengunci pintu. Sasaran utamanya, Anindya, bangkit perlahan dari ranjang tepat ketika Malik mulai berjalan mendekat.

"Mas Malik,"

"Duduk, saya mau bicara." Perintahnya tegas tak bisa dibantah.

Anindya membuang pandangan dan kembali duduk di tepian ranjang dekat headboard. Malik pun menyusul dengan mengambil sisi ujung yang lain. Sudah melewati banyak hal bersama pun, ternyata dia masih saja ingin menciptakan jarak yang cukup.

Selama beberapa saat setelahnya, Malik tak kunjung bicara. Pandangannya berlarian tak fokus menjarah apa saja yang ada di depannya. Sebelum akhirnya berhenti di meja rias Oma yang dilengkapi kaca besar dengan bingkai penuh ukiran-ukiran unik. Terbuat dari kayu jati mahal. Warnanya cokelat tua. Masih mengilap meski lama dimakan usia.

Di dalam diamnya itu, Malik mengais kembali kenangan dari belasan tahun lalu ketika mama papanya masih ada. Kaca di meja rias Oma itu dulunya ada di kamar orang tuanya. Mamanya begitu menyukai kaca tersebut dan pernah berkata bahwa ke mana pun mereka akan pindah, ia harus dibawa. Tidak secara jelas apa alasan pastinya. Malik hanya tahu bahwa Mama begitu menyukainya dan Malik sudah memutuskan untuk menjaganya.

Setelah pindah ke sini, Malik jadi jarang melihat kaca itu karena tidak enak kalau harus keluar-masuk kamar Oma terlalu sering. Sekarang ketika ia duduk tenang dan memperhatikannya baik-baik, yang muncul bukan lagi pantulan dirinya, melainkan wajah ayu Mama dengan senyum merekah bagai kuncup bunga pertama yang mekar. Di mana hal itu perlahan membangkitkan kembali kerinduan yang telah lama ia pendam.

Meski Oma merawatnya dengan baik, memberinya cinta dan kasih sayang yang tak kurang-kurang, dan selalu berusaha memberikan segalanya, Malik tahu hidupnya seribu kali lipat lebih mudah ketika masih ada Mama di sisinya. Tapi Malik tidak pernah punya kesempatan untuk menunjukkan kerinduan ataupun kesedihannya terlampau sering.

Takut Oma sedih. Takut Oma terluka. Takut Oma jadi kepikiran hingga membuat tidurnya tak nyaman. Malik menahan semuanya sendirian sampai rasanya begitu sesak dan terkadang nyaris meledak.

Sekarang, dihadapkan pada situasi di mana dirinya harus dealing dengan Anindya dan segala isi kepala yang sulit diterka, Malik merasa rindunya pada Mama semakin besar.

"Anin," ucapnya pelan. Sebagai bentuk distraksi alih-alih sekadar memulai percakapan.

Di sebelahnya, Anindya tidak menjawab. Tetapi Malik melihat dari ekor mata bahwa gadis itu menyimak.

"Saya nggak tahu kamu lagi rencanain apa," katanya. Perlahan, ia menoleh pada Anindya. "Tapi saya mohon, berhenti. Jangan sakiti mama papa kamu dengan bikin kebohongan baru demi menutupi kebohongan kamu yang lain. Kamu nggak tahu seberapa berat beban yang mereka tanggung sampai detik ini, kan? Yang kamu lihat cuma mereka baik-baik aja di depan kamu. Bukan karena emang mereka baik-baik aja, tapi mereka nggak punya pilihan lain."

Tenggorokan Anindya seketika tercekat. Alih-alih bantahan, yang keluar dari sela-sela bibirnya hanyalah gumaman pelan mengalunkan nama Malik.

Malik mengambil napas begitu dalam dan kembali menatap lurus ke depan. "Tadinya saya mau biarin kamu urus soal kehamilan palsu kamu itu sendiri," ucapnya, "tapi tiba-tiba saya sadar kalau kamu bisa aja bikin keadaannya semakin buruk. Saya khawatir kamu nggak cuma melukai perasaan mama dan papa kamu, tapi juga seret Oma ke dalam masalah baru."

"Mas Malik." Anindya bersuara cepat. Ingin setidaknya memberikan argumen agar kesannya tidak kalah telak.

Namun, Malik lebih dulu membungkamnya. Lelaki itu menatapnya begitu intens. Membuat paru-parunya serasa terbakar karena pasokan oksigen yang tiba-tiba menipis. Bukan amarah yang Anindya temukan di sana, melainkan gundukan luka yang terakumulasi hingga nyaris meledak sejadi-jadinya. Dan itu lebih menakutkan daripada melihat Malik naik pitam.

"Saya yang akan ngomong sama mama dan papa kamu soal kehamilan palsu ini. Nanti, setelah kita menikah. Kamu cukup diam aja, jangan lakukan apa pun."

"Mas...."

"Saya nggak keberatan nanggung semuanya. Kemarahan papa kamu. Kekecewaannya. Apa pun itu. Rasanya lebih baik daripada biarin kamu bikin drama baru, yang risikonya masih nggak bisa saya prediksi."

Sesak merambat semakin cepat menjamah dada Anindya. Dia tidak menyangka Malin akan memberikan reaksi seperti ini. Ternyata dia memang masih tidak tahu apa-apa soal calon suaminya. Anindya seperti ditampar. Diingatkan bahwa ia hanyalah gadis ingusan yang masih buta pada cara kerja dunia.

"Mas..." Dan lagi-lagi ia hanya bisa bergumam pelan.

Malik membuang napas kasar dan perlahan bangkit. "Sekarang kamu pulang dulu. Saya harus kerja dan Oma butuh istirahat," ucapnya sambil berjalan santai menuju pintu. Begitu kunci dibuka dan kenop diturunkan sedikit, Malik menambahkan. "Kamu juga butuh waktu istirahat. Kepala kamu harus jernih supaya kamu nggak impulsif bikin keputusan yang bisa merugikan banyak orang."

Kemudian, Malik menghilang. Anindya tidak sempat mengamati pergantian posisi dari Malik yang keluar dan Oma yang perlahan masuk. Karena setelah Malik berbalik dan punggung tegapnya terlihat, mata Anindya sudah dipenuhi kabut bening. Dia ingin menangis.

Bersambung....

1
Zenun
Lebih dulu mengunci😁
Zenun: mengunci pintu
nowitsrain: Mengunci apa tuchh
total 2 replies
Zenun
mending jujur aja lebih bagus
nowitsrain: Oraittttt
nowitsrain: Oraittttt
total 2 replies
kalea rizuky
lanjut donk seruu
nowitsrain: Syap /Scream//Scream/
total 1 replies
kalea rizuky
astaga pasti ngamuk malik/Curse//Curse//Curse/
kalea rizuky
/Curse//Curse//Curse/ astaga Dragon Ball ngakak liat kelakuan anin/Curse//Curse/ setiap novel yg namannya anin pasti kelakuan nya random
nowitsrain: Hmmm sebuah teori konspirasi
total 1 replies
kalea rizuky
Malik abis di cakar meoww/Curse/
nowitsrain: Meow ndutt
total 1 replies
kalea rizuky
caca di anggap abang kayaknya papa anin pengen anak cwok/Curse//Curse/
nowitsrain: Bisa jadii
total 1 replies
Zenun
udah diceramahin duluan sama Malik, auto tercekat
nowitsrain: Mengkicep
total 1 replies
Zenun
mau pura-pura keguguran ya
Zenun
mamam tuh malah mandi di sini 😁
Zenun
Hng.. tak semudah itu
Zenun
Oma takut kamu sakit Anin
Zenun
sekarang kamu bikin Anin minta maaf sama bocil yang dibikin nangis coba😁
nowitsrain: Nggak deh, nggak mau coba-coba.
total 1 replies
Zenun
nyari oren centil
nowitsrain: Oyen bahenoyy
total 1 replies
Zenun
keadilan apa ni yang tegak? 🙊
nowitsrain: Apa ya....
total 1 replies
Zenun
ayo minta maap ndut
Zenun
tuh kan, dia menemukan mbul
Zenun
mungkin ketemu si mbul
Zenun
Bilang aja, Anin balik yik, kasihan dedek bayinya
nowitsrain: Wkwkwk
total 1 replies
Zenun
Abis diserang sama si ndut yang lagi kejar ular😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!