NovelToon NovelToon
Rahasia Kakak Ipar

Rahasia Kakak Ipar

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / CEO / Hamil di luar nikah / Cinta Terlarang / Cinta Seiring Waktu / Konflik etika
Popularitas:106.3k
Nilai: 5
Nama Author: Mommy Ghina

Satu malam yang kelam … mengubah segalanya.

Lidya Calista, 23 tahun, gadis polos, yang selama ini hanya bisa mengagumi pria yang mustahil dimilikinya—Arjuna Adiwongso, 32 tahun, suami dari kakaknya sendiri, sekaligus bos di kantornya—tak pernah membayangkan hidupnya akan hancur dalam sekejap. Sebuah jebakan licik dalam permainan bisnis menyeretnya ke ranjang yang salah, merenggut kehormatannya, dan meninggalkan luka yang tak bisa ia sembuhkan.

Arjuna Adiwongso, lelaki berkuasa yang terbiasa mengendalikan segalanya. Ia meminta adik iparnya untuk menyimpan rahasia satu malam, demi rumah tangganya dengan Eliza—kakaknya Lidya. Bahkan, ia memberikan sejumlah uang tutup mulut. Tanpa Arjuna sadari, hati Lidya semakin sakit, walau ia tidak akan pernah minta pertanggung jawaban pada kakak iparnya.

Akhirnya, gadis itu memilih untuk berhenti kerja, dan menjauh pergi dari keluarga, demi menjaga dirinya sendiri. Namun, siapa sangka kepergiannya membawa rahasia besar milik kakak iparnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8. Harusnya Aku Tak Peduli

“Minumannya, Pak?” Pramugari menawarkan sopan setelah pesawat stabil di udara.

“Orange juice saja,” jawab Arjuna.

Minuman itu ia seruput perlahan, tapi rasanya hambar. Pikirannya melayang ke belakang, ke gadis yang mungkin sudah terlelap.

Satu jam penerbangan terasa panjang. Arjuna tak bisa berkonsentrasi membaca majalah, apalagi menonton film. Ia hanya menghela napas berkali-kali.

Akhirnya, ia menekan tombol sabuk pengaman dan berdiri.

“Permisi, saya mau ke toilet,” katanya pada pramugari.

Namun arah langkahnya bukan hanya menuju toilet. Ia melangkah perlahan ke barisan belakang.

Matanya langsung tertuju pada Lidya. Gadis itu bersandar di kursi, kepalanya miring ke jendela. Rambut hitam panjangnya jatuh menutupi sebagian wajah, napasnya teratur. Tidur.

Arjuna berhenti beberapa langkah darinya. Dadanya naik-turun tak menentu.

"Dia benar-benar tidur … dan bahkan tak peduli aku ada atau tidak."

Tangannya mengepal. Ada dorongan untuk mendekat, untuk membetulkan posisi selimut tipis yang menutupi tubuh gadis itu. Tapi ia menahan diri.

Tidak. Aku tidak boleh. Dia adik iparku.

Arjuna menoleh cepat, pura-pura menuju toilet. Di dalam, ia menatap wajahnya sendiri di cermin.

“Bodoh,” gumamnya lirih. “Kenapa aku masih peduli? Seharusnya aku tidak peduli sama sekali.”

Tangannya menyiram air ke wajah, mencoba menetralkan pikirannya. Tapi justru rasa bersalah makin menggerogoti.

Ketika keluar dari toilet, ia kembali melewati barisan tempat Lidya duduk. Ia berhenti sebentar.

Sekali lagi, matanya jatuh pada wajah tenang gadis itu yang terlelap. Ada rasa aneh menggelayut—antara rindu, marah, dan kehilangan.

Arjuna memalingkan wajah cepat, lalu kembali ke kursinya. Ia duduk, menutup mata, mencoba mengatur napas.

“Harusnya aku tidak seperti ini. Aku suaminya Eliza. Lidya hanya adik iparku. Hanya itu.”

Namun semakin ia berkata begitu, hatinya semakin berontak.

Pesawat berguncang sedikit karena turbulensi. Penumpang diminta kembali mengenakan sabuk pengaman. Lidya sedikit bergerak, tapi tidak benar-benar terbangun.

Arjuna melirik ke belakang, khawatir. Tapi ia tahan dirinya. Ia hanya menggenggam erat sandaran kursi.

Pramugari kembali lewat, memeriksa kondisi penumpang. Arjuna memanggil pelan, “Mbak … adik saya di belakang, dia tidur. Tolong pastikan sabuk pengamannya terpasang, ya.”

Pramugari tersenyum. “Baik, Pak.”

Beberapa menit kemudian, Arjuna melihat pramugari menunduk sebentar di sisi Lidya, membetulkan sabuk pengamannya. Ia merasa lega.

Waktu berlalu. Penerbangan hampir selesai. Pengumuman pilot terdengar, meminta penumpang bersiap mendarat.

Arjuna menegakkan kursinya, tapi matanya masih sesekali melirik ke belakang.

Lidya baru terbangun saat pesawat mulai menurunkan ketinggian. Ia mengusap wajah, lalu merapikan rambut.

Arjuna menoleh sedikit, berusaha mencari tanda-tanda kelelahan di wajah gadis itu. Dan benar, wajah Lidya pucat.

"Dia pasti tidak tidur nyenyak semalam,” batinnya.

Pesawat akhirnya mendarat mulus di Jakarta. Penumpang bertepuk tangan kecil, lega.

Lidya berdiri, mengambil tas jinjingnya tanpa menoleh ke arah Arjuna.

Arjuna sendiri masih duduk, menahan koper kabin yang akan ia ambil. Pandangannya jatuh ke arah Lidya yang sudah bersiap keluar. Ia ingin memanggil, ingin berkata sesuatu, tapi lidahnya kelu.

***

Keluar dari kabin, mereka berjalan beriringan tapi tetap dengan jarak. Arjuna akhirnya memberanikan diri bicara pelan, “Lidya .…”

Gadis itu menoleh cepat, tatapannya dingin. “Kita sudah sampai. Anggap perjalanan ini hanya perjalanan bisnis seperti biasanya. Tidak usah bahas apa-apa lagi. Aku tunggu janji Kak Arjuna untuk masalah uangnya.”

Arjuna terdiam. Kata-kata itu menusuk lebih dalam daripada yang ia duga. Ia hanya bisa mengikuti langkah gadis itu menuju conveyor belt, menunggu koper masing-masing.

Dan dalam hati, ia kembali merutuk dirinya sendiri. "Kenapa aku membiarkan diriku peduli sejauh ini? Seharusnya aku tidak pernah melihat ke belakang tadi. Seharusnya aku tidak pernah … peduli pada Lidya."

Tapi hati manusia memang tak bisa begitu saja diatur.

Di tengah hiruk-pikuk bandara Soekarno-Hatta, dua jiwa itu semakin jauh, meski hanya dipisahkan oleh langkah dan kata-kata yang tak terucapkan.

“Lidya, koper kamu berat. Aku bantu bawa.” Suara Arjuna terdengar datar tapi cukup keras di tengah keramaian area kedatangan Bandara Soekarno-Hatta.

Lidya yang tengah menarik koper hitamnya menoleh sebentar. Wajahnya datar, bahkan terlalu tenang. “Tidak usah, Kak. Aku bisa sendiri.”

Nada suaranya sopan, tapi dingin—seperti tembok es yang berdiri tegak di antara mereka.

Arjuna tidak membantah, hanya diam sambil menatap punggung gadis itu yang berjalan cepat melewati deretan penumpang lain. Di tangan kanannya, ia masih memegang boarding pass yang terlipat, sementara tangan kirinya menenteng koper kabin. Langkahnya berat, seolah setiap gerakan mengandung beban yang tak kasatmata.

Udara Jakarta yang lembab segera menyambut mereka begitu keluar dari pintu otomatis terminal kedatangan. Hiruk pikuk orang menjemput, suara klakson, dan aroma kopi dari kafe bandara bercampur jadi satu.

Arjuna baru hendak membuka mulut ketika sebuah suara riang memotong udara.

“Mas Arjuna!”

Tubuh seorang wanita berlari kecil ke arahnya. Eliza. Rambut cokelat panjangnya bergerak seirama langkah, wajahnya berseri penuh rindu. Begitu sampai, ia langsung merangkul suaminya tanpa ragu—erat, nyaris seperti takut kehilangan.

Arjuna sempat tertegun sepersekian detik sebelum tangannya terangkat otomatis, membalas pelukan itu. “Eliza,” gumamnya pelan.

“Aku kangen banget, Mas,” ucap Eliza manja, matanya berbinar. Lalu, tanpa ragu, ia menarik wajah Arjuna dan mencium bibir suaminya—singkat, tapi penuh intensitas.

Beberapa orang di sekitar mereka sempat menoleh, tapi Eliza tidak peduli. Ia tertawa kecil, menyembunyikan wajahnya di dada Arjuna. “Akhirnya Mas pulang juga.”

Lidya yang berdiri tak jauh di belakang mereka segera memalingkan wajah. Ia menarik napas panjang, matanya menatap ke arah papan informasi bagasi, seolah sibuk mencari nomor penerbangan. Padahal hatinya bergetar aneh—bukan karena adegan itu baru pertama kali ia lihat, tapi karena kali ini terasa berbeda.

Biasanya ia hanya tersenyum tipis melihat kemesraan kakaknya dan Arjuna. Mereka memang pasangan serasi, semua orang tahu. Tapi entah kenapa, detik ini, dada Lidya terasa sesak. Ia bahkan tak bisa menjelaskan apa sebabnya.

“Lidya!” Eliza akhirnya sadar akan keberadaan adiknya. Ia menoleh dengan senyum lebar. “Ya ampun, kamu kok pucat! Capek, ya?”

Lidya berusaha tersenyum. “Sedikit, Kak. Lumayan melelahkan selama di Yogya. Pekerjaannya banyak. “

Eliza meraih tangan adiknya, menggenggam erat. “Makanya aku sudah bilang, jangan kerja terus. Harusnya kamu sesekali liburan juga. Biar pikiran dan badan segar.”

Lidya hanya mengangguk kecil. “Iya, Kak. Nanti akan aku pikirkan untuk liburan.”

Arjuna berdiri di samping Eliza, wajahnya tampak datar. Namun, matanya diam-diam memandangi Lidya—sejenak saja. Ada kekakuan yang tak biasa di sana, sesuatu yang ia sendiri tak ingin tunjukkan.

Bersambung .... ✍️

1
Inooy
kamu yg mulai menjauh dn menjaga jarak, kamu juga yg kebakaran jenggot, Juuun wkwkwkwk
kamu pikir dengan smua yg kamu lakukan smua beres? tidak kaaan? justru kamu makin g bisa tenang karena g d sangka2 ucapan Lidya kebuktian, walaupun smua nya datang dengan kebetulan 🤭

semangat MOMMY GHINA, bikin Arjuna g bisa tenang dn g bisa tidur..item2 tuh d bawah mata,,biar panda ada temen nya 🤣
Inooy
sabaaaarr,,hati sabaaaarr Lidya hanya adik ipar..tp hati g terima liat Lidya d peluk pria lain 🤭
maka nya Juun kamu jangan sok2an smua bisa d selesaikan dengan uang..smua bisa selesai hanya dengan menjaga jarak dn menjauh,,klo udh begini..siapa yg panas cobaaa?? 🤣🤣🤣🤣

hareudaaaang !!!!!
air mana...aiiiiiirr 🤣🤣🤣
Inooy
Fiii ingat Fii!! kamu jangan jd kompor karena d sebelah kamu tuh bensin..senggol dikit langsung meledak /Bomb//Facepalm/
Inooy
oooohh,,mulut bisa berkata baik2 sajah..tp liat Lidya d peluk pria d depan mata,,rasa nya g kuaaaaaaatt..pengeeen rasa nya memisahkan mereka!! 🤣🤣🤣
Inooy
huahahaha,,liat Juuun..wanita yg kamu anggap adik ipar, wanita yg kamu kasih uang 2 M hanya utk melupakan apa yg telah terjadi, wanita yg telah kamu cicipi..kini sedang d peluk seseorang yg jauh lebih perhatian, lebih dekat dn lebih hangat, lebih tampan dn tentu nya lebih muda dr kamu Juun....😁

gimana Juun,,hati amaaan??? 🤣
aman dong tentu nya yaaaa,,kan Lidya cuma adik ipar...d tambah lg udh d transfer 2 M utk kehidupan Lidya k depan nya kaaan?
awas lhoo tuh hati jangan sampe mencelos ketika liat keakraban Lidya ama Farel..!!!
jangan sampe ada goresan d hati y Juun liat Lidya dn Farel pelukan,,karena Lidya kan HANYA ADIK IIIIPAR 🤭
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
apa ga makin cenat cenut tuh klo lidya kabur. kesiksa lahir batin dah
Mimie
bikin si juned cenat cenut 7 keliling lapangan bola mom biar nyahoo..
ayoo lid semangat ketawa2 aja terus jgn melow2 berkepanjangan
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
iya akan sabar nunggunya 😅😅😅
Nar Sih
juna emang aneh ngk suka tpi kesan nya cemburu dgn lidya ,membingungkan 🤣
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 tolong bensin bensi mana bensi biar tambah gede 🔥🔥 nya
Kimo Miko
eh.... arjun cemburu... terus apakabar eliza. dulu mama nawari pilih lidya gak mau.. karena lidya gemoy kurang cantik terus kamu pilih eliza yang manjalita. kenapa sekarang jadi seperti itu jun
aliifa afida
iya mom .. aq sabar nunggu... bikin juna kelimpungan dl ... 🤣🤣🤣
aliifa afida
hhhhmmm... panas ya jun... 🤣🤣🤣
iqha_24
jadian aja lidya dan Farel
Dwi ratna
sebenarnya kesian jg sma si Eliz, tp ya gmn yah sifatny jauh bgd sm Lidya
Srie Handayantie
dan Lidya berhasil bikin bang Jun cenat cenut gak karuan 🙈 udh gelisah banget ituu hidupnya udh gak tenang pulaa skrg 🤭 sering banyak merenungg🙃
Putri Dhamayanti
aku menikmati alurnya, aku menikmati saat othor membuat Arjuna panasshh 😄 maaf ya pak bos 🤭
etapi knp aku berharap Lidya nantinya sm Arjun yak, apa gegara Eliza nyebelin.. 🤣
shenina
santai bang juned 😄
Mamah Nisa
siap mom ......bikin juna kepanasan dulu 😂😂
kira2 lidya akan pergi kemana ya....hmmm...penasaran nih mom....😄
juwita
kasihan Arjuna emak bpknya bikin nama smpe bubur merah bubur putih tp sm kita di ganti ada yg blg juned ada junaedi ada jumanto ujung"nya di panggil jurig🤣🤣🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!