NovelToon NovelToon
Janji Di Atas Bara

Janji Di Atas Bara

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Balas Dendam / Cinta Terlarang / Percintaan Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Miss Ra

"Janji di Atas Bara" – Sebuah kisah tentang cinta yang membakar, janji yang teringkari, dan hati yang terjebak di antara cinta dan dendam.

Ketika Irvan bertemu Raisa, dunia serasa berhenti berputar. Cinta mereka lahir dari kehangatan, tapi berakhir di tengah bara yang menghanguskan. Di balik senyum Raisa tersimpan rahasia, di balik janji manis terselip pengkhianatan yang membuat segalanya runtuh.

Di antara debu kota kecil dan ambisi keluarga yang kejam, Irvan terperangkap dalam takdir yang pahit: mempertahankan cintanya atau membiarkannya terbakar menjadi abu.

"Janji di Atas Bara" adalah perjalanan seorang pria yang kehilangan segalanya, kecuali satu hal—cintanya yang tak pernah benar-benar padam.

Kita simak kisahnya yuk, dicerita Novel => Janji Di Atas Bara
By: Miss Ra

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 8

Irvana berdiri di depan cermin, menepuk-nepuk rambutnya yang masih sedikit acak, lalu tersenyum kecil pada bayangannya sendiri. Di sudut meja, ponselnya bergetar.

"Kau sudah bangun? Hari ini aku ingin keliling kota. Ada tempat baru yang ingin kutunjukkan."

Irvan tersenyum, mengetik balasan cepat.

Irvan. "Tentu, nona fotografer. Seperti biasa, aku tunggu di taman kota."

Beberapa menit kemudian, suara klakson lembut terdengar dari depan rumah. Mobil putih Raisa sudah menunggu. Jendela terbuka, menampakkan wajah cerah gadis itu dengan senyum khasnya_ramah, berani, dan sedikit menggoda.

"Naik, tuan pendiam. Hari ini kau yang jadi sopirku," kata Raisa.

Irvan terkekeh dan masuk ke mobil. "Kalau begitu, siapkan dirimu. Aku tahu jalan-jalan terbaik di kota ini."

_-_-_

Sejak hari itu, kebersamaan mereka menjadi kebiasaan baru. Setiap pagi, Raisa selalu punya alasan untuk menemuinya_kadang hanya untuk sarapan di pinggir jalan, kadang hanya untuk berputar tanpa arah mendengarkan musik dari radio tua mobilnya.

Bagi Irvan, waktu berjalan cepat setiap kali Raisa ada di sampingnya. Ia mulai mengenal gadis itu bukan hanya dari tawa dan candaannya, tapi juga dari keheningan di antara mereka_momen ketika Raisa menatap langit sore tanpa bicara apa-apa, seolah sedang menyembunyikan sesuatu yang dalam.

Suatu sore, mereka berhenti di kafe langganan Irvan, tempat yang sering ia datangi bersama sahabat-sahabatnya dulu. Pelayan yang mengenalnya menyapa ramah,

"Wah, akhirnya nongol juga, Van. Kali ini sendirian atau sudah punya teman tetap?"

Irvan hanya menatap Raisa dengan senyum samar. "Teman tetap, sepertinya."

Raisa tertawa kecil, menatap ke luar jendela. "Teman tetap, ya?" gumamnya pelan, seolah mengulang kata itu untuk dirinya sendiri.

Mereka berbagi cerita panjang_tentang masa kecil, tentang cita-cita, bahkan tentang hal-hal sepele seperti kopi mana yang lebih enak atau musik mana yang paling cocok untuk pagi hari. Raisa beberapa kali mengeluarkan kameranya, memotret Irvan diam-diam.

"Kau tahu? Aku suka memotret seseorang tanpa pose. Itu menunjukkan siapa mereka sebenarnya," katanya sambil menatap hasil fotonya.

"Lalu menurutmu, aku seperti apa?" tanya Irvan penasaran.

"Hm--" Raisa tersenyum kecil. "Tampak tenang, tapi sebenarnya menyimpan badai."

Irvan hanya tertawa, tapi dalam hatinya ia tahu Raisa tak sepenuhnya salah.

_-_-_

Hari berganti hari. Kedekatan mereka tumbuh tanpa disadari, seperti benih yang pelan-pelan berakar di tanah lembut. Hingga akhirnya, pagi itu tiba_pagi yang berbeda dari biasanya.

Irvan baru saja selesai bersiap ketika ponselnya kembali bergetar. Kali ini suara Raisa terdengar di seberang dengan nada sedikit riang tapi sibuk.

"Irvan, hari ini nenekku ulang tahun. Pesta besar di rumahku. Papa minta kau datang lebih awal untuk bantu menyiapkan pajangan di ruang tamu."

"Pajangan?" Irvan tertawa kecil. "Sejak kapan aku jadi tukang dekorasi?"

"Sejak aku bilang kau punya selera bagus." jawab Raisa cepat. "Jangan banyak alasan. Aku tunggu jam sembilan."

"Baik, nona Kusuma."

Telepon terputus. Irvan berdiri sejenak, menatap dirinya di cermin lagi. Ada rasa gugup yang aneh kali ini_campuran antara ingin bertemu Raisa dan sedikit takut menghadapi keluarga Dharma, terutama setelah pertengkaran terakhir antara ayahnya dan Dharma sendiri.

Ia menarik napas panjang. "Demi Raisa," gumamnya pelan, lalu bergegas keluar rumah.

Di luar, sinar matahari sudah mulai terang. Hari yang tampak biasa itu diam-diam akan menjadi awal dari sesuatu yang lebih besar_bukan hanya pesta ulang tahun Nenek Ratna, tapi juga titik di mana perasaan dan persoalan akan mulai saling bertabrakan.

_-_-_-

Di halaman rumah keluarga Dharma terasa segar, meski hiruk-pikuk para pekerja membuat suasana agak riuh. Dari kejauhan, tampak motor sederhana berhenti di depan gerbang besar.

Dari sana, Irvan turun dengan pakaian yang sederhana namun rapi_kemeja biru digulung hingga siku, celana hitam bersih, dan sepatu kulit cokelat yang baru disemir. Aromanya lembut dan segar, menebar samar setiap kali ia melangkah.

Beberapa pelayan sempat menoleh; sebagian mengenalnya, sebagian lain hanya berbisik kecil. Tapi di tengah kesibukan itu, hanya satu orang yang benar-benar memperhatikan kedatangannya.

Raisa.

Ia berdiri di beranda, memegang daftar dekorasi, namun pandangannya langsung tertuju pada Irvan. Senyumnya muncul spontan_hangat, tanpa bisa disembunyikan.

"Akhirnya kau datang juga," ucapnya sambil berjalan cepat menghampiri Irvan. "Kupikir kau lupa janji."

"Mana mungkin," jawab Irvan dengan senyum kecil. "Aku tahu kau pasti menungguku."

Raisa tertawa pelan, lalu tanpa banyak bicara, ia langsung menarik tangan Irvan.

"Kau ikut aku. Kita bertanggung jawab untuk bagian balon."

"Bagian balon?" Irvan mengerutkan kening. "Kau sengaja memilih yang paling merepotkan, ya?"

"Tentu saja." Raisa tersenyum nakal. "Itu supaya aku bisa lama bersamamu tanpa alasan."

Irvan hanya menggeleng sambil tertawa kecil, tapi pipinya memanas sedikit.

Mereka berdua pun mulai bekerja di ruang tengah yang sudah setengah jadi_lampu gantung kristal memantulkan cahaya ke dinding, meja besar di tengah ruangan sudah tertutup kain putih bersih, dan para pekerja lain sibuk menata bunga di sisi jendela.

Raisa berdiri di atas kursi, menggantungkan balon-balon berwarna emas dan putih. Sementara Irvan berdiri di bawah, menatap ke atas sambil menahan tali balon di tangannya.

"Sedikit ke kiri," kata Irvan.

"Begini?"

"Sedikit lagi_nah, pas."

Raisa menatap ke bawah, tersenyum. "Kau ternyata bisa juga kalau disuruh kerja."

"Kalau yang menyuruhmu, aku bisa lebih rajin lagi," sahut Irvan cepat.

Raisa pura-pura tidak menanggapi, tapi wajahnya memerah halus. Ia kembali menunduk, mengikat tali balon dengan senyum yang tak bisa ia sembunyikan.

_-_-_

Beberapa jam berlalu. Ruangan kini sudah tampak jauh lebih indah. Raisa meletakkan daftar dekorasi di meja, lalu berbisik pelan pada Irvan yang sedang menata balon terakhir.

"Nanti malam, setelah pesta dimulai... temui aku di tempat biasa."

Irvan menatapnya, mencoba memastikan. "Tempat biasa? Yang di belakang rumah itu?"

Raisa mengangguk, senyum misterius mengembang di wajahnya. "Iya. Aku hanya ingin berdua denganmu. Janji ya, jangan terlambat."

"Janji," jawab Irvan singkat, tapi matanya tak lepas dari wajah Raisa.

Raisa melangkah mundur, menatap hasil kerja mereka_ratusan balon tergantung indah di langit-langit, memantulkan cahaya lampu sore yang mulai menembus jendela besar.

"Cantik," ucapnya lirih.

"Iya," sahut Irvan, tapi kali ini matanya tak menatap balon_melahinkan Raisa.

Gadis itu tersenyum kecil, lalu berjalan menjauh untuk membantu bagian lain, sementara Irvan masih berdiri di tempat, menatap punggung Raisa yang perlahan hilang di balik kerumunan tamu dan pekerja.

Dan di dadanya, ada perasaan aneh yang tumbuh semakin kuat_campuran antara kagum, tenang, dan sesuatu yang mulai ia pahami pelan-pelan: cinta.

...----------------...

Next Episode...

1
Deyuni12
dikit amaaaaat
Miss Ra: siaaaap
total 3 replies
Deyuni12
complicated
oh cintaaaa
Deyuni12
sungguh memilukan
Deyuni12
hadeeeeh
kumaha ieu teh atuh nya
Kutipan Halu
mampir kak, mampir jg ya ke karyaku "DIMANJA SAHABAT SENDIRI"☺☺
Deyuni12
lanjuuuut
Jee Ulya
Tapi kalau kebanyakan naratifnya, aku nggak bisa nafas. hihi😁
Jee Ulya
Nyampeee, Aromanyaaa nyampe siniii kaaaak😍😍😍
Jee Ulya: luv banyaak banyaaak
total 4 replies
Jee Ulya
😭😭😭😭 bagus bangettt
Jee Ulya
Aaah diksinyaaaa bikin meleleeeh 😭😭😭
Deyuni12
agaiiiiiin
Deyuni12
lagiiiiii
Deyuni12: d tungguuuu
total 2 replies
Deyuni12
makin penasaran dengan kisah cinta mereka n juga mungkin dendam d masa lalu antara kedua org tua mereka,,hm
lanjut
Deyuni12
hancurkaaaaan
Deyuni12
cinta 🥺🥺🥺
Deyuni12
huft 🥺🥺
Deyuni12
pertikaian dua sahabat kental,berujung kepahitan yg d dapat irvana,,hm
Deyuni12
jeng jeng jeeeng
badai akan segera d mulai
Deyuni12
memadu kasih
hm
lanjut
Deyuni12
hm
haruskah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!