NovelToon NovelToon
Batu Rang Bunian

Batu Rang Bunian

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: HARJUANTO

Deskripsi Novel: Batu Rang Bunian

​"Batu Rang Bunian" adalah sebuah petualangan seru yang membongkar batas antara dunia kita yang penuh cicilan dan deadline dengan alam Bunian yang misterius, katanya penuh keindahan, tapi faktanya penuh drama.

​Sinopsis Singkat:
​Ketika seorang pemuda bernama Sutan secara tidak sengaja menemukan sebongkah batu aneh di dekat pohon beringin keramat—yang seharusnya ia hindari, tapi namanya juga anak muda, rasa penasaran lebih tinggi dari harga diri—ia pun terperosok ke dunia Bunian. Bukan, ini bukan Bunian yang cuma bisa menyanyi merdu dan menari indah. Ini adalah Bunian modern yang juga punya masalah birokrasi, tetangga cerewet, dan tuntutan untuk menjaga agar permata mereka tidak dicuri.

​Sutan, yang di dunia asalnya hanya jago scroll media sosial, kini harus beradaptasi. Ia harus belajar etika Bunian (ternyata dilarang keras mengomentari jubah mereka yang berkilauan) sambil berusaha mencari jalan pulang. Belum lagi ia terlibat misi mustahil.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HARJUANTO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

BAB 4: Pertarungan di Atas Singgasana

​Pengkhianatan dari Kegelapan

​Kehadiran sosok wanita berjubah hitam di atas Lindu Hening monster itu mengirimkan gelombang kejutan yang lebih dingin dari kristal Istana.

​Tetua Kelam membeku. Matanya melebar, bukan karena takut pada monster, tetapi karena kaget melihat wanita itu.

​"Adikku?" desis Tetua Kelam, suaranya dipenuhi rasa tak percaya.

​Wanita itu tersenyum tipis. Senyumnya elegan, namun sedingin silet. Ia turun dari punggung Lindu Hening, jubahnya yang gelap menyapu lantai kristal, meninggalkan jejak es.

​"Lama tak bertemu, Kakak," kata wanita itu. Suaranya merdu, tapi setiap kata mengandung racun. "Atau harusnya kupanggil Pangeran Senja? Nama Bunianmu sudah lama kukubur bersama ambisimu yang gagal."

​Wanita itu menoleh ke Sutan, matanya yang tajam menatap Batu Rang Bunian. "Dan kau, Anak Manusia.

Kau adalah pembawa bekal yang luar biasa. Kau membawa Permata Jantung Kedaulatan, kau melukai Lindu Hening hingga ia tunduk padaku, dan kau bahkan menyingkirkan Pualam. Semua demi misiku."

​Sutan berdiri di atas Singgasana, merasa seperti boneka yang baru saja menyelesaikan peran utamanya dalam sandiwara kegelapan.

​"Siapa kau?" tuntut Sutan.

​"Aku? Aku adalah Putri Malam Sunyi, atau yang kalian manusia sebut 'Dukun Kegelapan' saat kalian kehilangan anak di perbatasan hutan," jawabnya santai. "Aku adalah adik perempuan dari Ratu yang tertidur itu, dan Pangeran Senja (Tetua Kelam) adalah Kakakku yang naif. Aku menolak Keseimbangan. Aku memilih Kekuatan."

​Ia menjelaskan rencananya dengan nada datar: "Aku tahu Permata itu harus dikeluarkan agar Keseimbangan runtuh. Aku memanipulasi Kakakku (Tetua Kelam) untuk menciptakan Suku Gembira dan membuat kekacauan.

Aku menunggumu, Manusia, si bodoh yang terperosok karena utang kopi, untuk mengambilnya. Kau adalah pemetik yang sempurna. Sekarang, serahkan Permata itu, atau kau akan menjadi hidangan penutup bagi peliharaanku."

​Lindu Hening mengeluarkan raungan rendah. Tangan-tangan pucat di tubuhnya bergetar, bersiap untuk menyerang.

​Pilihan Pualam dan Amarah Sutan

​Tiba-tiba, di bawah Singgasana, Raja Pualam bergerak.

​Dengan sisa kekuatannya, ia merangkak. Ia meraih pedang kristalnya yang patah.

​"Jangan dengarkan dia, Sutan!" Pualam terengah-engah. "Dia… dia adalah kegelapan. Dia ingin menggabungkan kekuatan Permata dengan Hukum Balik Alam! Itu akan menghancurkan Kerajaan Bunian dan dunia Manusia!"

​Putri Malam Sunyi tertawa mengejek. "Diam, Prajurit Rendah! Matilah dengan kebanggaanmu!"

​Ia mengacungkan tangannya. Lindu Hening menyerang. Moncongnya yang bengkok dan taring-taring panjangnya menuju ke Raja Pualam.

​Sutan tidak bisa tinggal diam. Ia merasa marah melihat Bunian yang berjuang untuk kebaikan akan dihancurkan. Ia memfokuskan amarahnya pada Batu Rang Bunian.

​"Tidak! Jangan sentuh dia!" teriak Sutan.

​Sutan mengayunkan Batu Rang Bunian. Kali ini, ia tidak mencoba untuk membekukan atau membakar. Ia memfokuskan kehendak Perlindungan yang ia rasakan saat membela Pualam.

​Batu itu berdenyut. Dan dari Batu itu, muncul sebuah Perisai Cahaya Biru yang besar dan solid, seperti dinding kristal yang kokoh.

​BAM!

​Lindu Hening menabrak perisai itu. Moncongnya terpental ke belakang, dan tangannya yang pucat hancur saat menyentuh energi murni dari Batu. Lindu Hening mengaum kesakitan, mundur.

​Sutan terkejut. Ia telah menciptakan perisai!

​Putri Malam Sunyi mengangkat alis, terkesan. "Menarik. Manusia sepele sepertimu bisa memanggil esensi Keseimbangan. Tapi itu tidak akan bertahan lama."

​Duel di Balairung Agung

​Tetua Kelam, atau Pangeran Senja, kini bangkit, dipenuhi rasa malu dan pengkhianatan.

​"Kau mempermainkanku, Adikku! Kau menghancurkan Kerajaanku!" teriaknya. Ia mengayunkan tongkat kayu merahnya. Energi merah yang kacau melesat, menabrak atap Balairung, menyebabkan lebih banyak kristal berjatuhan.

​"Diam, Kakak! Permata ini milikku, dan Kekuatan ini akan menjadi milikku!" balas Putri Malam Sunyi.

​Pertarungan pecah di Balairung. Pangeran Senja melawan adiknya, sementara Sutan—pemegang kunci Permata—terperangkap di antara keduanya, berusaha melindungi Ratu yang tidur dan Raja Pualam yang terluka.

​Lindu Hening, setelah pulih, mengincar Sutan. Kali ini, ia tidak menyerang dengan kekuatan fisik, melainkan dengan Bayangan Dingin. Udara di sekitar Sutan menjadi nol derajat, dan kristal di sekitarnya mulai membentuk duri-duri es tajam.

​Sutan tahu ia harus bertindak cepat. Ia melihat Lindu Hening, dan ia melihat Batu Rang Bunian.

​Apa yang Bunian inginkan? Keseimbangan.

​Sutan menutup matanya, mengabaikan hawa dingin yang mulai membekukan jubahnya. Ia tidak memikirkan utang kopi, ia memikirkan Neneknya. Ia memikirkan janji untuk menghormati alam yang ia langgar. Ia memfokuskan energi Batu itu untuk Memulihkan.

​"Pulihkan!" teriak Sutan.

​Ia mengarahkan Batu itu ke Lindu Hening. Bukan dengan api atau es. Tapi dengan Cahaya Kehangatan yang Lembut.

​Cahaya biru-keemasan itu menyelimuti Lindu Hening. Tangan-tangan pucat yang melilit tubuh monster itu mulai melepuh dan menghilang, kembali menjadi air kolam hitam. Tubuh bayangan Lindu Hening mulai menyusut, kembali menjadi Lindu Hening yang kurus dan pucat—makhluk yang hanya lapar, bukan monster yang dikendalikan.

​Lindu Hening yang asli tersentak. Ia menatap Sutan, lalu Putri Malam Sunyi, dengan mata yang kini dipenuhi rasa sakit. Lindu Hening yang telah bebas dari kendali, berbalik dan melarikan diri, menghilang ke dalam retakan di langit-langit Istana.

​Putri Malam Sunyi terkejut. Senyumnya menghilang, digantikan oleh amarah. "Kau membebaskannya! Kau merusak mainanku, Manusia!"

​"Aku hanya memulihkan apa yang seharusnya! Ini Keseimbangan!" balas Sutan, merasa lebih kuat dari sebelumnya.

​Putri Malam Sunyi tidak membuang waktu. Ia mengarahkan seluruh kekuatannya ke Sutan. Energi kegelapan pekat, seperti tinta yang bergerak, melesat ke arah Sutan.

​"Serahkan Permata itu padaku, dan aku akan mengizinkanmu mati cepat!"

​Sutan kini berada dalam bahaya terbesar. Ia mengangkat Batu Rang Bunian. Ia tidak punya energi yang tersisa dari terowongan itu. Ia hanya punya Keinginan untuk Mengakhiri.

​Ia memfokuskan kekuatan Batu itu pada Singgasana Ratu.

​"Maafkan saya, Ratu! Tapi ini harus berakhir!"

​Sutan menghentakkan Batu Rang Bunian ke sandaran Singgasana kristal, membiarkan seluruh energi yang tersisa mengalir ke Singgasana Ratu.

​Energi Keseimbangan meledak!

​Seluruh Singgasana Ratu memancarkan cahaya putih murni. Kristal yang retak di sekitarnya mendadak sembuh. Gelombang cahaya itu menyebar, mengusir semua kegelapan.

​Putri Malam Sunyi berteriak. Energi Kegelapannya hancur saat berhadapan dengan cahaya murni Keseimbangan. Ia terlempar ke belakang, menabrak pilar kristal.

​Ketika cahaya mereda, Sutan terhuyung-huyung. Batu Rang Bunian jatuh dari tangannya ke atas Singgasana. Batu itu tampak meredup, seolah seluruh energinya telah habis.

​Semua hening.

​Ratu Puspa Sari di atas Singgasana perlahan membuka matanya. Matanya bersinar dengan cahaya keemasan yang hangat, penuh kebijaksanaan.

​Ia melihat ke Balairung. Ia melihat Pangeran Senja (Tetua Kelam) yang kelelahan, dan Putri Malam Sunyi yang terluka di bawah pilar.

​Dan ia melihat Sutan, anak manusia yang kini kehabisan daya, berdiri di hadapannya.

​"Selamat datang kembali, Tuan Muda," kata Ratu itu, suaranya lembut dan agung. "Terima kasih telah memulihkan jantung Kerajaan kami. Kau telah menyelesaikan tugasmu. Dan sekarang… kau harus pulang."

1
checangel_
Niatnya sampai tumbang /Facepalm/
checangel_
Saya juga tidak percaya tan, apalah daya jika istirahat tapi tetap bekerja, bukannya fokus malah tak terurus/Sob//Facepalm/
checangel_
Ikut tertawa deh /Facepalm/, bukannya benar-benar rehat malah disuruh kerja, ono-ono wae 😂
checangel_
Sutan, pengin tak kasih solusi Ndak, biar istirahatmu benar-benar istirahat ... kamu ambil wudhu aja lalu salat deh 🤧, ndak usah dibuat ribet bisa kan ya?😭
checangel_
Bisa-bisanya lho, pilihanmu beda dari yang lain Sutan /Facepalm/
checangel_
Iya begitu juga realita, jika terlalu serius tidak baik untuk kehidupan, canda juga perlu dalam setiap perdebatan, tapi ada baiknya jangan mendebat sesuatu yang tak diperlukan, benar ndak?😅
checangel_
Wah, sudah punya asisten pribadi aja😂
checangel_
Semangat untuk Sutan dan utangnya /Determined/
checangel_
Pak Leman sepertinya pertemuanmu dengan Sutan belum kelar /Facepalm/
checangel_
Jadi, petualanganmu baru saja dimulai ya Sutan💪, semoga tidak ada kata utang lagi ya ke depannya🤧
checangel_
99.9% >> manipulasi 🤧
◇HARJUANTO◇: 🎯 Menyentuh relung jiwa yang paling sensitif, itulah seni narasi yang sesungguhnya, Tuan/Nyonya.
total 1 replies
checangel_
Sampai diabadikan "Mantan pengutang kopi"😅/Facepalm/
◇HARJUANTO◇: ☕ Sebuah gelar kehormatan yang terukir dari drama pahit secangkir utang, betapa ironis!
total 1 replies
checangel_
Congrats ya Sutan 🤧
checangel_: Pengin nangis aku, jangan panggil Nyonya lah 😅, seketika gelar realita kehidupanku naik, karena reader yang satu ini bukanlah seorang pemilik gelar, melainkan hanya sebatas pembaca samar 😭 sekian dan wassalam
total 2 replies
checangel_
Alhamdulillah, pembaca ikut lega😄
◇HARJUANTO◇: 🧘 Satu helaan napas kelegaan di tengah pusaran takdir yang mencekik, sungguh dramatis!
total 1 replies
Bellla Zakiyah
👍
◇HARJUANTO◇: 💫 Jejak persetujuan yang tegas, menggarisbawahi puncak drama ini!
total 1 replies
Bellla Zakiyah
👍.......
◇HARJUANTO◇: 💔 Seolah mengangguk pada takdir yang pahit dan tak terhindarkan!
total 1 replies
Bellla Zakiyah
👍
◇HARJUANTO◇: 🕯️ Sebuah penerimaan sunyi terhadap segala kekacauan yang disajikan, Tuan/Nyonya!
total 1 replies
checangel_
Dari epilog sekian dan terima baca 👍
◇HARJUANTO◇: Membaca tanggapan Anda, seolah tirai telah benar-benar ditutup, meninggalkan keheningan yang penuh makna dan haru. 'Luar biasa' dari Anda adalah laksana mahkota bagi babak penutup ini. Terima kasih telah menjadi saksi bisu dan penikmat setia dari awal hingga titik terakhir kisah ini dituliskan. Sebuah penghormatan tertinggi saya berikan
total 3 replies
checangel_
Ya Allah, tablet bahkan di genggamannya 😭
checangel_: Dont call me Madam ...... 😭😭😭😭😭
total 2 replies
checangel_
Iyalah, masa depan kan misteri yang belum terpecahkan dan hanya Pena Langit yang mengetahuinya seluruh chapternya, kita hanya bisa menjalankan tugas-Nya saja sebaik mungkin, mau itu berubah atau tidak masa depan, semua tergantung langkah imannya masing-masing 😄
◇HARJUANTO◇: ​"Sebuah renungan yang menusuk relung hati, Saudara/i. Memang benar, masa depan bagaikan samudra luas nan gelap, hanya Pena Langit yang memegang peta bintangnya. Tugas kita hanyalah mendayung biduk kehidupan sekuat tenaga di bawah petunjuk-Nya.

​Kita tidak tahu apakah badai akan mengubah haluan atau kemarau panjang akan mengeringkan sumber harapan, namun setiap langkah iman adalah ukiran takdir yang kita tanggung sendiri. Biarlah kita jalani peran ini dengan kesungguhan jiwa, sebab di penghujung bab, hanya Dia yang menilai seberapa tulus kita menunaikan kewajiban. 📖✨"
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!