Abdi, pemulung digital di Medan, hidup miskin tanpa harapan. Suatu hari ia menemukan tablet misterius bernama Sistem Clara yang memberinya misi untuk mengubah dunia virtual menjadi nyata. Setiap tugas yang ia selesaikan langsung memberi efek di dunia nyata, mulai dari toko online yang laris, robot inovatif, hingga proyek teknologi untuk warga kumuh. Dalam waktu singkat, Abdi berubah dari pemulung menjadi pengusaha sukses dan pengubah kota, membuktikan bahwa keberanian, strategi, dan sistem yang tepat bisa mengubah hidup siapa pun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenAbdi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep.17
"Dingin"
Langit malam di Medan tampak kelabu. Gedung-gedung tinggi memantulkan cahaya biru dari layar reklame. Abdi berdiri di balkon apartemennya, memegang tablet sistem. Tiba-tiba layar tablet bergetar hebat. Clara muncul dalam bentuk hologram biru, wajahnya tampak serius.
"Abdi, sistem keuangan kota Medan sedang diserang. Ada virus baru yang menyusup ke server perbankan dan lembaga pajak. Nama kodenya Rift Money," kata Clara cepat.
Abdi langsung menatap layar hologram. "Seberapa parah serangannya?"
"Virus ini sudah mengunci lebih dari dua puluh ribu transaksi. Jika tidak segera dihentikan, dana publik akan hilang dari sistem. Ini bukan pencurian biasa. Ada enkripsi lapis tujuh dengan sandi adaptif," jelas Clara.
Abdi menegakkan tubuhnya. "Berarti ini pekerjaan kelompok besar."
"Benar. Dan mereka menargetkan sistem pemerintah kota. Jika berhasil, seluruh server ekonomi bisa lumpuh," kata Clara sambil menampilkan peta hologram berisi jaringan keuangan Medan.
Abdi menatapnya dalam. "Kita tidak punya waktu. Siapkan drone, aktifkan firewall cadangan, dan buka simulasi pertahanan multi-level."
"Aku sudah menyiapkan semuanya," jawab Clara cepat. "Namun virus Rift Money menggunakan algoritma yang bisa berubah setiap tiga puluh detik. Kau harus bergerak langsung dari pusat data untuk memutus sumbernya."
Abdi menyalakan motor listriknya dan melaju di tengah jalan yang masih basah sisa hujan. Lampu-lampu kota berpantulan di genangan air seperti urat nadi berwarna neon. Clara muncul di layar helm digitalnya, menuntun arah.
"Gerak cepat Abdi, mereka sudah mencoba mengakses rekening milik warga," kata Clara.
Abdi mempercepat laju motor. "Berapa menit sebelum sistem lumpuh?"
"Lima belas menit," jawab Clara dingin.
Abdi tiba di depan gedung Bank Sentral Medan. Dua penjaga keamanan bingung melihatnya datang terburu-buru. Ia menunjukkan tablet hologram yang menampilkan logo Sistem Clara. "Aku dari tim pusat keamanan digital. Buka pintunya, cepat."
Tanpa banyak bicara, pintu terbuka. Abdi langsung naik ke lantai server. Ruangan itu dipenuhi suara dengungan mesin dan lampu hijau yang berkedip cepat.
"Clara, aktifkan mode sinkronisasi penuh. Aku ingin semua drone terkoneksi langsung dengan sistem utama," perintah Abdi.
"Aku sudah aktifkan empat drone utama dan satu drone infiltrasi. Tapi hati-hati, virus ini bisa menembus perangkat fisik," kata Clara.
Abdi menancapkan kabel konektor ke terminal pusat. Layar hologram di depannya bergetar keras. "Aku melihat struktur virusnya. Mereka membuat pola menyerupai gelombang ekonomi. Cerdik."
Clara menatap data yang berputar. "Mereka tidak hanya mencuri uang, tapi menanamkan kode kendali di setiap transaksi. Jika tidak diputus sekarang, sistem bisa dikuasai sepenuhnya."
Abdi mengetik cepat. "Aktifkan perintah blok balik. Aku kirimkan aliran palsu untuk memancing virus keluar dari inti server."
Clara mengangguk. "Siap. Tapi jika virus menyadari jebakan ini, mereka akan menyerang balik sistemmu."
Abdi tersenyum tipis. "Aku siap risikonya."
Drone di langit ruangan menembakkan sinar biru ke arah panel data. Ribuan garis kode muncul di udara hologram, berputar seperti pusaran badai.
"Virus mendeteksi serangan balik," kata Clara cepat. "Mereka mulai mengubah struktur kode. Tingkat adaptasi 90 persen."
Abdi berkeringat. "Kita buat simulasi cermin. Pantulkan setiap perintah mereka ke arah sumbernya. Aku ingin tahu dari mana virus ini dikendalikan."
Clara memproses perintah. Dalam beberapa detik, layar menunjukkan titik merah di pinggiran kota Medan. "Ditemukan. Sumber virus berasal dari gudang data lama di kawasan Deli."
Abdi berdiri. "Kita ke sana sekarang."
Ia keluar gedung dan melaju cepat di tengah jalan yang mulai ramai. Drone mengikuti dari atas, menembus kabut tipis di udara. Clara menuntun dari tablet. "Abdi, hati-hati. Mereka punya sistem pertahanan otomatis. Jika kita menyerang langsung, bisa ada ledakan data."
Abdi menjawab singkat. "Kita tidak punya pilihan lain."
Begitu tiba di lokasi, gudang tua itu tampak sepi, tapi sinar merah berkedip di dalam. Abdi masuk perlahan, drone melayang di belakangnya.
"Clara, apa mereka masih aktif?"
"Masih. Mereka memindahkan virus ke server portabel. Jika berhasil kabur, sistem keuangan akan rusak total," jelas Clara.
Abdi menyiapkan tablet. "Kita hentikan sekarang."
Ia menekan tombol eksekusi. Drone menembakkan sinar elektromagnetik ke arah server utama. Namun tiba-tiba ruangan gelap. Semua lampu mati.
"Clara, apa yang terjadi?"
"Mereka mengaktifkan mode kamuflase digital. Sekarang kita di dalam ilusi sistem. Hati-hati, semua yang kau lihat bisa jadi palsu," kata Clara tegas.
Abdi menatap sekeliling. Dinding berubah seperti labirin holografik. Di setiap sisi muncul kode berwarna merah yang berputar liar.
"Clara, cari jalur keluar."
"Aku sedang men-scan. Tapi sistem mereka terlalu kompleks. Kau harus percayakan padaku untuk mengarahkan langkah."
"Aku percaya," kata Abdi.
Clara memproyeksikan garis biru di lantai hologram. Abdi mengikuti jalur itu dengan cepat. Suara berdengung keras di sekitar mereka.
"Ada reaksi dari virus utama," kata Clara. "Mereka mencoba masuk ke sistem tubuhmu melalui sambungan neural tablet."
Abdi menutup mata sejenak. "Aku akan melawannya dari dalam. Buka firewall personalku."
Clara terkejut. "Kau akan masuk langsung ke kode virus?"
"Ya. Hanya cara itu yang bisa menghentikan mereka dari akar."
Dalam hitungan detik, kesadaran Abdi masuk ke dalam jaringan digital. Ia melihat jutaan aliran data seperti sungai bercahaya. Di tengahnya berdiri sosok bayangan merah berbentuk manusia, representasi virus Rift Money.
"Abdi manusia sistem. Kau pikir bisa menghentikanku?" suara digital itu bergema.
Abdi menatapnya tenang. "Aku bukan cuma manusia. Aku punya Clara."
Hologram Clara muncul di sampingnya, sinarnya semakin terang. "Inisiasi pemutusan final dimulai. Arahkan energi utama ke titik inti."
Abdi dan Clara bergerak serentak. Gelombang cahaya biru menabrak bayangan merah itu. Suara ledakan digital bergema di udara. Sistem keuangan kota Medan kembali stabil.
Clara berbicara pelan. "Semua data aman. Virus Rift Money sudah dihapus sepenuhnya."
Abdi membuka matanya kembali di dunia nyata. Tubuhnya sedikit lemah, tapi ia tersenyum. Tablet menampilkan pesan berwarna emas.
Misi ke 13 selesai. Poin sistem bertambah 150. Bonus 10.000.000 rupiah telah ditransfer.
Abdi menatap hologram Clara. "Kita berhasil lagi."
Clara tersenyum. "Dan kali ini, kau menyelamatkan seluruh ekonomi kota."
Abdi berdiri, memandang langit Medan yang mulai cerah. "Kita belum selesai, Clara. Masih banyak yang harus dijaga."
Clara mengangguk. "Benar. Sistem sudah memberi peringatan baru. Ada sinyal asing dari luar negeri yang mencoba masuk."
Abdi menarik napas dalam. "Kalau begitu, misi berikutnya akan lebih berat."
Clara menatapnya serius. "Dan lebih berbahaya."
Angin pagi berembus pelan. Di layar tablet, peta dunia mulai muncul, menandai titik-titik merah baru di luar Indonesia. Pertanda petualangan Abdi dan Clara baru saja naik ke level selanjutnya.
kalau boleh kasih saran gak thor?
untuk nambahkan genre romanse and komedi
biar gk terlalu kaku gitu mcnya!!