Seorang anak tiba-tiba ingin membeliku untuk menjadi Ayahnya. Dia bilang, jika aku menjadi ayahnya, maka dia akan memberikan Ibunya padaku. Gratis.
Menarik.
Tapi ternyata, ibunya tidak seperti wanita pada umumnya. Dia ... sedikit gila. Setiap hari yang ada di kepalanya hanya memikirkan bagaimana caranya menanggalkan seluruh pakaianku.
Aku, Sebastian Foster, bersumpah akan menahan dia di sisiku. Selamanya. Karena dia yang sudah mer4ngs4ng g4irahku, jangan berharap aku bisa berhenti!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ferdi Yasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Kamu Dipecat!
“Nyonya William, lima puluh terlalu banyak. William hanya mengalami luka kecil.” Kepala sekolah mencoba berkata, lalu Olivia juga menyetujui itu.
Ayah William maju selangkah, membujuk istrinya, “Sayang, William hanya mengalami luka kecil. Lima puluh ribu itu terlalu banyak! Selain itu, Nelson juga tidak melakukannya dengan sengaja, dan Ibunya juga sudah meminta maaf.”
Mata Ayah William bersinar terang saat dia melihat Samantha, dan ini membuat Ibu William mengamuk pada Samantha.
Dia menyingkirkan lengan suaminya dan berkata, “Seharusnya kau malu pada dirimu! Kau bahkan tidak memiliki itu sedikitpun saat melihat wanita j4l4ng ini! Dengar, anak kita yang aku bahkan tidak akan menyakiti rambutnya sekarang terluka. Jika dia tidak mau memberikan kompensasi, aku akan mendorong anaknya yang tidak memiliki pendidikan itu, dan setelahnya aku baru akan menganggap tidak ada yang terjadi.”
“Hentikan!” Samantha dengan cepat memblokir jalan Ibu William.
“Sayang, jangan bertindak terlalu jauh! Jika kamu melakukan itu, kita akan berada di posisi yang salah.” Ayah William masih menjaga kesabaran saat menghadapi istrinya.
Adik dari Ibu William tiba-tiba menyeringai, “Kakak Ipar, karaktermu masih sama. Kau seperti orang bod0h ketika melihat wanita cantik.”
“Tutup mulutmu! Kau tidak perlu ikut campur di sini!” Ayah William menunjuk wajah Adik Iparnya dengan sengit.
Namun karena itu, Ibu William langsung memaki, “Kau berani mengancam Adikku? Kau harus menerima balasannya!”
Ibu William berpura-pura menampar suaminya, tapi telapak tangannya sengaja ia jatuhkan pada Samantha.
Sayangnya, Samantha sudah bersiap untuk itu. Dia mengangkat tangan lebih dulu untuk menangkal tangan Ibu William. Wanita itu merasakan sakit di tangannya dan berteriak.
“Dasar wanita j4l4ng! Kamu berani melawan Kakakku. Biarkan aku merusak wajah si4l4nmu itu!” Dia bersiap memukul.
Samantha tidak menyukai wanita-wanita ini, dan tidak ingin memprovokasi mereka, jadi dia hanya membela diri tanpa menyerang. Tapi Adik dari Ibu William sengaja menjegal kakinya hingga dia tersandung.
Ibu William dan Adiknya segera mendekati Samantha dan menjambak rambutnya bersama.
Samantha meringis, merasakan sakit di kepalanya. Dia tidak tahan dan menendang kedua wanita itu dengan kedua kakinya, menyebabkan mereka menjerit dengan keras.
Pada saat ini, kepala sekolah dan guru lain segera memisahkan mereka sebelum keluarga William mengeroyok Samantha lagi.
“Dasar wanita j4l4ng! Kau tidak memiliki hal lain yang kau lakukan selain hanya menggoda pria. Kau benar-benar busuk!”
Setelah diserang Samantha, dia tidak berani mengangkat tangan. Sebaliknya, dia menggunakan kata-kata untuk terus mengumpatinya.
Tapi Samantha tidak peduli lagi.
Setelah semua kekacauan itu, ponsel Samantha berdering. Ada panggilan dari teman sekantornya, Nomi.
Suara wanita itu langsung menggelegar, “Sam, kau mengacaukan kantor! Ke mana saja kamu? Tuan Sebastian mengatakan kalau dia akan memecatmu.”
…..
Samantha kembali ke perusahaan dengan terengah-engah bersama putranya, menerobos gerimis.
Setelah dia meminta Nomi untuk merawat putranya, dia pergi menemui Sebastian Foster dan Liam Foster.
Samantha dengan cepat memperbaiki rambutnya yang lepek dan berantakan, serta pakaiannya yang kusut sebelum menekuk punggungnya rendah. “Tuan Liam Foster, Tuan Sebastian Foster, maafkan saya. Saya memiliki keadaan darurat tadi, jadi saya terpaksa pergi keluar.”
Melihat tampilan Samantha di mana tidak ada bagian dari diri wanita itu yang rapi, Liam berkata, “Samantha Huang, kamu dipecat.”
Wajah Samantha langsung pucat. Dia dengan cemas menjelaskan, “Tuan Liam, saya benar-benar memiliki sesuatu yang penting tadi untuk diselesaikan segera. Tolong jangan memecatku!”
Liam tidak menjawab. Dia mengacuhkannya, berbalik dan pergi ke lift.
“Tuan Sebastian, bisakah kamu membantuku untuk bertanya pada Tuan Liam? Aku tidak bermaksud meninggalkan kantor.”
Liam tiba-tiba menghentikan langkahnya, dan sedikit berbalik untuk melihat Sebastian yang belum mengeluarkan suara.
Samantha menatap Sebastian dengan sedih. Matanya memancarkan ekspresi memohon.
“Bastian, Karina akan kembali. Aku tidak ingin kau mendapat masalah. Kamu harus menilai sendiri situasinya.” Liam melirik Sebastian setelah dia mengucap kata-kata itu, lalu melanjutkan langkahnya.
Siapa Karina?
Sebastian kembali ke ruangannya tanpa memberi kesempatan Samantha untuk menebak siapa wanita itu.
Tidak ada jawaban dari Sebastian?
Samantha bergegas mengikuti pria itu sampai ke ruangannya.
Di depan Sebastian, Samantha menekuk punggungnya lebih rendah. Apa pun hukumannya, tidak akan menjadi masalah asal dia tidak dipecat.
“Tuan, tolong maafkan aku.”
Sebastian menatapnya dari bawah sampai ke atas dan berkata, “Apa kau menggoda seorang pria?”
“Tidak!” Dia menggelengkan kepalanya dan menjawab dengan jujur. “Aku … bertengkar dengan seseorang.”
“Sungguh? Apa kau menang?” Sebastian mengangkat alisnya yang tampan.
“Maaf Tuan, aku tidak akan meninggalkan kantor tanpa izin lagi. Tolong beri aku kesempatan, aku akan berperilaku baik!”
Pada saat ini, Nelson berlari masuk tiba-tiba, memeluk kaki Sebastian, “Aya, Ibu tidak sengaja pergi, tolong jangan memecatnya, oke?”
Kemudian Nomi menyusul di belakang dengan sedikit berteriak, “Nelson, jangan masuk ke dalam ….”
Tapi itu terlambat. Pria kecil itu sudah bergelayut di kaki Sebastian. “Tuan Foster, maaf ….”
Melihat Nelson yang sekarang mengenakan pakaian wanita, Sebastian mengerutkan alisnya.
“Pakaian Nelson basah. Aku memberikan apa yang aku punya.” Nomi menjelaskan dan melirik Samantha dengan cara yang tak berdaya.
“Ikut aku.” Sebastian berkata, mengabaikan kedua wanita itu dan mengajak Nelson masuk ke ruang istirahatnya.
Setelah pintu ditutup, Nomi berkata dengan suara rendah, “Sam, apa Tuan Liam memaafkanmu?”
Samantha menggelengkan kepala karena frustasi.
Nomi menepuk pundaknya dan melanjutkan, “Tuan Sebastian sepertinya menyukai putramu. Jika kamu tidak dapat membujuknya, kenapa kamu tidak meminta Nelson untuk membantumu?”
Ketika suara pintu dibuka dan Sebastian keluar bersama Nelson, Nomi langsung menarik diri.
Samantha tidak bisa menahan tawa ketika dia melihat tubuh kecil Nelson harus menanggung pakaian besar Sebastian. Meski itu kaos, tetap saja ukurannya berkali lipat dari tubuh anaknya.
Itu sudah seperti jubah yang menenggelamkan Nelson.
Sebastian ikut tertawa menelitinya.
Bibir Nelson mengerucut. Dia melipat tangan di dada. “Ibu, Ayah, kalian menertawakanku?”
Sebastian menggeleng, menekan perasaannya. “Hanya … sedikit lucu.”
“Ayah, kau terlihat senang. Apakah kau sudah memaafkan Ibu sekarang? Kau tidak akan memecatnya, kan?”
Ketika Samantha menyadari Sebastian sedang menatapnya, dia segera pura-pura menunjukkan kesediaannya untuk memperbaiki kesalahan.
“Ayah, Ibu membuat kesalahan demi aku, tolong lepaskan dia, dan hukum aku sebagai gantinya.” Nelson berusah merayu sebaik mungkin.
“Mengapa kamu masih berdiri di sini dan tidak meminta beberapa pakaian pada Nomi? Apakah perusahaan mengizinkan seseorang yang sakit untuk pergi bekerja?” Sebastian berkata dengan wajah dingin.
Senyum di wajah Samantha langsung melebar. “Terima kasih atas perhatianmu, Tuan. Aku berjanji bahwa aku akan bekerja lebih baik lagi.”
“Karena Nelson yang meminta. Kamu akan memiliki masa percobaan selama tujuh hari. Jika kamu mengecewakanku lagi, aku akan memecatmu.”
***