Namanya Elisa, dia terlahir sebagai putri kedua dari keluarga Hanggara, namun hal itu tak membuat nasibnya bagus seperti kakaknya.
Dia bahkan dikenal sebagai perempuan arogan dan sangat jahat di kalangannya, berbeda dengan kakaknya yang sangat lembut dan pandai menjaga sikap.
Marvin Wiratmadja, adalah putra dari Morgan Wiratmadja. Terlahir dengan kehidupan super mewah membuatnya tumbuh menjadi orang yang sedikit arogan dan tak mudah di dekati meski oleh lawan jenisnya.
Namun siapa sangka, ketertarikannya justru tertuju pada seorang gadis yang dikenal berhati busuk dan semena-mena bernama Elisa Hanggara.
Bagaimana takdir akan mempertemukan mereka?
Baca episodenya hanya disini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sujie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penjelasan Marvin
"Apa yang dia masukkan ke dalam minumanku?" tanya Lisa seraya menoleh kearah Marvin.
"Obat per*ngs*ng,"
"Apa? Bagaimana kau bisa tahu jika itu obat per*ngs*ng? Atau kau yang merencanakan semua ini? Buktinya kau yang ada dikamar hotel ini bersamaku!" tuduh Lisa.
Marvin memejamkan matanya dan menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya perlahan.
"Aku sebenarnya tidak mau ikut campur urusanmu, aku juga bukan orang yang merencanakan hal ini. Aku hanya melihat sesuai dengan yang terekam di ponsel ini. Tadinya kukira itu obat tidur. Aku melihatmu sudah sempoyongan saat menuju kamar mandi. Kulihat jauh dibelakang mu ada seseorang mengikutimu, tapi bukan pria yang ada di dalam video itu. Dan kurasa dia juga punya niat tidak baik atau mungkin dia adalah orang suruhan pria itu. Aku yang kebetulan melihatmu, tanpa pikir panjang menarikmu. Disaat bersamaan kau jatuh tak sadarkan diri. Jadi aku meminta temanku untuk mengantarku membawamu kesini. Ya, aku tadinya berniat meninggalkanmu. Tapi seperti yang kau lihat di dalam rekaman yang ku tunjukkan tadi. Kau terus menahan ku dan akhirnya terjadilah hal itu," jelas Marvin dengan tatapan mata yang jujur.
"Kenapa kau tidak mengantarku pulang?" protes Lisa.
"Pulang? Kemana? Aku bahkan tidak tahu siapa namamu, bagaimana aku bisa mengantarkanmu pulang? Kau saja tidak bisa diajak bicara semalam,"
Benar juga, batin Elisa.
Ia lalu menunduk, bingung harus berbuat apa. Apakah ia harus meminta tanggung jawab dari lelaki dihadapannya? Tidak, bahkan dialah yang memaksa Marvin semalam.
Tapi kan ini diluar kendalinya. Elisa nampak berpikir sambil menggigiti bibir bawahnya.
Ddrrttt ...drrrttt ...
Ditengah kebingungannya, ponselnya bergetar di dalam tas yang ada di pangkuannya.
Elisa melihat layar ponselnya. Tertera nama ayahnya disana. Ia mendesah putus asa dan tidak mengangkat telepon itu.
Hingga panggilan itu berhenti, ia pun memeriksa ponselnya. Ada banyak sekali panggilan tak terjawab dari orang yang biasa dia panggil papa.
"Aku harus pulang," katanya kemudian.
"Sebentar lagi temanku akan sampai, tunggulah sebentar! Aku akan mengantarmu," pinta Marvin.
"Tidak usah, semuanya akan menjadi rumit, nanti."
Elisa berdiri dan merapikan pakaiannya yang terlapisi jas yang ia pinjam dari Marvin.
"Tunggu sebentar!"
"Ya?"
"Aku belum tau siapa namamu,"
Elisa pun mengulurkan tangan serta jemari lentiknya, "Lisa, Elisa Hanggara," sebutnya memperkenalkan diri.
"Nama yang indah, aku Marvin," balas Marvin seraya menjabat tangan lembut Elisa. Lembut sekali, membuat pikiran Marvin traveling mengingat keerotisan mereka semalam.
"Boleh ku minta nomor telepon mu?" pinta Marvin setelah melepaskan jabatannya.
"Ten ...." ucapan Lisa terputus saat ponsel di dalam tasnya kembali bergetar.
"Maaf, aku harus segera pulang. Sudah sejak semalam aku belum kembali kerumah."
Elisa berbalik dan berlari kecil dengan memakai sepatu hak tingginya. Ia juga masih memakai jas milik Marvin.
Mata Marvin tak berhenti melihatnya, hingga tubuh sintal dan menggoda milik Lisa berbelok ke arah yang lain dan menghilang dari pandangannya.
"Selamat pagi, Tuan muda," sapa seseorang yang sudah berdiri disampingnya.
"Shit!" Marvin bahkan terlonjak karena terkejut atas kemunculan Ken yang tiba-tiba.
"Kau mengagetkanku, Ken!" protesnya sebal.
"Maaf, Tuan,"
"Ikuti aku!" perintah Marvin seraya mengambil ponselnya yang tergeletak diatas meja, kemudian berlari berusaha mengejar wanita yang baru saja pergi tadi.
"Tuan, anda belum membayar tagihannya," teriak salah seorang pegawai restoran kepada Ken yang masih disana.
Selalu begini, gerutu Ken dalam hati.
"Berapa? Ambil ini!" katanya seraya menyerahkan beberapa lembar uang, kemudian segera pergi untuk mengejar tuan mudanya.
"Ini terlalu bany ...." teriak pegawai itu terputus. Sia-sia saja, orang yang ia ajak bicara sudah pergi semakin jauh.
"Aku kehilangan jejaknya, Ken! Kau lama sekali!" gerutu Marvin pada sekertarisnya.
"Karena anda lupa membayar bill di restoran tadi, Tuan. Saya tadi hanya menyelesaikan pembayarannya," bela Ken.
"Alasanmu saja! Sekarang dimana aku harus mencarinya, Ken?" bentak Marvin yang sudah seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga baginya.
"Saya akan cari tahu tentang gadis itu, Tuan. Tuan muda tenang saja,"
"Cari tahu tentang dia, Ken! Aku tidak mau tahu!"
"Baik, Tuan," jawab Ken mencari jalan aman, "Sekarang Tuan mau kemana?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.
"Pulang, Ken. Aku tidak ingin pergi ke kantor hari ini. Mood ku benar-benar kacau sekarang."
Marvin lalu berjalan ke arah area parkir dan masuk ke mobilnya. Tanpa menunggu Ken membukakan pintu.
Sepanjang perjalanan pulang kerumah, ia sama sekali tidak berbicara apapun.
Bayangan Elisa benar-benar mengganggunya. Terputar kembali di otaknya, bagaimana ia mencumbu gadis itu semalam. Erangannya, gairahnya, leher seksinya, semuanya menjadi racun baginya.
hmm🤔, bisa jdi sih..atau mngkin kembaran stevi kh!!??