NovelToon NovelToon
Harga Diri Seorang Istri

Harga Diri Seorang Istri

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Wanita Karir / Penyesalan Suami / Selingkuh / Romansa
Popularitas:82.5k
Nilai: 5
Nama Author: Bunda SB

Indira pikir dia satu-satunya. Tapi ternyata, dia hanya salah satunya.

Bagi Indira, Rangga adalah segalanya. Sikap lembutnya, perhatiannya, dan pengertiannya, membuat Indira luluh hingga mau melakukan apa saja untuk Rangga.

Bahkan, Indira secara diam-diam membantu perusahaan Rangga yang hampir bangkrut kembali berjaya di udara.

Tapi sayangnya, air susu dibalas dengan air tuba. Rangga diam-diam malah menikahi cinta pertamanya.

Indira sakit hati. Dia tidak menerima pengkhianatan ini. Indira akan membalasnya satu persatu. Akan dia buat Rangga menyesal. Karena Indira putri Zamora, bukan wanita biasa yang bisa dia permainkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda SB, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tamu Tak Diundang

Pelaminan itu indah, terlalu indah untuk sebuah pernikahan yang dibangun di atas pengkhianatan. Dekorasi putih dan gold mendominasi, dengan rangkaian bunga anggrek yang menjuntai anggun. Backdrop bertuliskan "R & A" dengan font elegan berdiri megah di belakang sepasang pengantin yang duduk berdampingan, tersenyum lebar ke arah fotografer.

Rangga mengenakan jas putih dengan detail gold di kerahnya, terlihat tampan dan berwibawa, seperti pangeran dalam dongeng. Ayunda duduk di sampingnya dengan gaun pengantin putih berpayet yang berkilauan di bawah lampu kristal, mahkota kecil bertengger sempurna di rambutnya yang disanggul tinggi. Wajahnya berseri-seri, senyumnya merekah penuh kebahagiaan.

Mereka terlihat sempurna. Pasangan yang sempurna. Pernikahan yang sempurna.

Terlalu sempurna untuk bertahan lama.

"Mas, Mas Rangga!" seseorang memanggil dengan nada panik.

Rangga menoleh, senyumnya sedikit memudar saat melihat adiknya, Lina berlari kecil menghampiri pelaminan. Wajah gadis berusia dua puluh tiga tahun itu pucat, matanya membulat panik, ponsel tergenggam erat di tangannya.

"Lina? Ada apa?" tanya Rangga, mencoba mempertahankan senyum di hadapan tamu-tamu yang mulai memperhatikan. "Kenapa kamu..."

"Mas, ada masalah besar," potong Lina dengan suara bergetar. Ia menaiki sedikit pelaminan, berbisik cukup keras agar Rangga dan Ayunda bisa mendengar tapi tidak sampai ke telinga tamu. "Ada baliho. Banyak baliho. Di jalan menuju sini. Di Jakarta juga."

"Baliho?" Rangga mengernyit bingung. "Baliho apa?"

Lina menelan ludah, ragu-ragu. Lalu ia menyodorkan ponselnya. Di layar terpampang foto yang baru saja dikirim temannya, foto baliho besar dengan gambar prewedding Rangga dan Ayunda, lengkap dengan ucapan selamat dari "Istri Pertama - Indira".

Warna dari wajah Rangga seketika menghilang. Senyumnya luruh begitu saja, tergantikan dengan ekspresi horror yang tidak bisa ia sembunyikan. Tangannya gemetar saat mengambil ponsel Lina, matanya menatap tidak percaya pada layar.

"Ini... tidak mungkin..." gumamnya pelan.

Ayunda yang menyadari perubahan drastis di wajah suaminya segera mendekat. "Sayang, kenapa? Ada apa?"

Rangga tidak menjawab. Ia hanya menatap layar ponsel dengan wajah pucat pasi. Ayunda merebut ponsel itu, dan detik berikutnya wajahnya juga berubah.

"Apa... ini?" suara Ayunda bergetar. "Siapa yang..."

"Indira," jawab Rangga dengan suara serak. "Ini pasti Indira."

"Tapi... bagaimana dia tahu?" Ayunda mulai panik. "Kita sudah atur semuanya! Kita buat acara tertutup! Tidak ada yang tahu kecuali..."

"Dia tahu," potong Rangga, kali ini suaranya lebih keras. Beberapa tamu mulai melirik ke arah mereka. "Entah bagaimana, dia tahu."

Ayunda menarik tangan Rangga. "Sayang, kita harus melakukan sesuatu. Ini viral. Lihat," ia scroll ponsel, menunjukkan berbagai tangkapan layar dari media sosial. "Orang-orang sudah foto baliho itu dan share ke mana-mana. Ada hashtag #RanggaDuaIstri yang sedang trending."

Rangga menutup matanya, mengusap wajahnya dengan frustasi. Ini mimpi buruk. Ini tidak seharusnya terjadi. Semua sudah ia rencanakan dengan sempurna. Indira seharusnya tidak tahu. Indira seharusnya tetap di Jakarta, percaya dengan kebohongannya, menunggu dengan patuhnya.

Tapi Indira tidak bodoh. Dan Rangga baru menyadari itu sekarang.

"Mas, sepertinya ada tamu yang datang," bisik Lina sambil menunjuk ke arah pintu masuk aula.

Rangga dan Ayunda menoleh bersamaan. Dan di sana, berjalan dengan tenang melewati deretan tamu yang berbisik-bisik, adalah sosok wanita yang membuat jantung Rangga seperti berhenti berdetak.

Indira.

Ia mengenakan dress midi berwarna biru navy yang elegan, rambutnya tergerai lurus, makeup-nya natural tapi sempurna. Tidak ada tangisan. Tidak ada kekacauan. Ia berjalan dengan kepala tegak, senyum tipis menghiasi wajahnya, senyum yang tenang, terkontrol, yang justru lebih menakutkan daripada teriakan.

Di sampingnya, Rani berjalan dengan wajah serius, seperti bodyguard yang siap melindungi.

Tamu-tamu yang melihat Indira langsung membuka jalan, bisikan semakin keras.

"Itu dia, itu Indira."

"Istri pertamanya."

"Astaga, berani sekali dia datang."

"Ini akan jadi drama."

Indira tidak peduli dengan bisikan itu. Ia terus berjalan dengan santai, seolah-olah ia adalah tamu VIP yang memang diundang. Langkahnya mantap, tidak ada keraguan.

Rangga tidak bisa bergerak. Ia terpaku di pelaminan, menatap istri atau mantan istri? atau istrinya yang masih sah? berjalan mendekat. Mulutnya terbuka tapi tidak ada suara yang keluar. Otaknya kosong. Semua rencana, semua kata-kata yang biasa ia gunakan untuk memanipulasi, menghilang begitu saja.

Ayunda merasakan ketegangan itu. Ia melihat cara Rangga menatap Indira, ada rasa takut di sana, ada rasa bersalah. Dan Ayunda tidak suka itu. Ia tidak suka merasa terancam di hari pernikahannya sendiri.

Indira berhenti tepat di depan pelaminan. Ia menatap ke atas, ke arah pasangan pengantin yang duduk kaku di sana. Senyumnya tidak pudar, manis, sopan, yang sama sekali tidak menunjukkan amarah.

"Halo," sapa Indira dengan suara yang tenang. "Selamat ya atas pernikahannya."

Keheningan.

Tidak ada yang menjawab. Rangga masih membeku. Ayunda menatap Indira dengan campuran amarah dan ketakutan.

"Maaf aku datang tanpa undangan," lanjut Indira dengan nada yang sangat, sangat tenang. "Tapi aku rasa, sebagai istri sah, ah, maksudku istri pertama, aku punya hak untuk memberikan selamat langsung, kan?"

"Kamu..." akhirnya Rangga menemukan suaranya, tapi terdengar serak. "Kamu kenapa di sini?"

"Kenapa?" Indira memiringkan kepalanya, masih dengan senyum itu. "Aku ingin melihat langsung pernikahan suamiku dengan wanita lain. Apa itu salah?"

"Indira, ini bukan..."

"Bukan tempatnya?" Indira menyelesaikan kalimat Rangga. "Oh, aku pikir ini pernikahan. Bukankah pernikahan adalah acara yang membahagiakan? Seharusnya terbuka untuk semua orang yang ingin memberikan ucapan selamat, bukan?"

Ayunda yang sudah tidak tahan akhirnya berdiri. Ia turun beberapa anak tangga pelaminan, menatap Indira dengan tatapan menantang. "Indira, aku mengerti kamu kesal. Tapi ini bukan tempat untuk..."

"Untuk apa?" potong Indira dengan nada yang tetap tenang. "Untuk konfrontasi? Oh tidak, aku tidak datang untuk itu. Aku benar-benar datang untuk memberikan ucapan selamat."

Ayunda melirik Rangga, mencari dukungan. Rangga masih terdiam, tidak tahu harus berbuat apa.

Melihat keraguan itu, Ayunda memutuskan untuk mengambil kendali. Ia melangkah lebih dekat ke Indira, lalu dengan sengaja ia meraih tangan Rangga yang turun dari pelaminan. Ia menggenggamnya erat, memamerkan cincin pernikahan yang berkilau di jari manisnya.

"Indira, aku dan Rangga saling mencintai," ucap Ayunda dengan nada yang dibuat lembut tapi penuh kemenangan. "Kami sudah menikah sekarang. Secara sah. Dan kami akan membangun keluarga bersama. Aku harap kamu bisa merelakan dan move on."

Ia bahkan menarik Rangga lebih dekat, hampir memeluknya di depan Indira, pamer yang jelas, demonstrasi kepemilikan yang vulgar.

Tapi Indira tidak bereaksi seperti yang Ayunda harapkan. Tidak ada tangisan. Tidak ada jeritan. Tidak ada drama.

Indira hanya menatap mereka dengan senyum yang sama, senyum yang membuat Ayunda merasa ada yang tidak beres.

"Wah," ucap Indira dengan nada yang sangat tenang, "ternyata benar ya yang orang-orang bilang. Kalau sudah dapat sesuatu dengan mudah, nilainya jadi tidak berharga."

Ayunda mengernyit. "Apa maksud mu?"

Indira melangkah lebih dekat, tatapannya tidak lepas dari Ayunda. "Maksudku, sayang," suaranya lembut tapi menusuk, "kamu dapat Rangga dengan mudah. Tidak perlu berjuang. Tidak perlu membangun dari nol. Hanya perlu datang di saat pernikahan kami sedang baik-baik saja dan voila, langsung dapat suami siap pakai."

"Indira," Rangga akhirnya berbicara dengan nada memperingatkan. Tapi Indira mengangkat tangan, membungkamnya.

"Tapi kamu tahu yang lucunya apa, Ayunda?" lanjut Indira. "Kamu dapat Rangga versi yang paling apik. Rangga yang romantis, penuh perhatian, yang bisa meluangkan waktu. Tapi itu karena hubungan kalian masih baru. Masih dalam fase bulan madu."

Indira berhenti sejenak, membiarkan kata-katanya meresap.

"Tiga tahun lagi, ketika kehidupan sudah rutin, ketika pekerjaan sudah menumpuk, ketika dia sudah tidak perlu berusaha keras untuk mempertahankan mu... dia akan persis seperti dulu. Dingin. Sibuk. Tidak punya waktu." Indira tersenyum manis. "Dan saat itu terjadi, kamu akan duduk sendiri di rumah, menunggu, seperti yang dulu aku lakukan. Dan mungkin akan ada Ayunda yang baru. Yang lebih muda. Yang lebih segar."

Wajah Ayunda memucat. Mulutnya terbuka tapi tidak ada kata yang keluar.

"Karena begitulah polanya, sayang," Indira melanjutkan dengan suara yang sangat, sangat tenang. "Pria yang bisa mengkhianati istri pertamanya, akan bisa mengkhianati istri keduanya. Kamu pikir kamu spesial? Kamu pikir kamu berbeda? Sayangnya tidak. Kamu hanya yang berikutnya."

"Indira, cukup!" Rangga akhirnya bersuara keras.

Tapi Indira tidak peduli. Ia sudah mengatakan apa yang ingin ia katakan. Ia menatap Ayunda sekali lagi, tatapan yang penuh belas kasihan.

"Selamat ya atas pernikahannya," ucap Indira dengan tulus. "Aku doakan semoga bertahan. Meskipun statistiknya tidak bagus untuk pernikahan yang dimulai dari perselingkuhan."

Lalu Indira berbalik, menatap Rangga. Kali ini senyumnya pudar, digantikan dengan tatapan kosong yang dingin.

"Dan untuk kamu, Rangga," suaranya pelan tapi setiap kata terdengar jelas, "terima kasih sudah mengajari aku bahwa cinta tanpa kehormatan itu tidak ada artinya. Terima kasih sudah menunjukkan bahwa aku pantas mendapatkan yang lebih baik dari pria yang tidak punya keberanian untuk jujur."

Rangga terdiam, rahangnya mengeras.

Indira mundur selangkah, memberikan sedikit anggukan sopan, seolah ia baru saja selesai berbasa-basi dengan kenalan biasa lalu berbalik dan berjalan pergi.

Rani yang sudah menunggu langsung mengikuti. Mereka berjalan melewati kerumunan tamu yang masih terdiam dalam shock, melewati pintu, dan menghilang.

Yang tertinggal hanyalah keheningan yang menyakitkan.

Rangga berdiri mematung, wajahnya pucat. Ayunda menatap ke arah pintu tempat Indira menghilang, tangannya gemetar. Kata-kata Indira terus bergema di kepalanya. "Akan ada Ayunda yang baru. Yang lebih muda. Yang lebih segar."

Untuk pertama kalinya sejak ia merebut Rangga, Ayunda merasakan keraguan. Bukan keraguan pada cintanya, tapi keraguan pada pilihannya.

1
Ariany Sudjana
Darren kemana lagi? kenapa ga cerita ke Adrian, kalau panggilan malam itu hanya modus saja, supaya Adrian tidur dengan jalang itu, dan jalang itu akan merekam peristiwa itu, dan membuat Indira hancur. jangan biarkan si jalang itu merusak rumah tangga kamu Adrian, apalagi anak jalang itu, yang sudah diajarkan untuk memanipulasi kamu, sama seperti si jalang itu. lekas binasakan mereka Adrian, kamu harus tegas
mama
minta segera di basm tu jalang tak tau diru
mama
klu km smpe mau mkn siang sm Laura brrti km bodoooh Andrian.. derren juga kmana,gk lngsung bilang ke Andrian klu kmrin Laura cm pingsan bohong an
Ariany Sudjana
ngapain juga ini pelakor mau ajak makan siang Adrian? pasti mau menjebak Adrian supaya bisa tidur bareng, soalnya yang drama pingsan, padahal sudah pakai lingerie, kan gagal 🤭🤭🤣🤣 Adrian kamu harus tegas dong, jangan biarkan Laura ini mengganggu rumah tangga kamu dengan Indira
Aretha Shanum
lo ga kelar2 ma benalu ku skip, nanti muter2 bosen
Dew666
🌻🍦
Ariany Sudjana
ini hanya drama murahan yang dibuat Laura, untuk menghancurkan rumah tangga Adrian dan Indira. dasar pelakor murahan, Laura harus dibinasakan
Dew666
🍭🍭🍭🍭
Dew666
Baru ini lakinya pintar suruh orang utk urusin perusuh🌻🍦
Aether
LAURA HARUS MATI, HARUS DIBINASAKAN SECARA PERLAHAN
Tini Uje
udah mau mati masih aja mau ngejalang 😅laulier laulierrr
Ariany Sudjana
semoga Adrian bisa mencari tahu kebenarannya seperti apa, bagus Indira kamu bisa tetap dengan kepala dingin menerima penjelasan Adrian dan kamu harus tegas menghalau semua pelakor demi rumah tangga kamu
Aretha Shanum
ini nih yg bikin ga mood bca
Wulan Sari: sebetulnya ia selalu ada pelakor ,tp klu ga gini ceritanya ga panjang 🤔🤔🤔🤭🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Dew666
🏆🏆🏆🏆
Ariany Sudjana
harus tes DNA dan Adrian kalau ada bagian IT yang canggih, coba cari cctv nya, benar ga kejadian seperti itu, atau hanya akal-akalan Laura saja, demi merebut Adrian lagi. tapi yang utama sih Adrian harus jujur sama Indira
gaby
Makin ruwet critanya. Aq penasaran para pembaca novel ini kira2 kalo ada di posisi Indira mau ga dsuruh ngasuh anak haram suami?? Kalo aq mah Big No. Suruh aja sodara atau bawahan Indira atau Adrian yg ngurus, jgn kaya org susah ngurus anak haram nyuruh istri sah. Jd istri jg jgn bucin tolol mau dsuruh ngasuh anak haram suami. Walau anak ga berdosa, tp seolah2 serendah itukah harga diri seorang istri di suruh ngasuh anak haram suami. Kalo aq mending cerai & menjanda aja slamanya drpd dhina dgn status istri tp ngasuh anak haram suami.. Takutnya jd kebiasaan si Adrian, ada masalah sdikit lari ke bar, mabuk & berakhir nidurin perempuan. Namanya rmh tangga walau atas pondasi cinta, ga mungkin tanpa konflik. Takutnya nih, stiap ada masalah sm Istri, si Adrian lari ke bar lagi, lalu beberapa thn kemudian ada lagi wanita yg ngaku pny anak dr Adrian hasil one night stand
Wulan Sari: kalau ibu pribadi mumpung blm punya anak suruh ngasuh anak orang lain lebih baik bercerai pisah karena ibu ga bisa berlapang dada juga berarti dia sudah berselingkuh atau apalah intinya tidak bisa untuk kedepanya gt sj say...😘
total 1 replies
Lee Mbaa Young
filing ku mengatakan itu anak Adrian Dr gestur Andrian yg gk bisa nolak ae wes kelihatan mereka sdh unboxing. tinggal itu tes DNA ae.
malang bner nasib istri Andrian br di keloni ternyata Andrian dah punya anak Dr wanita lain.🤣🤣🤣
Ariany Sudjana
harusnya sih kamu ikut ya Indira, bagaimanapun kamu itu istrinya, dan kamu harus melindungi suami kamu dari pelakor. jangan sampai tragedi rumah tangga kamu dengan William terulang lagi, karena pihak ketiga
aku
napa gk ikut jg.temui berdua. aih. malah di kasih celah. bego
gaby
Indira bodoh, ko malah nyuruh suaminya nemuin wanita lain tanpa di dampingi. Km istrinya & posisinya lg di samping suami, knp ga ikut nemuin Laura?? Ga belajar dr pengalaman sblmnya?? Apa dah siap jd janda lg?? Ga bosen jadi janda gara2 org ketiga??
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!