NovelToon NovelToon
Tumbuh Di Tanah Terlarang

Tumbuh Di Tanah Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Nikahmuda / Poligami / Duniahiburan / Matabatin
Popularitas:14.1k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Adra

Aruna telah lama terbiasa sendiri. Suaminya, Bagas, adalah fotografer alam liar yang lebih sering hidup di rimba daripada di rumah. Dari hutan hujan tropis hingga pegunungan asing, Bagas terus memburu momen langka untuk dibekukan dalam gambar dan dalam proses itu, perlahan membekukan hatinya sendiri dari sang istri.

Pernikahan mereka meredup. Bukan karena pertengkaran, tapi karena kesunyian yang terlalu lama dipelihara. Aruna, yang menyibukkan diri dengan perkebunan luas dan kecintaannya pada tanaman, mulai merasa seperti perempuan asing di rumahnya sendiri. Hingga datanglah Raka peneliti tanaman muda yang penuh semangat, yang tak sengaja menumbuhkan kembali sesuatu yang sudah lama mati di dalam diri Aruna.

Semua bermula dari diskusi ringan, tawa singkat, lalu hujan deras yang memaksa mereka berteduh berdua di sebuah saung tua. Di sanalah, untuk pertama kalinya, Aruna merasakan hangatnya perhatian… dan dinginnya dosa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Adra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TDT 6

Malam itu, Aruna duduk sendiri di kamar yang remang, hanya diterangi lampu meja yang temaram. Di hadapannya, lemari penuh baju terbuka lebar, tapi ia tak benar-benar memperhatikan deretan pakaian di dalamnya. Tangannya yang sejak tadi sibuk memilah-milah kini terhenti. Matanya menerawang ke depan, namun pikirannya melayang jauh... bukan pada Bagas yang entah ada di belahan dunia mana, bukan pada sektor C yang sedang dilanda hama, tapi pada satu sosok yaitu Raka.

Ada sesuatu dari pemuda itu yang melekat di benaknya. Bukan sekadar wajahnya yang tenang dan tubuhnya yang tegap, tapi juga caranya bicara, kesopanannya, kepeduliannya yang tak dibuat-buat. Raka adalah kejutan. Aruna tak menyangka kehadiran seorang seperti dia bisa membalikkan dunianya begitu cepat, seperti hujan pertama setelah kemarau panjang.

Ia bahkan malu pada dirinya sendiri karena membiarkan pikirannya terlalu liar. Tapi ia tak bisa menyangkal, bahwa hatinya terasa lebih hidup sejak kehadiran Raka. Ada semacam getar yang telah lama hilang, dan kini kembali merambat perlahan, membangkitkan sisi dirinya yang selama ini tertidur.

Aruna menghela napas panjang. Esok akan kembali ia temui pemuda itu. Ia tak sabar, meski ia sendiri belum tahu harus menganggap ini apa. Yang jelas, malam ini, ia merasa sedikit lebih hangat dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia menutup mata dengan senyum kecil di bibirnya.

Pagi itu, udara masih sejuk ketika denting alarm di meja nakas berbunyi nyaring, memecah keheningan kamar Aruna. Jam menunjukkan pukul 06.30, dan tanpa menunda, Aruna bangkit dari ranjang.

Tak seperti biasanya yang suka bermalas-malasan beberapa menit, kali ini ia langsung menuju kamar mandi dengan semangat yang tak bisa disembunyikan.

Hari ini ia ingin segala sesuatunya berjalan lebih baik dari kemarin lebih tertata, lebih berkesan. Dan yang terpenting, ia ingin Raka betah berlama-lama di rumahnya.

Setelah mandi dan berdandan sederhana namun anggun, ia mengenakan pakaian yang nyaman namun tetap feminin, blus putih gading berpadu rok kain dengan motif bunga- bunga kecil yang membuatnya semakin feminin. Rambutnya ia biarkan terurai lembut, hanya dijepit satu sisi dengan klip kecil berwarna emas.

Sambil menikmati segelas air hangat, ia menelpon Ibu Marni, asisten rumah tangganya yang biasa datang jika dibutuhkan. Suaranya terdengar antusias ketika meminta Ibu Marni untuk datang lebih awal hari ini.

“Bu Marni, saya minta tolong datang sekarang ya. Masakannya agak spesial hari ini. Saya mau jam sembilan sudah siap semuanya.”

“Siap, Bu Aruna. Mau masak apa saja, Bu?” sahut suara di seberang dengan nada bersahaja.

“Masak ayam bakar bumbu rujak seperti biasa, tambah sambal matah dan tumis labu kuning, kerupuknya jangan lupa digoreng. Sama buat jus semangka juga ya.”

Ia menutup telepon dengan senyum puas. Pikirannya langsung melayang pada Raka. Hari ini, ia ingin pemuda itu merasakan kehangatan rumahnya, dan diam-diam, ia ingin menciptakan kenangan yang lebih dalam daripada sekadar percakapan tentang hama tanaman.

Seperti sudah menjadi kebiasaannya, Raka selalu datang tepat waktu. Jam belum sepenuhnya menunjukkan pukul delapan, namun suara langkah kaki di teras depan sudah terdengar. Ia berdiri sebentar, lalu duduk santai di bangku rotan, menunduk memainkan ponsel di tangannya seolah ingin menunjukkan bahwa ia rileks, tidak terlalu formal, walau sebenarnya ada hal penting yang hendak ia sampaikan hari ini.

Tak lama, Aruna muncul dari balik pintu dengan senyum hangat. Ia tampil segar pagi itu, wajahnya terpulas riasan tipis yang justru memperjelas kecantikannya. Rambutnya yang lembut tergerai hingga bahu, dan aroma mawar samar-samar menyeruak saat ia mendekat.

“Pagi, Mas Raka. Sudah datang rupanya,” sapanya lembut.

Raka berdiri dan membalas dengan anggukan sopan. “Pagi, Bu Aruna. Saya sengaja lebih awal, tadi malam saya lembur sedikit buat beresin laporan dari hasil lab.”

Ia kemudian membuka ransel kerjanya, mengeluarkan map berwarna hitam dan menyerahkannya pada Aruna. Di dalamnya terdapat beberapa lembar laporan lengkap hasil uji laboratorium dari sampel daun dan tanah yang ia ambil kemarin.

“Ini hasil dari sektor C. Tanamannya terinfeksi Fusarium oxysporum,” ujar Raka, nada suaranya serius.

Aruna mengangguk pelan, ia pernah mendengar nama itu sebelumnya, tapi tidak menyangka hama jamur itu kini menyerang lahannya.

“Ini jenis jamur patogen yang menyerang sistem perakaran, menyebabkan pembuluh xilem tersumbat. Itulah kenapa daun-daunnya menguning lalu mengering mendadak. Kalau dibiarkan, bisa menyebar ke area lain.”

Aruna menyimak dengan seksama.

“Langkah pertama yang harus kita lakukan, kita harus segera isolasi tanaman yang sudah parah. Cabut dan musnahkan dengan dibakar, jangan dibiarkan membusuk di tanah. Lalu, kita perlu sterilisasi area tanah itu pakai kapur dolomit dan biofungisida hayati.”

Ia kemudian membuka lembar berikutnya.

“Kedua, kita juga butuh sistem rotasi tanaman. Jangan tanam jenis yang sama dalam dua musim berturut-turut. Saya sarankan tanam tanaman penetral seperti kacang-kacangan dulu satu musim.”

Aruna terus mencatat dalam benaknya, matanya tak lepas dari wajah Raka yang begitu fokus menjelaskan.

“Dan ketiga, saya minta tim lapangan untuk mulai pengamatan mingguan di sektor C dan D. Kalau ada gejala serupa di sektor lain, kita bisa langsung tangani sebelum menyebar. Saya juga akan buat formulasi cairan hayati dan beberapa mikroba baik lain. Ini bisa menekan pertumbuhan Fusarium tanpa merusak tanah.”

Raka menutup mapnya, lalu memandang Aruna dengan lembut. “Kebun Ibu masih sangat bisa diselamatkan. Tapi kita harus disiplin.”

Aruna menghela napas lega. Penjelasan Raka begitu meyakinkan. Ia merasa seperti menemukan pelindung yang tak hanya mampu menenangkan hatinya, tapi juga menyelamatkan kerja kerasnya selama ini.

“Terima kasih, Mas Raka. Saya benar-benar bersyukur kamu yang datang bantu saya,” ucapnya tulus.

Dan untuk sesaat, tak ada suara di antara mereka selain nyanyian burung pagi yang melintas di atas pohon.

Raka melirik arlojinya sekilas, lalu mengangkat wajahnya kembali menatap Aruna.

“Saya pamit ke lapangan sekarang, Bu. Saya ingin langsung mengatur tim dan buat sistem pengamatan rutin. Biar saya saja yang turun, Ibu tak perlu repot ikut,” ucapnya sopan namun tegas.

“Tenaga kerja yang di sektor C ada dua belas orang, kemarin sudah saya cocokkan datanya. Mereka cukup untuk dibagi ke beberapa shift pengawasan,” tambahnya, nada suaranya menunjukkan bahwa ia sudah menyiapkan rencana secara matang.

Aruna sempat membuka mulut untuk menawarkan sesuatu, “Tunggu sebentar, Mas. Minum dulu, ya?”

Namun Raka tersenyum, menggeleng pelan. “Terima kasih, Bu. Saya lebih baik langsung ke lokasi sebelum matahari makin tinggi.”

Aruna sedikit mengerucutkan bibirnya, merasa tak enak karena Raka selalu menolak segala bentuk keramahan kecil yang ingin ia berikan.

“Kalau begitu... siang nanti harus makan siang di rumah, ya? Saya sudah minta Bu Marni masak yang enak-enak,” ujarnya setengah memaksa, tapi dengan senyum hangat.

Raka sempat terlihat ragu, namun akhirnya menyerah saat tatapan mata Aruna menekannya penuh harap. Ia mengangguk pelan.

“Baiklah. Saya makan siang di sini nanti,” ujarnya sambil menyelipkan map kembali ke ranselnya.

Aruna mengangguk puas, dan hanya dengan itu, pagi yang terasa biasa berubah menjadi sesuatu yang lebih berarti baginya.

1
ovi eliani
ayo aruna waktunya bertindak , tlp bagus agarbmemberikan bukti ke polisi, biar bagas tau senjata makan tuan, biar dia yg masuk polisi biar tau rasa kamu bagas , biar bagas tau dingin nya jeruji besi, aku mwndukung mu aruna jgn kasih ampun bagas dan biar mata mak lampir juga terbuka bahwa kamu wanita yg baik aruna. semangat thor up nya tambah hreget ini.
R 💤
betul sih ini Thor...
R 💤
kok aku ikut seneng ya Raka gitu, dosa gak sih 🙈
R 💤: siap thorr 🙏🏻 kayaknya iya nih hehe
Dee: Tenang, itu tandanya kamu punya hati yang peka. Raka emang bikin suasana jadi adem ya~ Yuk terus ikuti kisahnya, siapa tahu kamu makin sayang sama dia 🤭💕"
total 2 replies
R 💤
bisa dikatakan ia lagi puber kedua gak sih
Dee: Siap Kakak, nanti aku coba mampir ya,🥰
R 💤: ditunggu Thor,, jika berkenan mampir di lapakku juga Thor hehe 👋🏻 CINTA TUAN MAFIA , terimakasih
total 3 replies
R 💤
acieee...Aruna berbunga bunga tuhh
R 💤
selamatkan juga hati ibu hehe
ovi eliani
up lagi dong thor ketemuain aruna dan raka ,pingin melihat bicara , mak lampir suruh pulang dulu sama pak lampir biar ngak nganggu...semangat thor up lg malam ini, ceritanya bikin penasaran
ovi eliani
ayo aruna kamu harus membela yg benar, suami mu sdh mulai gila, kasian raka dia tak bersalah. terus buat mak lampir minta maaf sama kamu sampai mengemis maaf mu karena sdh kurang ajar mulutnya
Daniah A Rahardian
puitis banget☺️
ovi eliani
sedih amat sih thor , seng sabar ya aruna, alon alon waton kelakon , awas aja kamu nyamuk nenek lampir tak sedot ubun2 mu, wes tue belagu , semangat thor kasihbpelajaran itu nyamuk mak lampir karo bagas laki2 tak berguna.
Daniah A Rahardian: Beneran deh tuh nyamuk mak lampir sama si Bagas emang udah kelewatan. Aruna tuh udah sabar banget, tapi ya gimana... kadang orang baik tuh malah disakitin mulu 😤.
total 1 replies
Daniah A Rahardian
Wow.. keren and puitis banget. Author emang pinter ya memilih kata2.
O ya aku udah jg ngeliat visual mereka di ig mu Thor, Aruna cantik banget dan Raka guanteng abis 🫶
Dee: Makasi Kakak, aku nyari yg pos buat karakter mereka.
total 1 replies
xia~xiaoling
ngena banget kata2 e aruna...kyk e aruna ini puitis banget deh...suka ma karakter aruna
Dee: Makasii! Senang banget Aruna bisa nyampe di hati Kakak😍
total 1 replies
Daniah A Rahardian
Suami 🤬🤬
Dee: Sabar... sabar...☺️
total 1 replies
ovi eliani
aku suka kesal sama nyamuk nyamuk ini selalu heboh embok ya di dengarkan dulu, no sono laporin aja bagas nya biar tau rasa, nyamuk sama bagas memang cocok kumpulan manusia pencinta hutan jadi hifup seenaknya aja. lho kate kebun binatang, semangat thor aku jd gregetan bacanya, sholat dulu ya.
Dee: Memang ya nyamuk dan Bagas tuh kombinasi bikin emosi, tapi tenang... nanti ada kejutan buat mereka, ditunggu terus yaa~ Makasih banyak udah baca dan komen seru begini, semangat terus dan selamat beribadah juga ya kak ,💚🙏
total 1 replies
ovi eliani
aruna aruna saksi ya kan ada para pekerja kan melihat, twrutama kamu melihat sendiri, ngaoain hidup dgn bagas yg egois, lupa kan hempaskan masih banyak laki laki yg lain, semangat aruna ..
ovi eliani
thor up dobble biar tambah semangat bacanya, maunya aruna urusi raka aja, bagas buang aja ke laut
Daniah A Rahardian
Thor pliss...jgn kamu buat kayak di "Ternyata Hanya Kamu Cintaku", nanti aku nangis lagi nih! Aku jadi inget Alex😭
ovi eliani
wah wah mulai agak panas in ceritanyai seperti panas nya matahari di siang hari , bagas2 sekarang aja cemburu orak dewasa dewasa diri mu son son, udah raka laporkan bagas dengan tindak pidana main hakim sendiri biar mampus terkubur di penjara sepertih aruna yg hatinya tetpenjara di hati raka, Hidup adalah perjalanan, jangan lelah untuk terus berjuang. semangat thor buat ceruta yg lebih panas wkwkwwk
ovi eliani
belum greget ini thor, mau yang jeng jeng disaat aruna raka berdua, suami yg tak berguna datang. maaf ya thor bukan berarti aku setuju dhn perselingkuhan tp manusia punya batas kesabaran karena kelah nya wanita akan berujung dengan ke tidak pedulian. wahar klo bagas diberi pelajaran buat sadar diri , dobble up atuh thor semabgat benar bacanya.
xia~xiaoling
baca kayak nak muda lg kasmaran thor..pd hal ini yg bc emak2 berdaster..wkwkwk
Dee: Hahahaha... emak berdaster juga boleh dong kasmaran lagi!, semoga tetap bikin hati deg-degan yaa 😄💖
Tapi justru pembaca setia kayak emak-emak berdaster lho yang paling tulus menikmati cerita😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!