NovelToon NovelToon
Pelakor Mencari Keadilan

Pelakor Mencari Keadilan

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Masuk ke dalam novel / POV Pelakor / Transmigrasi / Healing / Chicklit
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Aulia Z.N

Aura, seorang penulis amatir dari keluarga miskin, terjebak dalam novel ciptaannya sendiri. Ia bangun di tubuh Aurora, selingkuhan jahat dari cerita Penderitaan Seorang Wanita. Padahal, dalam draf aslinya Aurora direncanakan mati tragis karena HIV, sementara sang istri sah, Siti, hidup bahagia bersama second male lead. Kini, Aura harus memutar otak untuk melawan alur yang sudah ia tulis sendiri, atau ikut binasa di ending yang ia ciptakan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aulia Z.N, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pasal (Pencemaran) Nama Baik

Suasana meja restoran yang semula tegang karena pembahasan bukti perceraian mendadak mencair. Namun bukan menjadi lebih tenang. Justru berubah menjadi campuran aneh antara canggung, panas, dan menegangkan.

"Nak Aurora dan Pak Pengacara, apa kalian sudah pacaran?" tanya Siti polos, nada suaranya lembut tapi penuh rasa ingin tahu. Tatapan matronalnya berpindah dari Aurora ke Aditya, seolah mencoba membaca gerak-gerik keduanya.

"Iya!"

"Tidak!"

Jawaban itu keluar bersamaan.

Aurora menatap Aditya dengan senyum licik, sementara Aditya spontan menunduk, jemarinya memegangi pangkal hidung dan sinusnya, mencoba menekan rasa frustrasi yang mendadak menumpuk di kepalanya.

"Aurora, jangan membuat skandal seperti itu! Ini sangat—"

Aurora menyandarkan tubuhnya ke depan, suaranya rendah, menggoda, dan nyaris seperti bisikan. "Sangat apa?"

Aditya terdiam. Rahangnya mengeras. Ia membuang muka ke arah lain dan berdiri, membalikkan tubuhnya, punggungnya kini menghadap Aurora.

Gerakannya cepat, seolah ingin menyingkir dari sumber panas yang entah kenapa membuat tengkuknya terasa hangat. Wajahnya mulai memerah. Bukan karena marah, tapi karena rasa malu yang mencoba ia tekan habis-habisan.

“Sangat tidak tepat untuk sekarang!” suaranya meninggi sedikit, berusaha mengembalikan wibawanya. “Fokus kita sekarang ini adalah rencana perceraian Ibu Siti dengan suaminya. Jangan membahas hal lainnya!”

Aurora kembali ke posisi duduknya. Ia bergeser pelan, sengaja menjauh tapi masih menatap Aditya dengan mata penuh permainan. Senyum tipisnya menggantung di sudut bibir.

“Pak pengacara, aku tidak menyangka. Ternyata aku tidak diancam dengan pasal pencemaran nama baik, ya?” ucapnya dengan nada santai. Tapi jelas, setiap kata mengandung provokasi yang halus.

Aditya menoleh tiba-tiba, gerakannya tajam. Tatapannya dingin, tapi sorot matanya bergetar karena emosi yang tertahan.

“Apa kau mau diancam dengan pasal itu, Aurora?” katanya tegas. “Yang kau lakukan itu jelas termasuk pencemaran nama baik. Kita tidak pernah pacaran. Tapi kau malah mengaku bahwa kita pacaran. Apa tujuanmu sebenarnya?”

Aurora menegakkan tubuhnya, ekspresinya berubah dari santai menjadi defensif. “Eh? Memangnya apa yang aku katakan, Pak Pengacara? Jangan asal menuduh!”

Aditya memejamkan mata sebentar. Ia mencoba mengingat ucapan Aurora barusan, tapi semakin ia mengingat, semakin kupingnya memanas. Dengan nada menahan malu, ia mengulang perlahan, “Ka- kau bilang… bilang saja bahwa aku sudah punya pacar dan pacarku sangat marah jika aku menjadi pelakor.”

Aurora menyilangkan kaki dan mencondongkan tubuhnya sedikit. Tatapannya tajam, tapi bibirnya melengkung licik. “Nah, itu! Apa aku menyebut namamu, Pak Pengacara?”

Seketika, Aditya membeku di tempat. Tatapan tajamnya pudar, berganti dengan ekspresi terpukul halus. Sial. Dia benar. Ia menatap Aurora seolah wanita itu baru saja menusuk egonya tepat di dada tanpa menyentuh pisau sama sekali.

Aditya menarik napas dalam, rahangnya menegang. ‘Wanita ini berbahaya. Kalau aku menanggapi, aku justru akan kalah. Sebaiknya aku diam saja agar tidak semakin diserang.’

Di sisi lain meja, Farel dan Santoso menutup mulut masing-masing, bahu mereka bergetar menahan tawa. “Pfftt!”

Suara tawa tertahan mereka menambah kekacauan suasana.

Urat di pelipis Aditya mulai muncul. Ekspresinya tetap datar, tapi mata dan rahangnya sama sekali tidak bisa menyembunyikan rasa kesal yang membara.

Lalu Kirana, dengan polosnya, membuka suara. Nada lembutnya justru menambah rasa malu yang menggantung di udara.

“Kakak, mungkin Pak Pengacara salah mengira pacar yang kakak maksud adalah dirinya karena kakak meminta agar Pak Pengacara yang mengirim pesannya pada ayah,” katanya tanpa dosa.

Aditya nyaris kehilangan kata. 'Sial!' Ia menahan napas, berusaha sekuat tenaga menjaga wajahnya tetap netral. Tapi rona merah yang merambat dari telinga ke lehernya sudah terlalu jelas untuk disembunyikan.

Aurora hanya menyeringai kecil. Puas, berbahaya, dan sangat menikmati bagaimana pria yang selalu tenang itu akhirnya terguncang juga.

Aurora menoleh ke arah Kirana, lalu mengangguk kecil sambil mengusap ujung bibirnya yang terangkat tipis. “Itu masuk akal. Sepertinya memang begitu. Padahal maksudku agar chatnya tidak terlalu kasar atau menyerang individu. Karena pak pengacara bilang akan melindungiku secara hukum. Makanya aku minta tolong dia urus chat minta putus dengan ayahmu saja sekalian.”

Hening sesaat menyelimuti meja panjang itu. Suara denting sendok dari meja lain seolah terdengar begitu jelas, memantul di dinding restoran yang dingin. Aditya, yang sejak tadi berusaha menahan emosi, perlahan menurunkan tangannya dari dagu lalu meletakkan keduanya di atas meja.

Bugh!

Suara hantaman ringan dari telapak tangannya yang menekan meja itu cukup keras untuk membuat semua kepala di sekitar menoleh. Tatapannya tajam, urat di pelipisnya terlihat jelas. “Baiklah, kembali ke masalah utama. Jadi—”

Namun, suara berat penuh jeda memotong kalimatnya.

Santoso, yang sejak awal hanya memperhatikan dengan tenang, akhirnya membuka suara. “Anak muda, jika kau memang suka pada seseorang, katakan saja secara langsung! Jangan sampai menyesal di kemudian hari!”

Kalimat itu meluncur dengan nada bersahabat, tapi efeknya seperti menyalakan sumbu dinamit di kepala Aditya.

Tatapan pengacara muda itu beralih cepat ke arah Santoso. Dingin. Menajam. Begitu tajam hingga Santoso sempat menelan ludah keras-keras. Cahaya lampu restoran yang menimpa mata Aditya membuat sorotnya tampak semakin menusuk. Seperti pisau yang siap menebas siapa pun yang berani menyenggol harga dirinya.

Santoso refleks bergeser di kursinya, tubuhnya menegang. “Ma– maksud saya... Saya sedang membicarakan diri saya sendiri. Ya– ya! Saya dulu pernah menyukai seorang gadis saat masih sekolah menengah dan karena tidak kunjung menyatakan perasaan, saya ditinggal menikah dan— lupakan!”

Dia cepat-cepat berdiri, pura-pura sibuk. “Kalau begitu, saya akan menelpon psikolog kenalan saya untuk ibu Siti dan anak-anaknya.”

Tanpa menunggu balasan siapa pun, Santoso melangkah menjauh, menelpon dengan wajah yang setengah panik, seolah berusaha melarikan diri dari suasana canggung yang ia ciptakan sendiri.

Siti hanya bisa memandangi punggung pria itu, matanya menyipit, bibirnya sedikit terbuka. Ada sesuatu yang mengusik pikirannya. Kenangan lama tiba-tiba melintas. Masa-masa sekolah menengah, tawa remaja, dan seseorang yang wajahnya samar... 'Tidak mungkin.'

Siti menggeleng cepat, menepis pikiran itu. ‘Tidak, lupakan! Ini hanya kebetulan!’ gumamnya dalam hati, mencoba menenangkan diri.

Suasana di meja kembali serius ketika Aditya menegakkan punggungnya. Aura tegasnya kembali. “Baiklah, kurang lebih persiapan masalahnya sudah selesai. Saya akan membuatkan surat gugatan cerai untuk ibu Siti. Untuk Aurora dan Farel, kalian berdua kirimkan semua buktinya ke nomor saya! Sekalian beritahu jika ada saksi lainnya!”

Nada suaranya tegas, namun ada sisa ketegangan yang masih menempel di ujung kalimatnya. Aurora menatapnya sejenak. Tatapan penuh arti, seolah ingin menggoda tapi juga sedikit menghormati.

Aurora mengangguk sambil menegakkan duduknya. “Siap, pak pengacara.”

Farel yang sedari tadi sibuk memainkan ponselnya, mengangkat wajahnya dengan polos. “Aku tidak punya nomor pak pengacara.”

Aurora mencondongkan tubuh ke arahnya sambil mengangkat ponsel. “Ini! Cepat catat!”

Farel tersenyum jahil, melirik Aurora dengan ekspresi menggoda yang nyaris tidak bisa disembunyikan. Ia mendekat sedikit dan berbisik, “Kalian berdua benar-benar pacaran, kan?”

Aurora menatap Farel dengan senyum nakal yang begitu khas. Matanya menyipit, bibirnya melengkung licik, seperti kucing yang baru menangkap tikus. Dengan nada yang sengaja dibuat setengah menggantung, ia menjawab, “Belum.”

1
fσя zуяєиє~✿
aku suka pria yg dominan/Casual/
fσя zуяєиє~✿
the real power of netijen/Facepalm/
Anyelir
moto nya wow banget.
hahaha 🤣
Shin Himawari
yey dari sini cerita isekai dimulai. ganbaree Aura!🤣
Shin Himawari
kayanya rora cuma belum menemukan role model yang benar di hidupnya😔
Shin Himawari
aduh auora kamu berdosa bangat mulutnyaa🫠
kim elly
emang shiballl
kim elly
iya atuh harus liat surat medis nya jangan langsung percaya
ηιтσ
anjirrr. bnr lgi🗿
ηιтσ
kdrt itu mah
👑Chaotic Devil Queen👑: KDRT: Kekerasan Dalam Rumah Tangga

karena Aurora bukan siapa-siapanya Siti, gak bisa masuk kategori KDRT.

Paling masuknya penganiayaan dan bullying 😭🤣
total 1 replies
ηιтσ
apalah dia ini
ηιтσ
manuk logika. divisi pertanyaan random kebnykn nelan novel romansa/Sweat/
👑Chaotic Devil Queen👑: Itu karena beliau sudah lama mengamati pola alur trend pasar novel😭
total 1 replies
☠🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
"𝑺𝒆𝒌𝒖𝒏𝒕𝒖𝒎 𝒎𝒂𝒘𝒂𝒓 🌹 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌𝒎𝒖, 𝑻𝒉𝒐𝒓. 𝑺𝒆𝒎𝒐𝒈𝒂 𝒔𝒆𝒎𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕𝒎𝒖 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒂𝒓𝒚𝒂 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑 𝒔𝒆𝒈𝒂𝒓 𝒅𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒑𝒆𝒓𝒕𝒊 𝒃𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏𝒚𝒂, 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒘𝒂𝒎𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒖𝒋𝒖 𝒌𝒆𝒔𝒖𝒌𝒔𝒆𝒔𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒓𝒕𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒉𝒂𝒓𝒖𝒎𝒌𝒂𝒏 𝒏𝒂𝒎𝒂𝒎𝒖.
✿⚈‿‿⚈✿
☠🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ: amin mksh doanya😍
total 2 replies
☠🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
Si rora udah dpt pencerahan pak mknya dia mwu bertobat
☠🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
Weh sabar pak, jgn suudzon dulu, si rora pgn nylametin bu siti dr suami djjalnya pak/Proud/
Cemployn
banyak cakap kali kau pak tua >:(
Cemployn
SEMOGA SITINYA GA BANYAK PERTANYAAN DAN LANGSUNG SETUJU PLISSS SAMA SARAN AURA/AURORA
TokoFebri
gpp Bu siti.. pakai cara talak khuluk 🤣🤣
CumaHalu
ya karena kalian berdua sama😄
CumaHalu
Dah battle aja mana yang menang, aku bagian nyimak aja lah.😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!