James Morgan adalah seorang pria dengan sejuta pesona yang dapat membuat banyak wanita terpikat olehnya. Tetapi di jaman sekarang ketampanan apa gunanya jika tidak memiliki uang dan kekuasaan?
Kisah tragis seorang pemuda tampan ditinggalkan oleh pacar materialistisnya karena mendambakan kemewahan.
Hingga suatu hari dia memiliki sistem kekayaan terhebat yang mengubah hidupnya yang biasa biasa saja menjadi luar biasa. Mobil super? Rumah mewah? Kehormatan? dan Wanita?? bahkan secantik bidadaripun bisa dia dapatkan dengan mudah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ADhistY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 - Daya pesona uang
Sekarang pertimbangan Evan bukan lagi apakah mereka akan menerima James di keluarganya atau tidak, tetapi khawatir suatu hari nanti putri mereka lah yang akan James tinggalkan. Siapa yang tidak menginginkan seorang pria muda yang tampan dan kaya raya di luar sana?
Apalagi sekarang James adalah pemegang saham utama di perusahaan keluarga mereka.
Evan dan Stevia bukan orang yang naif, apakah mereka dapat mempertahankan James atau tidak tergantung pada kemampuan putri mereka. Sepertinya saat semua orang sudah pergi, keduanya harus mengajari Vivian beberapa cara untuk menarik perhatian seorang pria.
"James, sepertinya sandiwara kita berhasil." Bisik Vivian yang hanya terdengar oleh keduanya.
"Ya aku memang hebat." Balas James sedikit terkekeh, yang di balas delikan oleh Vivian.
Melihat pasangan itu terlihat mesra di mata mereka, Evan dan Stevia merasa sangat puas pada putrinya, sedangkan orangtua Andreas hanya bisa menghela nafas dalam, kenapa menantu sebaik ini selalu menjadi milik keluarga orang lain? Pikir kedua nya.
Sepertinya pada titik ini James sepenuhnya mengendalikan keadaan, semua orang menyanjungnya dengan pujian.
'Inilah daya pesona uang.' batin James.
Mereka terus berbincang hingga beberapa waktu, tanpa terasa hari pun sudah berganti sore.
"Semuanya, maafkan aku mengganggu obrolan yang menyenangkan ini, tetapi aku harus pulang sekarang, ada sesuatu yang harus ku kerjakan." Ujar James pada semua orang.
"Waktu berjalan cepat sekali, ternyata sudah sore saja... baiklah kami tidak akan menahanmu James, kau pasti sibuk dengan hal penting." Ujar Evan pada James.
"Terimakasih untuk hari ini paman, tante, hidangan makanan keluarga Taylor sangat enak." Ucap James berbasa-basi.
"Sama sama nak, jangan sungkan untuk datang lagi kemari, pintu rumah keluarga ini akan selalu terbuka untukmu." Ucap Stevia pada James.
"Tentu, aku akan mampir di lain waktu." Jawabnya.
"Apa aku kemari membawa mobil James? Jika tidak, biarkan Vivian yang mengantarmu." Ujar Stevia dengan senyuman lembut, dia sengaja meminta Vivian mengantarkan James dan bahkan mengisyaratkan pada putrinya agar menetap di rumah James malam ini, agar hubungan keduanya semakin erat.
Vivian sedikit merona menatap ibunya tidak percaya, tetapi tak ayal dia juga merasa hatinya setuju dengan rencana ibunya.
"James tidak membawa mobil Bu, tadi aku langsung membawanya kemari dengan mobilku."
"Baguslah kalau begitu, kau harus bertanggung jawab untuk mengantarkannya." Sahut Stevia.
Menyadari taktik licik dari istrinya, Evan hanya bisa menggelengkan kepalanya, semoga saja James tidak menyadari itu dan marah kepada putrinya.
Tapi di luar dugaan, justru James langsung menolak tawaran itu.
"Tidak usah Vi, aku akan pulang sendiri naik taksi, aku sudah memesan nya dari tadi, mungkin sudah sampai di depan." Tolak James.
Vivian sebenarnya merasa kecewa mendengar itu dan ingin mengatakan untuk "batalkan saja pesanan taksi itu, biar aku yang mengantarkanmu" tetapi akal sehatnya mengatakan bahwa dia tidak boleh memaksa James, karena hari ini dia telah berjasa untuk menyelamatkannya dari perjodohan.
Semua orang mengantarkan James sampai ke pintu gerbang kediaman Taylor, orang tua Andreas juga memutuskan untuk pulang berbarengan dengan James karena hari sudah sore.
Sebelum benar benar pergi, ayah Andreas mengatakan permintaan maaf atas perlakuan kasar putranya hari ini. James tidak mempermasalahkannya, tetapi jika nanti Andreas memprovokasi dirinya lagi di masa depan, dia tidak akan pernah memaafkannya lagi.
Ayah Andreas bersyukur mendengar itu, dia berjanji akan mengajari putranya agar tidak semena menang pada orang lain.
James masuk kedalam taksi dan pergi dari sana.
...
Di perjalanan pulang, James menerima pesan dari Alexander tentang informasi perbaikan mobilnya, ternyata sudah selesai di perbaiki hari ini.
"Lebih cepat dari waktu yang di tentukan." Gumam James. Dia kira setidaknya perbaikan itu akan di lakukan esok hari mengingat perkataan Alex kemarin, ternyata kinerja workshop yang di datanginya begitu kompeten, karena selesai lebih cepat dari yang di janjikan.
James membalas pesan Alex, dan mengatakan bahwa dirinya akan kesana sekarang, kebetulan saat ini dia tidak jauh dari tempat perbaikan mobilnya, dan Alex juga sedang berada di sana hari ini.
James mengarahkan sopir taksi menuju tempat tujuannya, tak butuh waktu lama James akhirnya sampai di sana.
Keluar dari taksi, James hendak berjalan kedalam untuk menemui Alex, tetapi tanpa di duga sebuah mobil BMW dengan modifikasi di beberapa bagian, berhenti tepat di samping James.
"Siapa ini?" Gumamnya penasaran. Kaca mobil tersebut turun menampakkan seseorang yang pernah James kenal.
"Hey bukankah ini James, kenapa kau ada di sini?" Tanya nya pada James.
"Oh Vano? Kebetulan aku ada urusan di workshop ini, kau sendiri?" Tanya James berbasa-basi, pria yang menyapanya tadi adalah Vano Davidson teman seaangkatannya saat di universitas, sebenarnya James memiliki kesan buruk pada Vano dari saat masuk universitas sampai dirinya lulus. Karena orang ini sangat sombong dan sering mengganggu nya dengan segala cara saat itu.
"Apa kau pegawai di sini James? Aku lihat tadi kamu turun dari taksi, jadi tidak mungkin kan kau kemari untuk memperbaiki atau memodifikasi mobil?" Ujar Vano, ayang James tau apa maksudnya.
'Dia mulai lagi.' batin James.
"Ya terserah apapun yang kau pikirkan, aku pergi dulu." Ucap James beranjak pergi, malas meladeni seseorang seperti Vano, itu hanya membuang buang tenaga dan waktunya.
"Tcih, masih miskin saja tetap begitu sombong." Cibir Vano pelan. Tetapi dia mengesampingkan egonya untuk rencana yang lebih besar.
"Tunggu James." Teriaknya memanggil James dengan suara keras.
James mau tidak mau menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Vano dengan alis terangkat.
"Aku berencana untuk mengadakan reuni untuk alumni angkatan kita, kau jangan lupa datang ya." Ujarnya pada James.
James mendengus kasar, lalu berbalik berjalan kembali, menghiraukan Vano yang menatapnya kesal.
"Dia masih saja pendendam padaku, padahal aku yang seharusnya dendam kepadanya." Gumam James mengingat kesusahannya yang di sebabkan oleh Vano saat si universitas.
Sedangkan di tempat Vano saat ini, dia menatap punggung James yang berjalan menjauh dengan tatapan sulit diartikan. "Tunggu saja James, jika kamu masih punya wajah untuk datang ke reuni nanti, aku akan mempermalukanmu di bawah kakiku." Ujar Vano dengan seringai tajam.
Vano begitu iri pada James dari saat masuk ke universitas, mengapa dia diciptakan lebih baik dari dirinya, James sangat tampan dan cerdas yang membuat dirinya sangat iri. Di tambah dia berkencan dengan wanita incarannya, yaitu Megan, membuat kebencian di hatinya semakin besar.
Tetapi untungnya ada satu hal yang James tidak punya, yaitu kekayaan, dan dia yang beruntung memiliki itu. Vano beberapa kali membuat James kesusahan menggunakan statusnya, tetapi ternyata dia tidak dapat benar benar menjatuhkannya karena pihak kampus dan mahasiswa lain selalu membelanya, sebab James adalah kebanggaan kampus.
"Berbeda dengan sekarang, tidak ada yang dapat mendukungmu lagi James."