MENGEJAR CINTA MAS-MAS DINGIN

Siang telah berlalu dan acara Darren sudah selesai, ia yang membuka pesan dari Viona itu tak mengira kalau Jeje akan keluar.

Darren pun tidak membalas apa-apa pada Vio. Lalu, Darren mencari nama Jeje dan sama sekali Jeje tidak mengirim pesan padanya.

Dan saat itu juga, Darren mendapatkan pesan dari Justin, Justin mengajak Darren dan yang lain berkumpul.

Singkat cerita, sekarang, semua orang berkumpul di rumah Akmal dan Darren yang datang sendiri itu mendapatkan pertanyaan dari Justin.

"Di mana Jeje?"

"Ada, di rumahnya," jawab Darren seraya ikut duduk di sofa, semua orang berkumpul di ruang tengah.

"Kenapa tidak diajak, tau begitu tadi ku ajak bareng," timpal Rossi yang duduk di samping Justin dan Darren menatapnya, lalu, Darren menatap tangan Rossi yang digenggam oleh Justin.

"Tidak perlu repot-repot," kata Darren dan Rossi pun mengangguk.

"Aku sangat lelah, ingin pulang," kata Darren dan Darren yang bangun dari duduknya itu mendapatkan pertanyaan dari Salsa.

"Kemana? Baru juga datang."

"Akhir-akhir ini aku sibuk dengan pekerjaan," jawab Darren, setelah itu, Darren pergi dari rumah Akmal dan semua memperhatikannya.

"Sepertinya sedang galau," kata Akmal.

"Galauin Rossi dan Justin," timpal Salsa.

"Ehem," Justin berdeham, ia mengingatkan keberadaannya pada Salsa.

"Hehe, Bercanda," kata Salsa kemudian.

Lalu, Akmal mengajak Justin untuk bermain bersama, setelah itu, Rossi pun ikut Salsa ke kamar lain untuk bermain bersama Baby.

Di kamar itu yang dikhususkan untuk Baby, Salsa bertanya, "Kamu serius sama Justin?" tanyanya.

"Kenapa? Aku bahagia diperhatikan dianggap ada oleh seseorang," jawab Rossi.

"Perasaan kamu bagaimana? Jangan kamu sama Justin tapi pikiran sama Darren, itu hanya akan menyakiti diri kalian," kata Salsa.

"Iya, aku tau itu. Tapi kamu tau sendiri, Sa. Justin menawarkan diri untuk menjadi pelarian dan saat ini aku masih belajar, belajar menerimanya, aku harus bisa melupakan rasa yang dulu pernah ada untuk Darren."

"Kalau sudah berhasil melupakan rasa itu, apa kalian akan melanjutkan hubungan ini?" tanya Salsa, ia sungguh merasa penasaran akan dibawa kemana hubungan keduanya.

"Iya, aku juga belum tau, Sa." Rossi terkekeh dan setelah itu, Rossi meminta pada Salsa untuk tidak membahas rasa yang dulu.

"Baiklah," jawab Salsa.

****

Sementara itu, Darren yang sedang mengemudi mobilnya itu berpikir, kenapa Jeje sama sekali tidak mengirim pesan, "Atau dia masih marah gara-gara aku marah waktu itu?"

"Astaga, aku juga sudah tidak apa-apa, aku hanya kesal saja saat itu," lanjut Darren.

Lalu, Darren yang ingin ke rumah Jeje harus mengalami ban bocor dan Darren pun memanggil orang bengkel langganannya.

Darren menunggu sedikit lama dan setelah selesai, Darren melihat jam yang ada di layar ponselnya.

Ia melihat jam 9 malam.

"Ke rumahnya atau tidak, hari sudah malam, aku takut mengganggu Pak RT," gumamnya.

Lalu, Darren menghubungi Jeje dan nomor Jeje tidak dapat dihubungi.

"Astaga, anak itu kenapa?" tanyanya seraya menatap layar ponsel.

Darren menarik nafas dan Darren tetap pergi ke rumah Jeje, tetapi, sesampainya di sana, Darren hanya duduk di mobil, ia menatap pintu rumah Jeje dan Darren baru merasakan apa yang namanya selalu memikirkan.

Ya, Darren memikirkan Jeje, ia berpikir kalau Jeje telah berubah karena hal kecil. Sekarang, Darren pun pergi dari rumah Jeje.

Darren yang mengemudikan mobilnya dengan setengah melamun itu hampir menabrak seorang wanita yang menggendong anak kecil.

Darren pun terkejut, ia takut terjadi sesuatu yang tak inginkan. Darren segera turun dan wanita itu tengah berjongkok dengan memeluk putrinya.

Darren membantunya untuk bangun dan wanita itu meminta tolong padanya untuk segera membawanya pergi.

Lalu, datang seorang pria yang mendorong Darren.

"Oh, jadi kamu lelaki yang jadi selingkuhan istriku!" ujarnya.

"Astaga, kenal juga tidak, jangan asal bicara kamu!" geram Darren seraya mendorong balik pria itu.

Dan saat itu juga Darren mendapatkan tinju dan Darren tidak terima diperlakukan seperti itu.

Darren membalasnya dan perkelahian pun terjadi, Darren berhasil membuatnya tak berdaya dan Darren memberikan kesempatan pria itu untuk pergi.

"Awas kamu!" ancamnya dan yang di ancamnya itu menatapnya datar.

Setelah itu, Darren menyapa wanita yang tengah ketakutan. "Kamu tidak apa-apa?"

"Tidak, terima kasih," jawabnya dan wanita itu meminta tolong pada Darren.

"Mas, boleh aku minta tolong?" tanyanya.

"Apa?"

"Tolong bantu aku carikan kos-kosan, aku ingin aman dari mantan suamiku yang gila."

Mendengar kos-kosan, Darren pun ingat dengan kos-kosan Rossi. Dan Darren menghubungi Rossi, ia mengatakan ada hal penting dan Darren sudah menunggu di depan kosnya.

Tidak lama kemudian, Rossi pun datang, ia diantar oleh Justin. Lalu, Darren mengatakan kalau ada yang sedang mencari kos dan Rossi mengiyakan.

Setelah mendapatkan kos tersebut, Darren pun pamit pada semua orang, lalu, Wanita muda itu menahan lengannya dan Darren menatap tangan itu, ia tidak suka sembarangan disentuh.

"Maaf, aku hanya ingin mengucapkan terima kasih," katanya dan Darren hanya mengangguk.

****

Keesokan harinya, pagi-pagi, Darren sudah ada di rumah Jeje dan Jeje tidak seperti biasanya, ia terlihat lebih banyak diam.

Tidak lama kemudian, Pak Somat pun pamit pada keduanya untuk berangkat bekerja.

Dan ini adalah kesempatan bagi keduanya untuk saling bicara. Darren yang masih diam itu menatap Jeje dan Jeje bertanya, "Ada apa? Ku kira kamu lupa sama aku."

"Mana mungkin aku lupa, aku heran saja, kenapa kamu berubah beberapa hari ini?" tanya Darren.

"Siapa yang berubah, aku memang seperti ini, hanya saja aku lelah," jawab Jeje tanpa melihat Darren.

Ia merasa air matanya akan jatuh dan Jeje menahannya.

Lalu, Darren yang ingin meraih tangan Jeje itu bangun dari duduk, ia ingin pindah ke samping Jeje dan baru saja bangun, Pak Somat sudah kembali.

"Ada yang tertinggal," kata Pak Somat seraya masuk ke dalam.

Sementara itu, Darren mengerti, ia merasa kalau ini adalah modus Pak RT dan Darren pun mengajak Jeje untuk duduk di kursi teras.

Setelah itu, Pak RT pun kembali keluar dan Pak RT tidak lupa tersenyum pada calon menantunya.

Kemudian, Darren dan Jeje pun melanjutkan pembicaraan.

"Kenapa tidak menghubungi ku?" tanya Darren.

"Kenapa harus aku yang menghubungi?"

"Biasanya seperti itu dan kamu tidak pernah mempermasalahkannya, kan?" tanya Darren.

"Baiklah, mulai sekarang, aku ingin Mas Darren yang lebih dulu mengirim kabar," pinta Jeje.

"Iya, kalau kamu sabar menunggu," jawab Darren seraya menatap calon istrinya.

"Tuh, kan. Kamu itu nyebelin tau!" gerutu Jeje dan Jeje yang mengerucutkan bibirnya itu bersedekap dada.

"Aku heran sama kamu, Mas. Sebenarnya, kamu itu cinta tidak sih sama aku?" tanya Jeje dan Jeje masih tidak mau menatap Darren.

"Kalau tidak cinta, untuk apa aku mencarimu," jawab Darren dan Jeje pun mulai mengangkat kepalanya, ia menatap Darren dan Darren meminta padanya untuk tersenyum.

Tetapi, Jeje masih belum mau tersenyum.

"Kamu tidak ingin maaf gitu?" tanya Jeje seraya menatapnya.

"Kenapa aku, harusnya kamu, kamu yang salah, kan," jawab Darren.

Dan Jeje menatapnya datar.

"Ternyata, ucapan wanita selalu benar itu salah, ya. Buktinya, di sini, kamu yang selalu benar," kata Jeje.

Dan sampai kapan keduanya akan bertengkar?

Bersambung..