Antariksa dan Galaksi, anak yang tak diakui oleh ibu kandungnya sendiri. Batita yang tak dirawat, dan bayi yang tak disusui oleh ibunya sejak dini.
Entah takdir atau kebetulan, Rafa bercerai dari mantan istrinya lantaran perselingkuhan. Mantan istrinya itu berkhianat dengan masa lalunya dan memilih karir modeling daripada keluarganya.
Sama hal nya dengan Rindi, yang menjadi korban pengkhianatan mantan tunangan yang juga berselingkuh dengan adik tirinya sendiri. Mereka sangat serasi bukan?
Akankah keduanya saling membuka hati dan saling menyembuhkan luka? Apakah Rindi merupakan calon ibu yang tepat untuk kedua jagoan kecil dari Mas Duda? Ikuti kisah keduanya yuk...
NB: Cerita ini murni hasil pemikiran Karita, tanpa plagiat karya orang lain. Mohon maaf bila ada kesamaan nama tokoh ataupun sedikit alur cerita, karena semua itu bukan unsur kesengajaan. Mulai hargai karya orang, yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karita Ta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26
Seketika mata Rindi membulat saat pria itu membuka kaca dari helm full face nya. Rindi dapat melihat mata dari sang empunya, Rindi menatap dalam manik mata itu. Rindi sangat kagum akan warna iris mata milik pria tersebut.
Ketika pria itu membuka helm nya, Rindi mata melotot sempurna dan juga tangannya yang menutup mulut tak percaya. Namun, Rindi menghela napasnya lega karena pria itu adalah orang yang dikenalnya dan tidak mungkin berniat buruk padanya.
"Silakan keluar Nona" Ucap pria yang ada di luar mobil milik Rindi dengan nada datarnya sehingga membuat Rindi melepaskan sabuk pengaman dari tubuhnya. Rindi membawa serta tas selempang dan juga ponselnya.
Rindi membuka pelan pintu mobil dan melangkah keluar dari kursi pengemudi. Setelah berada di luar mobilnya, Rindi menunduk tak berani menatap ke arah pria yang ada di depannya.
"Apa yang terjadi padamu Nona?" Tanya pria itu dengan melipat kedua tangannya di depan dada dan menaikkan sebelah alisnya. Sebenarnya pria itu terkejut karena orang yang dijumpainya adalah Rindi. Namun pria itu dapat menormalkan kembali ekspresinya menjadi datar.
"Ma...maaf Tuan, mobil saya tiba-tiba saja berhenti. Sepertinya mobil saya mogok" Jawab Rindi tanpa berani menatap ke arah pria itu. Rindi meremas kuat tangannya yang mulai berkeringat. Wajah Rindi menunduk menatap ke arah jalanan.
"Apakah kau sedang berbicara pada aspal itu?" Tanya pria di depan Rindi dengan nada yang sangat ketus sehingga membuat Rindi mendongak. Beberapa saat pandangan mereka saling bertemu dan terkunci satu sama lain.
"Khem..." Deheman dari pria itu membuat Rindi tersadar akan perbuatannya yang sedang menatap dalam manik mata itu. Rindi menggelengkan kepalanya sehingga membuat pria itu diam-diam tersenyum geli karena melihatnya.
"Ti... tidak Tuan Rafa" Jawab Rindi dengan kikuk karena tertangkap menatap manik mata milik Rafa. Rindi sangat tidak percaya bahwa pria yang tadi sempat membuatnya takut adalah Rafa, ayah dari Antariksa dan Galaksi.
"Dari mana anda malam-malam begini Nona?" tanya Rafa masih dengan nada dinginnya membuat Rindi mengerutkan alisnya bingung.
"Tadi saya menjenguk pegawai saya yang sedang berada di rumah sakit kota Tuan" Jawab Rindi dengan sopan sehingga membuat Rafa menganggukkan kepalanya paham.
"Lalu kenapa tidak meminta tolong sopir untuk mengantarkan? Padahal kau seorang wanita, dan ini juga sudah malam" Tanya Rafa dengan satu tarikan nafas sehingga membuat Rindi tersenyum dalam hatinya melihat perhatian dari Rafa meskipun hanya sekecil itu.
"Awalnya saya mengira semua akan baik-baik saja, tapi semua diluar perkiraan saya Tuan" Jawab Rindi dengan nada penuh penyesalan. Sedangkan Rafa tersenyum miring dan menganggukkan kepalanya.
"Dan kau lihat Nona? Mobilmu mogok di tengah jalanan sepi, bagaimana jika ada orang yang berniat buruk padamu?" Ucapan Rafa diam-diam dibenarkan oleh Rindi dalam hatinya. Rindi sangat menyesal menolak perintah dari Papi dan Mamanya.
"Saya tahu itu Tuan" Ucap Rindi dengan memandang ke sekitar mereka yang nampak sepi. Rindi berniat mengubungi Tika untuk menjemputnya. Namun sebelum Rindi mendial nomor Tika, ucapan dari Rafa menghentikan niatnya.
"Cepatlah naik Nona, biar ku antar" Ucap Rafa dengan singkat dan jangan lupakan nadanya yang memerintah Rindi. Tangan Rafa bergerak untuk memakai kembali helm full face nya.
"Tidak Tuan, saya akan minta to..." Ucapan Rindi terpotong karena ucapan dari Rafa yang tidak dapat dibantah olehnya.
"Apakah kau berani menunggu di tempat yang sepi Nona? Cepatlah naik, aku akan meminta orang bengkel mendatangi mobilmu" Ucap Rafa dengan senyum miringnya sehingga membuat Rindi bergidik ngeri. Akhirnya Rindi mengangguk pasrah menatap Rafa.
Rindi berjalan mengitari motor sport milik Rafa untuk segera menaikinya. Rindi bernapas lega, untung saja tadi memilih celana dan juga sweater, sehingga tidak membuatnya kerepotan. Rindi berusaha menaiki motor sport tersebut dengan susah payah.
"Jika tidak bisa, bicaralah Nona" Sindir Rafa sehingga membuat Rindi menatap kearahnya. Rafa mengulurkan tangannya sebagai tumpuan Rindi naik ke atas motornya. Sedangkan Rindi menerimanya meskipun sedikit ragu.
Setelah Rindi duduk dengan benar di atas motor sportnya, Rafa menyalakan mesin motornya dan bersiap melajukan kendaraannya itu. Dengan ragu, Rindi memegang jaket boomber yang digunakan oleh Rafa sebagai pegangan supaya tidak terjatuh.
Bukannya marah, justru Rafa malah diam-diam tersenyum kala merasakan tangan mungil milik Rindi memegang jaketnya. Meskipun tidak memeluk, entah mengapa hati Rafa berdegup dengan kencang. Tak jauh berbeda apa yang dirasakan oleh Rindi.
'Aduh, kenapa aku deg-deg an gini sih' Gerutu Rindi dalam hatinya ketika merasakan jantungnya bekerja dua kali lipat saat berdekatan dengan pria dari dua orang anak itu.
Rafa melajukan motornya dengan kecepatan sedang karena Rindi tidak menggunakan helm. Rafa memperhatikan wajah cantik Rindi dari kaca spion. Namun, Rafa berusaha mengabaikan perasaan yang tiba-tiba saja muncul di hatinya.
Selama perjalanan pulang menuju kediaman yang ditempati oleh Rindi, keduanya hanya diam tanpa ada yang memulai pembicaraan. Sedangkan Rindi sedang menormalkan kembali detak jantungnya yang selalu berlebihan jika didekat Rafa.
Rafa tak sengaja melihat Rindi yang sedang memejamkan matanya dari spion. Wajah cantiknya yang semakin sempurna karena efek cahaya lampu jalan. Rambut kecoklatan milik Rindi yang berkibar karena hembusan angin malam. Juga bibirnya yang menampakkan senyum simpul membuat Rafa terpesona akan visual Rindi yang sempurna.
"Maaf Tuan, apakah tadi pagi Antariksa rewel setelah terbangun dari tidurnya?" Tanya Rindi yang berusaha mencairkan suasana canggung yang ada di antara mereka. Meskipun dalam hatinya, Rindi takut jika Rafa tidak akan menyukai perbuatannya.
"Ya, dia menangis karena tidak menemukanmu. Tetapi setelah beberapa saat, dia sudah tenang kembali" Ucap Rafa dengan nada yang sedikit dinaikkan karena bisingnya jalan raya.
Rindi merasa lega karena Rafa mau menjawab pertanyaannya. Rindi mengira jika Rafa hanya akan mengacuhkan pertanyannya, padahal semua pemikirannya itu salah.
"Benarkah?" Tanya Rindi dengan wajah terkejutnya. Rindi merasa bersalah karena dialah penyebab balita menggemaskan itu menangis.
"Tentu saja Nona. Dan berakhir aku harus berjanji padanya untuk mempertemukan putraku denganmu" Ucap Rafa dengan sedikit tawanya yang membuat Rindi merasa takjub melihat tawa dari seorang duda beranak dua itu.
Rindi ikut tertawa karena balasan dari Rafa yang mengatakan akan mempertemukannya dengan putra pertama dari Rafa. Rindi merasa, jika pemikiran buruknya tentang sifat arogan Rafa itu mulai terkikis perlahan.
"Dan kau tahu Tuan? Janjimu harus kau tepati pada putramu. Kau berjanji untuk mempertemukan ku dengan putramu segera mungkin" Ucap Rindi sehingga membuat keduanya terkekeh bersama. Sedangkan Rafa mengangguk untuk menjawab ucapan Rindi.
Bahkan secara tidak sadar, badan Rindi sudah condong ke depan karena untuk berbicara dengan Rafa harus berteriak. Para pengguna jalan lainnya, mengira keduanya adalah sepasang kekasih karena pakaian mereka yang begitu casual dan juga kedekatan mereka membuat semua orang iri melihat keduanya.
"Ngomong-ngomong, Tuan Rafa dari mana?" Tanya Rindi dengan sedikit berteriak membuat Rafa menatap Rindi melalui kaca spion.
"Saya dari rumah Davi untuk membahas acara meeting besok" Balas Rafa dengan memundurkan kepalanya. Rindi mengangguk kala mendengar alasan dari Rafa yang sudah tidak terlalu ketus padanya.
"Dimana alamat Rumahmu Nona?" Tanya Rafa ketika mereka sudah menghentikan tawanya. Sedangkan Rindi memberikan alamat rumahnya kepada Rafa.
"Perumahan Savero, Jalan kenanga nomor tiga" Jawab Rindi yang dianggukki oleh Rafa pertanda dirinya paham. Keduanya kembali terdiam sama persis saat awal perjalanan tadi.
Rindi menikmati perjalanan menuju rumahnya. Baru kali ini Rindi naik motor sport di jalanan. Karena semasa dengan Alvin dulu, Rindi tak pernah diboncengkan menggunakan motor. Alvin selalu saja mengantarnya menggunakan mobil.
Motor yang ditumpangi oleh Rafa dan Rindi berhenti kala lampu merah di persimpangan jalan. Lampu merah masih tersisa dua menit lagi untuk berganti menjadi hijau. Ternyata, mobil yang berada di samping motor Rafa adalah mobil yang ditumpangi oleh Alvin dan Linda. Keduanya merasa bingung ketika melihat Rindi bersama dengan seorang pria tampan.
Sedangkan Rindi yang baru saja menengok ke arah samping sedikit terkejut karena melihat Alvin dan Linda sedang menatap ke arahnya. Keduanya tampak dari luar karena cahaya dari lampu dalam mobil dan kaca mobil Alvin yang sedikit terbuka di bagian kemudi. Sedangkan Rindi tersenyum miring melihat kesempatan itu.
Rafa memutar sedikit tubuhnya ke belakang. Rafa melihat arah pandang Rindi yang sedang memperhatikan mobil yang berada di sebelah mereka. Rafa mengerutkan keningnya bingung karena melihat Rindi tersenyum miring. Lalu, ide jahil melintas di otak Rafa.
"Mari kita mulai dramanya Nona" Bisik Rafa dengan suara kecilnya sehingga membuat Rindi menatap ke arah Rafa. Rindi terkejut saat wajah Rafa sudah menghadap ke arahnya.
Tubuh Rafa menghadap ke belakang dan tangannya bergerak untuk merapikan anak rambut Rindi yang berterbangan karena tertiup angin malam. Mata Rindi mengerjap lucu memperhatikan wajah Rafa sehingga membuat Rafa mencubit gemas hidung mancungnya.
Ketika Rindi akan kembali melihat ke arah mobil Alvin, Rafa menakup wajah cantik Rindi dengan tangan kekarnya. Sehingga membuat Rindi kembali menatap ke arah Rafa. Rindi masih diam membisu ketika mendapati semua perlakuan Rafa yang belum dicerna oleh otak cantiknya.
Lihatlah betapa konyolnya perilaku Rafa kali ini ;)
Sedangkan Alvin yang berada di dalam mobil sudah terbakar cemburu melihat kedekatan Rindi dengan pria lain. Ditambah lagi yang membuat Alvin terkejut adalah, pria yang bersama Rindi adalah bos di kantor tempatnya bekerja.
Linda terkejut akan adegan yang ia lihat di lampu merah kali ini. Linda tidak menyangka bahwa kakaknya bisa dekat dengan seorang Rafael Putra Kalandra. Bahkan Linda merasa iri kepada kakak tirinya itu karena bisa diboncengkan oleh pengusaha sukses seperti Rafa.
Tak lama setelah itu, lampu merah akan segera berubah menjadi hijau. Rafa membalikkan badannya setelah melemparkan senyum ke adah Rindi. Rafa tersenyum miring saat melihat wajah Alvin yang sedang menahan emosi.
Rafa melajukan motor sportnya mendahului mobil Alvin saat lampu lalu lintas berumah warna menjadi hijau. Sedangkan mobil yang dikendarai oleh Alvin dan Linda mengikuti dari belakang karena tujuan mereka memang sama, yaitu rumah Johan dan Lia.
"Tu...tuan, apa yang kau lakukan padaku tadi?" Tanya Rindi kepada Rafa den sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah depan supaya Rafa dapat mendengar ucapannya.
"Saya membantumu ketika kau melihat kekasihmu sedang jalan bersama wanita lain. Bukankah saya sangat baik padamu?" Ucapan Rafa mengagetkan Rindi. Bagaimana Rafa bisa mengetahuinya? Pikir Rindi dalam hatinya.
"Lalu, bagaimana kau bisa mengetahuinya Tuan?" Tanya Rindi dengan suara yang sedikit dikeraskan.
"Saya melihat dari caramu menatap mereka. Dan apakah kau lupa jika Alvin bekerja di perusahaanku? Bahkan kau beberapa kali ikut dengannya saat acara kantor. Benarkan Nona Rindi?" Ucap Rafa yang mengingatkan Rindi pada saat-saat itu. Rindi mengangguk karena ucapan dari Rafa memang benar.
"Biarkan saja, lagipula dia bukan tunanganku lagi, setelah dia selingkuh dengan adik tiri ku Tuan" Balas Rindi yang membuat Rafa tertawa akan nasib malang dari wanita cantik itu. Sedangkan Rindi merasa kesal karena Rafa menertawakannya.
"Sungguh malang nasibmu Nona" Ucap Rafa yang masih disertai tawanya.
Sedangkan Alvin dan Linda yang melihat posisi Rindi dari belakang, mengira bahwa Rindi memeluk pinggang Rafa dari belakang. Alvin mencengkram erat stir mobil karena melihat wanita yang masih dicintainya bersama dengan atasannya.
Ketika motor sport milik Rafa memasuki area perumahan, mobil milik Alvin menyalip motor mereka dengan kecepatan tinggi. Entah apa yang terjadi kepada Rafa dan Rindi saat ini. Keduanya malah tertawa sampai terbahak-bahak saat mobil Alvin mendahului mereka.
"Mungkin pria itu sedang cemburu Nona" Ucapan dari Rafa dianggukki oleh Rindi. Rafa melambatkan laju motornya untuk mengatur waktunya tiba di rumah Rindi.
Dan benar saja, waktu yang telah direncanakan oleh Rafa sangat tepat. Karena saat motor sport milik Rafa berhenti di gerbang rumah Rindi, bertepatan dengan keduanya yang turun dari mobil.
Rindi mengacungkan jempolnya ke arah Rafa sedangkan Rafa hanya mengangguk. Keduanya tersenyum geli ketika melihat wajah Alvin dan Linda yang sedang memperhatikan mereka. Rafa mengkode pada Rindi untuk segera memasuki rumah dan dianggukki oleh gadis bertubuh mungil tersebut.
"Hati-hati dijalan Tuan dan terimakasih atas bantuannya kali ini" Ucap Rindi yang dianggukki oleh Rafa. Setelahnya, Rafa menyalakan mesin motornya dan menutup kaca helm nya.
Rindi melambaikan tangannya dan tersenyum saat motor sport hitam Rafa mulai menjauhi pekarangan rumahnya. Setelah siluet Rafa menghilang di belokan jalan, Rindi membalikkan badannya untuk melangkah ke arah pintu utama.
Ketika melewati Alvin dan Linda, Rindi tetap berjalan seolah tak melihat keberadaan keduanya. Rindi berdecih dalam hati dan merotasikan matanya. Rindi bahagia ketika bisa memberi Alvin sedikit pelajaran.
Sedangkan Alvin dan Linda masih terdiam di tempat untuk mencerna semua yang mereka lihat hari ini. Linda menoleh ke arah Alvin dengan dahi yang mengerut.
"Apakah Mbak Rindi mempunyai hubungan dengan seorang Rafael?" Tanya Linda dengan herannya yang dijawab gelengan oleh Alvin. Keduanya masih merasa tidak percaya akan apa yang dilihatnya.
...*****...
Gimana nih kak sama bab ini?
Hari ini karita double up nih kak, gantinya kemarin.
Ditunggu kelanjutan ceritanya ya kak...
Terimakasih untuk pembaca yang masih setia di cerita pertama Karita dan Terimakasih untuk like serta komennya kak...
...Gracias...
𝒋𝒆𝒍𝒂𝒔𝟐 𝒅𝒊𝒂 𝒖𝒅𝒉 𝒃𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈 𝒈𝒂𝒌 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒍𝒆𝒑𝒂𝒔𝒊𝒏 𝒌𝒂𝒍𝒊𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝟐...
saking nungguinnya, sering bulak balik baca dari bab 1 huhuhu
ditunggu up selanjutnya ya thor..
tetap semangat..🥰🥰🥰