Sekuel ke empat Terra The Best Mother, sekuel ke tiga Sang Pewaris, dan sekuel ke dua The Big Families.
Bagaimana kisah kelanjutan keluarga Dougher Young, Triatmodjo, Hovert Pratama, Sanz dan Dewangga.
Saksikan keseruan kisah pasukan berpopok dari new generasi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RIBUT
Hunian Terra kembali ramai, anak-anak yang mau berkegiatan sudah rapi. Vendra dan Zora yang baru beberapa hari masuk TeKa, sudah memakai seragam dengan warna hijau.
"Wah Baby Zora udah sekolah ya?" ujar Nai melihat adik iparnya yang sudah rapi.
"Zudah don!" jawab Zora bangga.
Langit tengah menggendong adik laki-lakinya, Vendra. Balita itu sampai terpekik kegirangan karena Langit mengangkatnya ke udara.
"Hahahahahah!"
"Langit!" teriak Maria melotot.
Langit gegas menurunkan adiknya, Vendra tertawa kakaknya dimarahi Maria.
"Sasayin pibalahin Netnet Bayiya!"
"Baby, kamu sudah besar ... Kok masih pake bahasa bayi?" ledek Langit.
"Woh ... Atuh palu laja basut Teta. Pana pisa lansun pisala pasasa pewasa?" sahut Vendra.
'Ayo Babies!" seru Ken dan Marco.
Semua pun berangkat ke sekolah, para bayi melambaikan tangan mereka.
"Tati-tati bizalan!" seru Issa.
"Hati-hati, Baby," ralat Deno.
"Tate Pemo ...Saa pisa satun woh!" sahut Issa sok yakin.
"Apa?" Deno tak mengerti.
"Saa pisa satun!" seru Issa kesal.
"Catur?" tanya Deno menerka pertanyaan Issa.
"Wiya ... Satun!" angguk Issa merasa sudah benar mengatakannya.
"Baiklah. Tapi kalau kalah, jangan marah ya!"
"Wiya!" angguk Issa setuju.
Mereka pun berjalan ke arah teras belakang rumah. Semua mengerumuni Issa dan Deno. Issa duduk di bangku kecil, Indah ikut duduk dan menyemangati putranya.
Catur disusun, Issa memegang pion putih. Dia baru mau tiga tahun, seusia Arsyad ketika awal bermain catur di keluarga.
Issa memajukan pion kecil dua langkah ke depan. Deno mengikut tapi hanya satu langkah. Permainan berlangsung, Indah kagum dengan kesabaran putranya. Biasanya, anak seusia Issa tak betah bermain lama.
"Skak!" seru Deno dan hal itu membuat semua bayi protes.
"Tate Pemo sulan!" tuduh Jamila.
"Tate janan bayin pesliyus don!" seru Ali juga.
"Kalau bermain catur itu harus serius ...."
"Stat ... eum, imih pa'a banana Mah.?" tanyanya pada bidak ratu.
"Itu ster atau ratu Baby," jawab Indah.
"Oh .. statensten!" sahut Issa menyerang Deno.
Kuda Issa mengurung pion ratu dan raja milik Deno. Pria itu rupanya meremehkan bayi mau tiga tahun itu. Leon dan Frans penasaran. Mereka ikut menonton pertandingan.
"Wah, Den. Kamu kalah lagi sama anak belum tiga tahun?" tanya Frans meledek.
"Sepertinya begitu, Tuan!' jawab Deno mengeluh.
Deno akhirnya tumbang setelah bermain lima belas menit. Pria itu tak mau lagi melawan anak-anak, otaknya sudah tak sanggup berpikir terlalu lama.
'Nggak boleh gitu Rama. Kan bagus kalau otak dilatih!" sahut Terra lembut.
"Tapi saya kalah sama anak bayi, Non," kekeh Deno.
Terra hanya tersenyum, ia menatap semua anak-anak yang kini mengerumuni Issa.
"Baby, hebat!" puji Indah bangga.
Tak adanya Andromeda dan Sinta tak dipedulikan para bayi. Masih ada Exel, Sista, Handayani, Deri dan Armada. Virgou mengajak Haidar, Dominic dan Andoro pergi ke markas untuk merekrut sendiri pengawal.
'Apa sudah ada yang sesuai?" tanya Andoro yang duduk di bangku paling belakang bersama Haidar. Dominic ada di bangku tengah bersama Virgou. Sementara di depan Gomesh menyetir.
"Katanya sih ada beberapa, aku mau pilih beberapa pengawal perempuan, Seroja butuh pengawalan ketat setelah banyak kasus yang dimenangkannya!" ujar Virgou.
Sementara di perusahaan SaveAcounting, Dimas, Affhan, Maisya dan Rando tengah rapat bersama para staf accounting.
"Teman-teman, kita ada beberapa file perusahaan luar negeri yang masuk dan minta pertolongan kita. Sebenarnya semua data keuangan perhitungannya sama di seluruh dunia. Hanya saja, hukum di negara mereka, berbeda dengan negara kita!" ujar Rando sambil membagikan beberapa file portofolio perusahaan.
"Wah ... bayarannya satu juta dolar per chase?" seru salah satu staff terkejut.
"Benar. Tawarannya sangat menggiurkan!" sahut Dimas setuju.
"Tapi masalahnya, yang kita kerjakan adalah file paling rahasia perusahaan. Andai kita kerjakan, mungkin bisa ... Tapi, amit-amit jika ada kebocoran entah dari mana. Kita juga yang kena imbasnya!' sahut Affhan takut.
"Tapi data kita sudah terback-up dengan baik kan?" tanya salah satu staff.
"Data kita memang baik-baik saja. Tapi data mereka? Mereka tak menggunakan pengaman data standar seperti kita. Kalaupun pakai, kita tak bisa menjamin keselamatan data perusahaan itu!" jawab Rando dan diangguki Dinas setuju.
"Apa perlu kita bekerja sama dengan kedutaan besar dunia agar bisa mengerjakan ini?" tanya Mai.
"Tidak Baby, kita tidak sanggup. Selain SDM kita yang kecil, jika kita memperbesar perusahaan, kemungkinan kecil keselamatan data jauh lebih besar kebocorannya!" jawab Dimas.
'Jika kita buka cabang, takutnya justru kita terbentur dengan sistem itu sendiri!" sambungnya lagi.
'Jadi kita tolak ya?" sahut Rando dan semua mengangguk setuju.
"Pa'lek, nih misal kalau kita minta bantuan hukum sama Baby Seroja gimana?" tanya Mai.
"Mungkin bisa, tapi ke mahkamah internasional itu sangat berbeda dengan pengadilan biasa. Banyak aturan belum lagi yang kita lawan adalah negara, bukan Persero!' jawab Dimas.
"Oh ... iya ya, Mai nggak kepikiran itu!' seru Mai tercerahkan.
Rapat bubar, Dimas dan lainnya kembali ke ruangan. Ia duduk di kursinya dan menghela nafas panjang.
"Wu Mingyue," bisiknya lirih.
Di tempat lain, Seroja bersin, hidungnya terasa gatal. Di mejanya penuh dengan berkas perkara. Dari kasus kriminal ringan hingga kriminal berat.
"Mba Seroja, kasus Bapak Danar Barata Djaya sudah naik meja pengadilan. Apa kita siap untuk menjadi pembela terdakwa?":tanya asisten Seroja.
"Tentu, saya siap sekali!" jawab Seroja sangat yakin.
Untuk pertama kalinya ia membela seorang terdakwa kasus korupsi. Banyak mata menatapnya nyinyir dan berkomentar miring.
'Huh, pasti dapat bayaran lebih, sampai mau bela koruptor!"
"Heleh .. namanya juga duit miliayaran. Mau dia anak orang kaya, tetep ijo matanya liat duit!'
Begitu cuitan orang-orang di.X. Keluarga Triatmodjo dan Dougher Young jadi sorotan karena dirinya anak angkat keluarga itu. Tapi, keluarga malah mendukung keputusan Seroja membela pria berusia delapan puluh tahun itu.
"Papa yakin, kamu punya cara sendiri untuk memenangkan kasus itu!" ujar Bart memberi dukungan.
"Daddy nggak bisa bantu kamu via BraveSmart ponsel sekarang. Tapi, jika memungkinkan, Daddy bisa ambil jalur itu!" sahut Virgou memberi semangat.
Karena dukungan keluarga terlebih Virgou yang memegang BraveSmart ponsel. Seroja yakin keputusan membela Danar Barata.
Seroja memakai baju kebesaran nya, baju dengan dominan warna hitam. Dengan penuh percaya diri ia masuk ruang sidang. Di meja perkusi Danar duduk dengan tongkat. Matanya dilapisi kacamata tebal. Sebuah bukti jika dirinya bukan tertuduh, seorang sepuh berusia mau sembilan puluh tahun dituduh korupsi dengan barang bukti sebuah tanda tangan transaksi.
Yang menuntut adalah anaknya sendiri, penuntut umum menatap Seroja dengan sinis.
"Yang Mulia hakim masuk, para peserta yang hadir diharap berdiri!" seru notulen.
Semua berdiri termasuk Seroja, ketika pria bertoga hitam itu duduk. Semua duduk dengan tertib.
"Baik, sidang kasus korupsi pada Terdakwa Danar Barata dengan Perusahaan Brata Grup dimulai!' seru hakim mengetuk palu sidang.
Tok!
bersambung.
Ah ....
Next?