Menggoda Ayah Dari Wanita Yang Merebut Tunanganku

Virya semakin sibuk, dan tanpa dia ketahui Dhea dan Drake juga semakin dekat.

Virya sibuk dengan persiapan pernikahan yang hanya tinggal menghitung hari. Pun dengan Jayan, dia juga sibuk menyiapkan kepindahannya dari kost ke kediaman Adiwitama.

Sebenarnya Jayan merasa atara suka dan tidak. Dia suka karena tinggal dikediaman yang mewah, tapi dia jelas tidak suka karena otomatis segala hal yang dilakukannya akan diketahui oleh Drake.

Agaknya Jayan lupa sesuatu yang pernah Drake katakan sebelumnya, yakni apapun yang dilakukan Jayan di luar sana selau dalam pantauan mata Drake.

"Sayang, bentar lagi kita akan jadi keluarga. Aku beneran seneng banget. Dan nggak lama lagi anak kita juga akan semakin besar di perutku ini. Kamu mau anak cowok apa anak cewek?"

Saat ini Virya sedang istirahat di ruang keluarga, bersama Jayan tentunya. Dia meraih tangan Jayan untuk mengusap perutnya.

"Apa aja yang penting dia sehat,"balas Jayan sambil tersenyum. Meskipun reaksinya begitu, akan tetapi dalam hatinya saat ini terasa tidak karuan rasanya. Dia sungguh merasa belum sanggup memiliki anak.

Lucu memang laki-laki satu ini. Jika dia belum siap memiliki anak, kenapa 'bermain' sampai Virya bisa hamil. Bahkan dia dengan tega mengkhianati Dhea hanya untuk sekedar menikmati tubuh wanita yang tidak memiliki hubungan apapun sebelumnya.

"Apa semuanya sudah beres?"

Sreet

Degh!

Jayan menarik tangannya dari perut Virya, dia juga menegapkan tubuhnya.

Drake yang bertanya dengan biasa saja itu terdengar berbeda di telinga Jayan. Jayan merasa Drake saat ini sedang menginterogasinya.

"Sudah siap semua,Om. Tinggal menunggu hari H saja," jawab Jayan denga sedikit ragu.

"Bagus, jangan lupa ke dokter untuk memeriksakan kandungan Virya. Jangan sampai dia kelelahan saat hari pernikahan juga. Kamu harus menjaga calon anak mu dengan baik. Aku pergi dulu.

"Ba-baik Om."

Fyuuuh

Jayan menghela nafasnya panjang saat Drake melenggang keluar dari rumah. Setiap bicara dengan Drake, dia merasakan aura penekanan yang begitu kuat darinya. Dan hal itu cukup membuatnya tertekan.

Virya menyentuh tangan Jayan lalu menggenggamnya dengan erat. Sambil tersenyum, Virya berkata, "Nggak apa-apa Bang, Papa emang tegas orangnya. Tapi dia beneran sayang sama aku dan kamu sebagai menantunya pun akan disayang sama dia. Papa emang cuman nggak bisa mengekspresikan rasa sayangnya itu."

"Ya, aku hanya belum terbiasa aja ngadepi Om Drake,"sahut Jayan degan wajah yang murung.

"Pelan-pelan, semua kan butuh proses."

Virya tersenyum, dia sungguh merasa sangat senang. Kebahagiaan yang dia rasakan terasa begitu lengkap sekarang ini.

Virya tadi berkata bahwa Drake tidak bisa mengekspresikan rasa sayangnya, itu adalah hal yang tidak benar sama sekali. Virya tidak tahu saja bahwa sekarang Drake sekarang tengah sangat menunjukkan itu. Bukan kepada calon menantunya melainkan kepada gadis yang mungkin akan jadi calon istrinya.

Lihatlah, pria itu dengan sangat gentleman membukakan pintu mobil untuk gadis yang berhasil menyentuh hatinya, dia juga membawakan barang bawaan gadis itu sehingga si gadis merasa terharu karena diperlakukan bak ratu.

"Makasih Om."

"Bukan apa-apa ini mah. Cuma bawa ini aja kok, enteng. Belum diminta buat mindahin monas mah aman, hehehe. Udah siap, Dhe?"

Dhea menganggukkan kepala. Setelah hari itu, setiap hari tepatnya setiap pagi Drake akan menjemput Dhea untuk pergi ke kantor bersama.

Meta sebagai teman tentu tidak mempermasalahkan hal itu. Bagi Meta kebahagiaan Dhea adalah yang utama. Bahkan setelah tahu bahwa Dhea dan Drake menjalin hubungan yang sesungguhnya pun, Meta sama sekali tidak mempermasalahkannya.

"Kamu yang tau hatimu, Dhea. Kalau kamu emang ngerasa nyaman sama Om Drake, ya jalani aja. Aku bakalan dukung kamu kok. Umur Om Drake mungkin udah nggak muda, tapi dalam cinta, nggak ada yang nggak mungkin."

Seperti itulah ucapan Meta ketika Dhea berkata bahwa dia memulai menjalin hubungan dengan Drake.

Meski tidak ada kata jadian diantara mereka, namun mereka adalah orang dewasa yang sudah tahu arah hubungan ini dibawa kemana nantinya.

"Om, tinggal dua hari lagi kan Virya sama Jayan nikah?"

"Oh iya, ada apa?"

Dhea terdiam sejenak seolah tengah berpikir tentang apa yang hendak ia katakan. Terlihat ragu dalam matanya, dan Drake tahu itu.

"Katakan aja, ada apa?" ucap Drake. Saat seperti ini, Dhea tampak berbeda dari biasanya. Drake merasakan atmosfir yang tidak menyenangkan. Dhea seolah sedang menahan sesuatu dalam dirinya.

"Tapi, Om jangan marah ya dengan apa yang mau aku bilang ini," sahut Dhea. Ya saat ini Dhea merasa khawatir kalau-kalau Drake tidak suka dengan apa yang ingin dia sampaikan.

Sreet

Tangan Drake mengulur, mengusap lembut pipi Dhea. "Aku nggak akan marah, jadi katakan aja apa yang pengen kamu katakan. Aku bakalan dengerin kok."

"Om, aku ingin datang ke acara pernikahan Virya dan Jayan. Tapi bukan sebagai tamu, melainkan jadi pasangan Om."

Dhea bicara dengan sangat cepat. Meski Drake berkata bahwa dia tidak akan marah, tapi Dhea tetap merasa khawatir akan hal itu. Dia bahkan langsung memejamkan matanya setelah mengatakan sesuatu yang jadi keinginannya.

"Oh gitu, ya udah datang aja. Kamu akan berdiri di sebelahku. Kalau gitu, hari ini kita akan sibuk. Sebagai pasangan tuan rumah yang lagi mantu anak perempuan, kita harus tampil dengan baik kan. Setelah sarapan, ayo ke butik buat cari baju yang akan kamu pakai pas hari H nanti."

Eh?

Dhea terkejut ketika Drake menerimanya dengan sangat mudah. Ia tidak menyangka akan hal itu.

"Tapi Om, jagan salah sangka. Aku bukannya mau membuat acara mereka kacau dengan kehadiranku. Aku juga bukannya mau manfaatin Om.

"Nggak masalah Dhea, rasa sakit hatimu itu harus dituntaskan kan? Jadi gunakanlah aku, manfaatkan aku. Aku beneran memberi kamu izin buat itu semua.

Cup!

Dhea melabuhkan ciuman pada pipi Drake. Drake pun tersenyum dengan lembut ke arah gadis itu.

"Haaah bagaimana gadis kecil ini bisa mengobrak-abrik hati ku,"ucapnya dalam hati.

TBC