"Ini putri Bapak, bukan?"
Danuarga Saptaji menahan gusar saat melihat ponsel di tangan gadis muda di hadapannya ini.
"Saya tahu Bapak adalah anggota dewan perwakilan rakyat, nama baik Bapak mesti dijaga, tapi dengan video ini ditangan saya, saya tidak bisa menjamin Bapak bisa tidur dengan tenang!" ancam gadis muda itu lagi.
"Tapi—"
"Saya mau Bapak menikah dengan saya, menggantikan posisi pacar saya yang telah ditiduri putri Bapak!"
What? Alis Danu berjengit saking tak percaya.
"Saya tidak peduli Bapak berkeluarga atau tidak, saya hanya mau Bapak bertanggung jawab atas kelakuan putri Bapak!" sambung gadis itu lagi.
Danu terenyak menatap mata gadis muda ini.
"Jika Bapak tidak mau, maka saya akan menyebarkan video ini di media sosial!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon misshel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 21. Pinjam Sebentar Papamu
"Saya suami dari Beby yang sah!"
Itu tidak mungkin benar! Begitu simpulan yang bisa kita semua tangkap ketika melihat respon semua orang di ruangan ini. Ucapan Danu yang begitu keras dan memang selalu berhasil menarik perhatian siapapun yang mendengarnya ini, benar-benar membuat orang serangan jantung mendadak. Bahkan yang sebelumnya sehat pun rasanya tidak mungkin tidak syok—atau gegar otak ringanlah minimal.
Awalnya, tidak ada yang menarik dari obrolan Clara dan Beby. Bagi kaum mereka, sudah biasa gagal menikah karena melihat yang lain yang lebih baik. Kalangan mereka menimbang pasangan berdasarkan bebet doang. Bibit sama bobot menyesuaikan. Kejadian seperti yang Beby alami bukan sebuah fenomena luar biasa yang harus diberi perhatian lebih.
Namun ketika mendengar Galih mengakui kejahatannya, pun Danu mengaku jadi suami Beby yang sah, ruangan ini pecah dengan tatapan tak percaya.
Tidak percaya pun rasanya tidak mungkin, tidak ada untungnya bagi Danu berkata tidak jujur. Beby tidak menyebut kalau Danu suaminya, malah yang mengaku Danu sendiri, ya ampun.
Mungkin tak kurang dari semenit mereka terpaku dalam diam. Hingga akhirnya Danu melangkah ke sisi Beby.
"Dia mami tiri kamu mulai sekarang, Clara ... tolong hormati dia, seperti saya menghargai keberanian dia menerima saya!"
Apa-apaan itu? Mami tiri?
"Papi kalau bercanda jangan kelewatan!" bentak Clara tak terima. "Gimana bisa Papi nikah sah, tapi Papi masih punya Mami?"
Clara mencari-cari Maminya yang saat ini seperti tenggelam di lautan manusia yang jumlahnya tidak sampai 50 orang ini. Yang sialnya, mereka semua terpaku kaku, sehingga mencari Mami sesulit mencari jarum di tumpukan jerami. Pun Clara, bergerak rasanya sangat susah sekarang.
"Mi—Mami ...!"
Yang dipanggil masih cengo ditempat. Rasanya Mila bingung pada apa yang terjadi sekarang. Sebelah hatinya masih mengatakan tidak mungkin Beby yang dinikahi Danu, tapi sebelah hatinya berkata; rasain kamu, kualat karena kata-kata kamu sendiri!
Benar, ini sebuah ironi, plot twist yang beneran ngetwist pikiran Mila.
"Mami, Papi ini bicara apa coba?" Muka ingin menangis seketika muncul di wajah Clara. Ia masih memanggil maminya seperti anak kecil hingga Mila muncul perlahan dari kerumunan yang belum sepenuhnya mempercayai pendengaran mereka.
"Mi, Papi ngeprank, kan? Kak Candra? Cakra, Papi kenapa sih?" ujarnya ketika berhasil menemukan wajah pucat sang Mami.
Beby tersenyum miring melihat respon Clara maupun Mila. "Lah, kan ini yang kalian mau! Katanya suruh nikah sama pria kaya, nah, ini sudah saya lakukan!"
"Tapi bukan sama suami saya juga, Beby!" Mila memilih percaya. Danu tidak pernah sekalipun berkata bohong. Hidupnya adalah keseriusan dan kerja keras, bohong hanyalah jalan menuju kehancuran. Mila tau betul akan hal itu, itu sebabnya Danu kini berada di titik tertinggi karir yang mampu diraih orang biasa.
"Nemunya cuma Pak Danu saja, Mbak Mila, maaf! Waktu juga mepet, saya butuh seseorang yang mau dan bersedia menggantikan pacar saya yang diambil alih oleh putri Mbak Mila tanpa banyak mikir lama."
Ketika Beby mengatakan itu, Zizah, Moa, Anggun, bahkan Dewi dari tim akuntan dibuat menganga. Beby akalnya benar-benar konslet. Bagus Beby marah dan nangis aja kemarin sewaktu ditinggalin pacarnya, depresi, frustrasi, bahkan bertingkah gila juga tidak masalah asal tidak gila beneran kaya sekarang. Beby tau apa tidak kalau yang dia lakukan sekarang benar-benar definisi mengusik orang yang mengusiknya. Definisi secara harfiah.
Jujur mereka kalang kabut sekarang. Beby susah diselamatkan apalagi buaya betina kandang ini ganas-ganas semua.
Beby otaknya benar-benar geser. Definisi patah hati yang sudah tidak bisa diselamatkan dengan transplantasi sekalipun. Ya ampun!
Mila dan Clara benar-benar dibuat bungkam oleh kata-kata Beby yang begitu jelas diadopsi dari kalimat yang mereka berdua ucapkan kala itu.
"Izin make Pak Danu, ya, Mbak Mila." Beby menggaet tangan kokoh Danu. Kepalanya ditempelkan sedikit di lengan Danu. "Saya minjem bentar doang, nanti saya kuasai sendiri jika saatnya tiba."
Semua orang melotot. Maksudnya anak ini, dia tidak akan berhenti main-main dengan Danu sampai Mila meninggal, begitu? Anak ini nyumpahin Mila cepat-cepat mati?
Jika saatnya tiba itu artinya sama dengan umur Mila sudah finish, begitu? Hah?
Plis, siapapun jelaskan!
Zizah ambruk saking syoknya. "Tolong selamatkan Beby dari kegilaan ini, Tuhan!"
Beruntung ada Moa yang dengan sigap menahan tubuh Zizah. "Zah, gue langsung kena anemia! Lemes kaki gue! Beby berani banget, dah!"
Mila ambruk. Kakinya lemas. Beruntung ditopang dengan baik oleh Muliawan sang keponakan.
"Beby, kamu keterlaluan!" Clara menoleh sejenak pada mamanya sebelum mendekat pada Beby. "Kamu tega mengacaukan hari bahagia orang kejam begini, Beby!"
Tangan Clara melayang begitu saja ke muka Beby, tapi langsung ditepis oleh Beby dengan mudah. Pandangan mereka bertemu, saling mengeluarkan aura kebencian yang kuat.
"Masih mending kamu jadi nikah, Ra ... sementara aku, sudah gagal nikah, dilecehkan bekas calon mertua, disuruh bayar venue, beruntung sekali donatur datang secara tiba-tiba, kayaknya Papi kamu emang suka sama aku dari dulu! Makanya mau-mau aja diajak nikah!"
Diucapkan didepan muka orang yang dibahas secara langsung, sungguh keberanian Beby diatas rata-rata orang kebanyakan.
Clara benar-benar dibuat menangis hingga hanya mampu menghentakkan kaki karena papinya juga tidak keberatan sama sekali akan semua itu.
"Van ...," rengeknya memelas. "Kamu diem aja aku diginiin?"
Revan meringis. Tidak tahu harus bagaimana. Dia patah hati sekarang, kakinya lumpuh, dan otaknya tumpul. Entahlah, dia bingung. Beby semakin jauh saja jangkauannya.
"Danu," tegur Hasan adem. Tak tampak kemarahan diwajah pria itu. "Kami hanya kecewa kamu tidak mengatakan baik-baik rencana kamu yang ini. Kalau kamu bilang, kami bisa mencarikan wanita yang tepat buat kamu."
Danu beralih menggenggam tangan Beby. Erat dan mantap. Pandangannya lurus menghadap Hasan. "Dialah wanita yang tepat buat saya, Mas ...."
"Tidak usah repot-repot, Pakde." Beby menimpali dengan sebuah senyum singkat yang langsung ia tarik lagi.
Danu menoleh pada Beby. "Urusan kamu sudah selesai, kan? Bagaimana kalau kita pulang?"
Diucapkan dengan nada paling lembut dan paling perhatian, dijawab dengan ekspresi paling bahagia didunia, paling diharapkan dari seorang wanita yang hidupnya di penuhi cinta, membuat Mila mengerang diantara kesadarannya yang kian menipis.
"Danu ...." Mila sungguh kesal karena itu, tapi dia hanya bisa meratap dari posisinya yang kian jauh terjatuh. Muliawan tidak sanggup menahan beban tubuh Mila lagi sehingga kini Mila merebah di lantai.
Hanya bayangan Danu dan Beby yang mampu ia lihat. Kian buram dan semakin lama semakin hilang.
"Danu, jangan tinggalkan aku!"
sampai Danu mencerailan mila dan clara sadar diri bahwa dia hanya anak sambung yg menyianyikan kasih sayang ayah sambungnya 💪
mila mila sombongnya tdk ketulungan sm Danu
merasa dulu cantik anak pejabat