NovelToon NovelToon
Transmigrasi ABCDE

Transmigrasi ABCDE

Status: sedang berlangsung
Genre:Idola sekolah / Angst / Transmigrasi / Misteri / Balas Dendam
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: kurukaraita45

5 jiwa yang tertransmigrasi untuk meneruskan misi dan mengungkap kebenaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kurukaraita45, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15. Diri Masing-Masing

Petunjuk :

"Semua yang terjadi bukanlah kebetulan. Pasti ada sebab tertentu bagi hidupmu."

...ΩΩΩ...

Setiap orang memiliki masalah tertentu yang ia hadapi. Sebaik-baiknya orang yang sedang dalam masalah, adalah orang yang bisa menyembunyikannya sehingga tak ada seorang pun yang tau jika dia sedang bermasalah.

"Celly! Hari ini Mamah dan Papah akan pergi ke luar kota, kemungkinan balik 1 Minggu ke depan. Kamu jaga rumah ya!" Ujar Ibunya Celly berpamitan, saat hendak masuk ke dalam mobil.

"Kapan kalian ada waktu buat Celly? Celly mau quality time bareng kalian." Bercelly memonyongkan bibirnya.

Ayah Celly memegang pundaknya. "Nanti kita akan usahakan luangkan waktu ya! Kita juga kerja buat kamu Cell, buat anak kita satu-satunya."

"Mamah dan Papah pamit dulu ya!"

Mereka berdua masuk ke dalam mobil, tanpa persetujuan Celly sama sekali. Hingga bibi mengajak Celly untuk masuk ke dalam rumah. "Ayok nonton masuk! Jangan sedih 'kan ada bibi di rumah!" Celly pun mengikuti ajakan bibi.

Saat ini Celly sudah berada di kamarnya. Duduk di meja belajar miliknya. Disampingnya sudah terdapat ponsel yang menyala dengan tampilan di aplikasi hijau berlogo telepon. Lobi chat di dalamnya tidak banyak, hanya grup yang ia buat dengan kelima temannya dan chat dengan Ghea.

Ia mengingat bagaimana perlakuan orang tuanya, yang berbeda jauh dengan orang tua Bercelly.

"Ayah dan Ibu gak suka ya kamu keluyuran terus! Kalo udah kerja tuh pulang. Kamu tau 'kan kalo kamu keluyuran itu berpengaruh buat jam tidur kamu. Kalo kamu besok telat kerja gimana? Darimana kita makan? Kamu tau sendiri jika Ayahmu cuman kuli bangunan dan Ibu pekerja serabutan."

Dari awal, ia merasa tak pernah disayangi layaknya seorang anak oleh kedua orang tuanya. Dia selalu menjadi tulang punggung keluarga, agar memenuhi kebutuhan keluarganya.

Berbanding sangat jauh dengan keluarganya yang sekarang, ia benar merasa disayangi layaknya seorang anak, dia pun tak menjadi tulang punggung keluarga. Namun, waktu bersama kedua orang tua jarang ia dapatkan, bahkan untuk sekedar makan bersama setiap haripun sulit.

"Aku gak tau harus bersyukur atau enggak, karena keluarga yang dulu dengan yang sekarang pun belum cukup untukku. Aku hanya ingin menjadi seorang anak pada umumnya, diberi kasih sayang oleh kedua orang tua, tidak menjadi tulang punggung, dan dekat dengan orang tua."

Kring...

Ponselnya berdering. Ia segera menoleh, dan mendapati siapa pemanggil tersebut. "Ghea?"

"Ada apa?"

"Hari ini gue ke rumah lo boleh gak? Mumpung lagi libur, gue takut lo kenapa-napa gara-gara kemarin."

"Gue gak terlalu mikirin masalah kemarin, karena gak ada bukti yang kuat juga soal itu. Dan juga dia gak Tah gue sebenarnya. Kalo lo mau ke sini ayok, gue tunggu ya! Gue di rumah lagi sendirian, barusan Mamih dan Papih berangkat ke luar kota."

Ghea berteriak dengan kencang. "Yes! Gue bisa main sepuasnya dong. Okei gue OTW ya!"

"Gue tunggu!"

Tut...

Panggilan telpon ditutup oleh Ghea. "Seenggaknya gue bisa hilangin stres dikit." Celly tersenyum dan menaruh kembali ponselnya.

...ΩΩΩ...

Beberapa menit menanti, batang hidung Ghea akhirnya muncul juga. Dia berteriak kegirangan, berjalan dari ruang tamu menuju kamar Celly.

"Celly! I'm coming you!" Bercelly keluar dari kamarnya, memandangi Ghea yang menaiki anak tangga.

Setelah tiba di depan Celly, Ghea segera memeluknya dengan kasar. "Cell gue turut perihatin ya sama berita kemarin!" Celly segera melepaskan pelukan Ghea yang merasa geli.

"Dah lah gak usah lebay, berita gak jelas doang. Lagian gue gak kelihatan aneh juga, mereka gak ada yang curiga sama gue. Karena sikap kita hampir sama," papar Celly.

"Tapi, jujur pertama kali gue tau itu kaget banget. Ya 'kan emang dia sahabat gue juga, cuman anehnya dia tuh terlalu tertutup. Beda kayak lo, yang terbuka cuman sama gue doang. Gue bersyukur Lo bisa anggap gue sahabat," ungkap Ghea.

"Udah yuk akh! Kita masuk!"

Mereka memasuki ruang kamar Celly. Seperti biasanya, Ghea selalu duduk di kursi dekat meja belajar Celly dan memandangi pemandangan di luar.

"Kebiasaan ya lo!"

"Lo belum cerita sama gue penyebab kecelakaan lift waktu itu, dan kenapa lo bisa tertransmigrasi."

Bercelly tampak bergumam, diam dan berfikir. 'Apa gue kasih tau aja ya Ghea? Dia juga bagian dari misi,' batin Celly.

"Woy! Kok malah bengong!" Ghea menepuk pundak Celly, lalu kembali duduk. Sedangkan Celly, dia duduk di atas kasur dan menghadap ke Ghea.

"Awalnya, gue sama keempat teman gue yang lain tuh punya misi yang sama, ya lo tau sendiri lah misinya apa. Kita nugasin kelima adik kelas buat cari tau, tapi sialnya kita dan juga mereka dalam bahaya. Kita berlima ketauan, dikejar oleh seseorang dan tiba di rumah tua di sebuah hutan. Di sana terjadi penembakan yang hampir menewaskan semuanya. Di sisi lain pula, mereka berlima lari ke lift dan ternyata liftnya udah di sabotase, mereka kecelakaan sekaligus tewas di sana. Ada beruntungnya, kelima jiwa kita malah masuk dalam tubuh mereka. Dan, ya gitu lah."

Ghea mengangguk-anggukan kepalanya, dia sangat memahami apa yang baru saja Celly jelaskan. "Gitu ya! Gue mau ikut misi kalian dong, gue juga udah segeram itu sama sistem sekolah."

"Lo yakin? Nanti ada kerja samanya kok. Lo juga masuk misi kita," tutur Celly.

"Serius?"

Celly mengangguk. "Iya, o tinggal tunggu aja perintah."

"Siap! Gue tunggu perintah nanti."

...ΩΩΩ...

"Daisen! Harus berapa kali Mama bilang sama kamu kalo harus berhenti main komputer! Mama Sita semua komputer kamu!"

Daisen sudah muak dengan perlakuan Ibunya tersebut, ditambah yang selalu di dukung oleh Ayahnya untuk menjauhkan Daisen dari komputer.

"Daisen! Kalo orang tua ngomong itu hargai! Dasar anak gak guna! Dilarang sesuatu malah selalu ngelanggar, kamu itu jadi selalu peringkat ke 3 karena komputermu. Lihat nilai kamu sewaktu SMP lebih bagus dan juga rangkingmu selalu 1. Kita kecewa sama kamu Sen!"

Daisen berlalu tak pernah mempedulikan lagi apa kata-kata yang keluar dari mulut mereka. Pun dengan kedua orang tua Daisen yang semakin geram dengan anaknya.

"Tuh anak kamu!" Ibu Daisen pergi dari depan suaminya.

"Anak kamu! Aku gak pernah punya anak kayak gitu!"

Kali ini. Adalah kali yang paling menyakitkan bagi Daisen, sepanjang perdebatan Ayah dan Ibunya, semenjak ia berusaha menjadi orang lain. Daisen memang bersyukur memiliki keluarga dibanding dengan kehidupan sebelumnya, tapi ia tak pernah bersyukur dengan keluarga yang menurutnya toxic.

...-ToBeContinued-...

1
kurukaraita45
Sangat bagus!
Bowo
seruh baget cerita nya ayo semangat Buat lag
kurukaraita45: ayok mampir lagi, tiap hari upnya dan kalo hari Minggu 2 kali lho. ketinggalan banyak gak nih kakaknya?
total 2 replies
khun :3
Buatku terbawa suasana banget. Gimana thor bisa bikin ceritanya seperti itu?
kurukaraita45: ayok kak boleh mampir lagi, aku up tiap hari lho dan kalo hari Minggu spesial 2 kali up.
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!