Carmen melakukan hal paling nekat dalam hidupnya, yakni melamar Zaky. Tak disangka Zaky menerima lamarannya. Selain karena tak tega membuat Carmen malu, Zaky juga punya tujuan lain yakni mendekati Dewi kakak ipar Carmen.
Pernikahan terpaksa pun dijalankan oleh Zaky namun Carmen merubah sikap manjanya dan membuktikan kalau ia layak dicintai. Bagaimana Carmen berjuang mempertahankan cintanya sementara ada lelaki baik yang menunggu jandanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali Ke Rumah Abi
Carmen
Pada akhirnya Abi dan Abang menginginkan aku untuk mengakhiri rumah tanggaku dan Mas Zaky. Tak ada lagi negosiasi karena Abi meminta Mommy Tari membawaku pulang ke rumah.
Di dalam kamarku, Mommy dengan setia menemani. Aku dibuatkan susu cokelat hangat. "Minum dulu susu cokelat kamu. Agar kamu rilex dan bisa tertidur pulas. Mata kamu bengkak. Pasti kamu tak bisa tidur ya? Kasihan anak Mommy!"
Aku menuruti apa yang Mommy perintahkan. Kuminum susu cokelat buatannya yang selalu terasa lebih enak daripada buatan siapapun karena dibuat dengan penuh cinta.
Mommy mengatur bantal dan menepuk-nepuknya. "Kalau sudah, sini tidur sama Mommy. Malam ini Mommy sudah minta ijin sama Abi untuk menemani kamu tidur," ujar Mommy dengan lembut dan penuh kasih.
Aku mengangguk dan merebahkan tubuhku seraya memeluk tubuh Mommy yang hangat dan begitu aman. "Dulu aku selalu heran kenapa Abi tak mau aku lama-lama memeluk Mommy. Sekarang aku tahu alasannya," kataku.
"Oh, ya? Apa alasannya?" tanya Mommy.
"Karena pelukan Mommy adalah pelukan ternyaman, terhangat, teraman dan paling menenangkan yang ada di dunia ini," jawabku.
Mommy tersenyum mendengarnya. "Mommy juga suka memeluk kalian, keluarga yang sangat Mommy sayangi. Memeluk kalian itu seperti memberi Mommy semangat untuk menjadi seoran ibu yang harus lebih kuat lagi, harus lebih semangat lagi dan harus lebih hebat lagi," ujar Mommy.
"Ah ... Mommy! Aku jadi ingin menangis lagi nih," ujarku seraya menghapus air mata yang kembali menetes di pelupuk mataku.
"Menangislah. Menangis sampai puas. Meski air mata tidak bisa menyelesaikan masalah, namun kita seorang wanita yang terkadang harus berpura-pura kuat juga perlu menangis. Kamu punya Mommy, tempat kamu menangis dan mengadu semuanya. Tidak seperti Mommy yang tak pernah merasakan kasih sayang dari Mama kandung Mommy dulu. Untunglah ada Ibu angkat Mommy yang begitu menyayangi dan mengajarkan Mommy tentang hidup yang keras ini. Menangislah!" Mommy memelukku makin erat seraya mengusap punggungku yang terus bergerak bersama air mata yang menetes deras.
Aku menangis sampai puas. Sampai kedua mataku bahkan sulit dibuka. Sampai suaraku hilang karena serak.
"Udah lega sekarang?" tanya Mommy.
Aku mengangguk. "Udah, My."
"Sekarang sudah tau dong mau berbuat apa? Apa masih mau bercerai atau memperbaiki rumah tangga kamu?" tanya Mommy.
"Aku ... masih ingin bercerai, My. Tak apa 'kan?" tanyaku.
"Tentu saja tak apa. Perceraian dalam agama kita diperbolehkan, meski perbuatan tersebut dibenci sama Allah. Lakukan yang membuat kamu bahagia. Mommy akan mendukung apapun keputusan kamu," ujar Mommy.
"Mommy tidak marah? Mommy tidak kecewa sama aku?" tanyaku lagi.
"Tidak, Sayang. Mommy tahu betapa kamu sangat mencintai Zaky. Kamu rela melamar Zaky di keramaian. Itu membutuhkan keberanian yang besar loh, dan tak semua orang bisa melakukannya. Kamu pemberani dan hebat, mirip Mommy dulu," ujar Mommy sambil tersenyum membayangkan masa lalunya bersama Abi.
"Cinta tuh memang perlu pengorbanan. Cinta perlu diperjuangkan. Perjuangan kamu selama setahun ini juga Mommy acungi jempol. Hebat. Kesabaran di atas segalanya. Mommy juga kalau ada di posisi kamu tak akan tahan. Dulu saja hati Mommy hancur saat Abi masih saja teringat dengan Tara. Lama kelamaan Abi berubah dan mencintai Mommy dengan tulus,"
"Abi emosi bukan karena Zaky mengingatkannya pada masa lalunya. Mommy tau itu. Abi sudah melupakan perasaannya pada Tara. Ia hanya masih teringat betapa menyakitkannya dikhianati sahabat sendiri dan tak mau kamu merasakan rasa sakit itu seperti dirinya. Kemarahan Abi karena sayang dan lebih seperti menyalahkan dirinya sendiri saja," ujar Mommy.
"Aku yang sudah membuat Abi jadi teringat masa lalunya ya, My?" tanyaku.
Mommy menghela nafas berat. "Bisa dibilang begitu, karena Zaky adalah putra Damar. Sudah lupakan saja! Kamu siap dengan status baru?"
"In sha Allah siap, My," jawabku mantap.
Mommy tersenyum dan kembali memelukku erat. "Yakin? Enggak nangis lagi minta balikan sama ... Mas Zaky tersayang?" goda Mommy.
"Ih ... Mommy malah godain aku, gimana aku bisa move on, coba?" kataku sambil memanyunkan bibir.
"Bukan godain kamu. Perasaan kamu sama Zaky tuh udah mendalam loh. Setahun sabar menunggu Zaky berubah. Apa enggak sayang pengorbanan kamu selama ini?" tanya Mommy lagi.
"Enggak, My. Aku yakin!" jawabku.
"Ya sudah kalau kamu mau seperti itu. Jalani apa yang menurut kamu baik. Abi, Mommy, Abang kamu dan keluarga Damar tak ada yang tahu mana yang terbaik buat kamu selain diri kamu sendiri. Jadi, pilih yang terbaik untuk kamu dan jangan menyesali apa yang sudah kamu putuskan. Bisa bukan?!"
Aku mengangguk, "Bisa."
"Oke. Ayo kita tidur. Besok Mommy harus buat banyak stok makanan buat cafe, hoam ...." Mommy menguap dan tak lama tertidur lelap, masih memelukku dengan penuh kasih sayang.
Aku tak bisa tidur. Aku mengingat apa yang terjadi tadi. Bagaimana wajah Mas Zaky terluka parah karena terkena bogem mentah dari Abang. Mas Zaky tak sekalipun membalasnya. Sadar diri kalau dirinya memang punya banyak dosa.
Tapi bagaimana keadaannya ya? Kenapa aku masih mengkhawatirkannya? Pasti karena kami masih terikat hubungan pernikahan. Saat aku sudah mendapat talak nanti, pasti aku akan melupakannya. Pasti.
Aku bangun keesokan pagi dan disambut dengan harum roti baru matang buatan Mommy. Abi menyambutku dengan tatapan sedih, masih bisa aku lihat meski wajahnya agak bengkak bekas tonjokkan Papa Damar kemarin.
Abang sudah pulang ke rumahnya. Hanya kami bertiga sarapan bersama. Abi menepuk kursi kosong di sampingnya dan meminta aku duduk.
"Mulai sekarang, kamu akan menjadi putri Abi lagi. Kita akan makan bersama sambil mengobrol. Kita akan jalan bertiga dan menghabiskan banyak waktu untuk berbelanja di Mall. Kamu suka bukan?" bujuk Abi.
Aku tersenyum mendengarnya. Sejak dulu Abi selalu membujukku seperti itu. Mengajak aku belanja di Mall, meski aku sudah punya penghasilan sendiri.
"Nah gitu dong! Apa perlu Abi panggil tukang jajanan agar mangkal di depan rumah kita?" bujuk Abi lagi.
Aku tersenyum sedih. Rumah kita. Kenapa aku tak lagi merasa ini rumahku? Kenapa aku merasa aku memiliki rumah sendiri meski tanpa ada cinta yang mendasari?
"Tuh 'kan sedih lagi? Kamu jangan sedih ya, Baby. Masalah perceraian kamu sudah Abi suruh pengacara mengurusnya. Kamu terima beres. Enggak perlu kamu bertemu si gagal move on itu lagi! Tunjukkan kalau kamu bahagia, biar dia menyesal!"
"Iya, Bi. Maaf aku kembali menyusahkan Abi. Seharusnya aku hanya tinggal membahagiakan Abi saja, namun aku malah membuat Abi mengingat luka masa lalu. Maaf, Bi. Maafin aku ...." ujarku. Aku kembali meneteskan air mata dan menangis tersedu.
"Enggak kok, Baby. Jangan bilang kayak gitu ya. Abi sayang kamu. Titik. Abi mau kamu bahagia, jadi kamu duduk manis dan biarkan Abi yang menjadi pelindungmu!"
*****
duda kesepian gagal move on smoga bisa rujuk yaa😃😃
terima kasih ya kak, Saya suka ❤️❤️❤️❤️
udah duluan baca kisahnya Djiwa 😍😍😍😍
50 ribuan satu orang 😂🤣