Dipisahkan dengan saudara kembar' selama 8 tahun begitu berat untukku, biasanya kami bersama tapi harus berpisah karena Ibu selingkuh, dia pergi dengan laki-laki kaya dan membawa Nadira saja, sedangkan aku ditinggalkan dengan Ayah begitu saja.
Namun saat kami akan bertemu aku malah mendapatkan sesuatu yang menyakitkan Nadira mati, dia sudah tak bernyawa, aku dituntun oleh sosok yang begitu menyerupai Nadira, awalnya aku kira dia adalah Nadira yang menemuiku tapi ternyata itu hanya arwah yang menunjukan dimana keberadaan Nadira.
Keadaannya begitu mengenaskan darah dimana-mana, aku hancur sangat hancur sekali, akan aku balas orang yang telah melakukan ini pada saudaraku, akan aku habisi orang itu, lihat saja aku tak akan main-main untuk menghabisi siapa saja yang telah melakukan ini pada saudaraku. Belahan jiwaku telah hilang untuk selamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta yang menyakitkan
"Non sudah Non" bibi mencoba untuk melerai, namun tenaga Nadia begitu besar sampai tak memperdulikan teriakan bibi.
"Emmm, emmm" tangan Siska terus menggapai ingin menjambak Nadia namun semua itu tak mudah Nadia terus menepis dengan tangan yang satunya.
"Ada apa ini" teriak Wulan yang mendengar keributan ini "Dasar anak sialan, lepaskan Siska, kenapa sih kamu buat ulah terus baru saja pulang sudah bikin rumah ga tenang"
Dengar tanpa rasa kasihan Wulan mendorong Putrinya dan membiarkan dia terjatuh. Wulan menolong anak tirinya dengan sangat khawatir bahkan membantunya membersihkan nasi yang belepotan di wajah Siska.
"Kamu ga apa-apa kan sayang, apa yang sakit sayang apa, ayo katakan pada Ibu agar Ibu kasih hukuman anak sialan ini" tatapan Wulan langsung terarah pada Nadia dan begitu tajam.
"Sakit banget Bu mulut aku sepertinya ada pecahan piring itu deh, padahal aku tadi mau kasih makan untuk Nadira tapi dia malah menepisnya dan tiba-tiba mengambil nasi itu dan memasukkannya ke dalam mulutku ini, sakit sekali Bu pasti mulutku terluka" aduk Siska memutar balikan fakta.
Nadia membelalakkan matanya mendengar semua itu "Fitnah, dasar perempuan munafik aku tidak melakukan itu "bela Nadia tidak terima.
"Diam anak sialan sudah jangan cari masalah lagi kamu ini menumpang di rumah ini, dasar anak bodoh di sekolah bodoh di rumah bodoh kamu itu tidak ada gunanya hidup, lebih baik mati saja"
Ibunya Wulan langsung pergi bersama Siska yang terus mengkhawatirkan keadaan anak tirinya, sedangkan anaknya sendiri dibayarkan begitu saja.
"Non tangannya berdarah Bibi obati ya"
Nadia menatap tangannya yang terkena pecahan piring tadi, Nadia menggelengkan kepalanya "Nadira bisa obati sendiri makasih Bi, bisa tinggalin Nadira sendirian bi"
"Tapi_"
"Nadira lagi pengen sendiri Bi, tolong ya Nadira bisa obati luka ini, ini hanya luka kecil bukan apa-apa"
"Baik Nona"
Nadia memejamkan kedua bola matanya, mengatur nafasnya agar menjadi lebih tenang. Nadia tidak boleh gegabah, sepertinya rumah ini adalah yang pertama harus Nadia selidiki.
Ternyata bukan hanya tidak adil Ibunya juga memperlakukan Nadira dengan kasar selama ini. Hidup Nadira tidak bahagia tapi saat ditelepon dia selalu memperlihatkan senyumnya dan kalau Nadia suruh untuk bercerita Nadira hanya diam bungkam dan tersenyum, dia begitu menahan segalanya dan Nadia kira semuanya baik-baik saja ternyata tidak.
Nadia mengobati nya sendiri, angin tiba-tiba seperti lewat dibelakangnya padahal jendela tertutup dengan rapat.
"Sakit, sakit sekali"
Nadia yang mendengar ada suara Nadira segera bangkit dan disudut lemari ada Nadira yang sedang jongkok dan memeluk lututnya masih dengan gaun merahnya.
"Nadira" panggil Nadia dengan lirih, air matanya tak bisa ditahan lagi, luka nya kembali terbuka, Nadia terus mendekat tanpa takut sedikitpun.
"Nadira, kenapa kamu menyimpan segalanya sendiri kenapa, kenapa tak bicara padaku kita saudara" saat Nadia akan memegang pundak saudara kembar itu ada yang jatuh di belangnya, saat pandangan Nadia kembali pada sosok Nadira sudah hilang.
"Nadira, Nadira kemana kamu kenapa menghilang lagi, aku kangen pengen peluk kamu" tak ada jawaban, hening Nadia sama sekali tak takut dengan kehadiran Nadira, Nadia begitu rindu pada saudaranya itu.
Nadia mengambil buku yang terjatuh dan saat dibuka ternyata sebuah buku diary. Saat Nadia buka banyak sekali curhatan yang Nadira curahkan disana.
Hari Selasa disekolah
Hari ini Siska membuat aku malu lagi, dia mempermalukan aku dihadapan pacarku, dia benar- benar membuat aku seperti orang yang jahat dihadapan semua orang, semua nya tak mau mendekati aku, teman-teman membully aku, tak ada yang ingin berteman dengan aku sama sekali, kenapa?
Apakah aku tak pantas mempunyai teman.
Berikutnya, Nadia terus membacanya semuanya Nadia juga akhirnya mengetahui segalanya kalau Nadira dibully di sekolah, tidak ada teman tapi mempunyai pacar aneh bukan. Kenapa pacarnya tidak membela Nadira seharusnya dia yang paling melindungi Nadira tapi dari curahan hati Nadira yang ditulis di buku ini pacarnya itu selalu bersama Siska maksudnya seperti apa.
Saat Nadia membuka halaman berikutnya baru Nadia tahu siapa nama pacar Nadira namanya Aldi dan bahkan ada fotonya.
Aldi kita sudah menjalin hubungan selama 3 tahun tapi kenapa kamu tidak pernah berubah selalu kasar padaku di hadapan teman-temanmu juga kamu tak segan memukul aku. Kamu itu laki-laki yang paling aku cintai, kamu adalah rumah bagiku aku tidak punya siapa-siapa selain kamu Aldi tapi kenapa kamu selalu mempermalukan aku di hadapan teman-temanmu dan juga teman-teman Siska. Apa aku ada salah sama kamu tapi kurasa tidak, aku selalu membuatkan kamu bekal selalu memasak di apartemen kamu untukmu juga dan selalu melayani teman-temanmu juga, tapi semua itu ternyata tidak cukup untuk membuatmu bahagia, memang hubungan kita didasari dengan kamu yang ditantang oleh teman-temanmu untuk pacaran denganku awal yang buruk memang, tapi aku bahagia saat kamu menyatakan perasaanmu padaku meski semua itu hanyalah sandiwara yang kalian buat untuk mempermalukan aku, tapi aku bahagia Aldi bisa ada disamping kamu, tolong cintai aku untuk sementara karena aku tidak tahu sampai kapan aku hidup. Aku terlalu sakit untuk hidup lama aku terlalu menderita selalu dibenci orang-orang, tidak ada yang menyukaiku tolong cintai aku. Aku hanya ingin dicintai dan disayangi tidak lebih dari itu saja.
Nadia menutup buku itu dengan keras mengepalkan tangannya dengan kuat, marah tentu saja sangat marah yang Nadia rasakan sekarang. Selama ini saudara kembarnya sangat menderita tidak di rumah tidak di sekolah dan saat punya rumah yang menurut Nadira rumah ternyaman dia malah menjadi yang paling menyakiti.
Nadia tidak habis pikir kenapa sampai mau diperlakukan seperti itu ya maksudnya kenapa tidak menolak cintanya bohongan laki-laki itu, cinta pun tidak harus memiliki bukan, daripada hidup dipermainkan seperti itu.
Kalau Nadia ada di samping Nadira mungkin Nadia sudah memutus segalanya. Dia datang terlambat semuanya sudah tidak bisa dipertahankan, tapi rasa dendam itu akan terus ada dan dia akan membalasnya termasuk Aldi juga akan kebagian, dia orang yang paling menyakiti Nadira, ada ya di dunia ini laki-laki seperti Aldi, awas saja Aldi tak akan pernah lepas dari pantauannya.
Nadia mencoba merebahkan tubuhnya ditempat tidur Nadira begitu tak nyaman, Nadia akan sakit badan setiap harinya, sepertinya Nadia harus membeli kasur untuk membuat dirinya sedikit nyaman untuk tinggal disini, bukan sebentar Nadia akan tinggal disini mungkin akan beberapa bulan atau beberapa tahun tak ada yang tahu.
