NovelToon NovelToon
Jiwa Maling Anak Haram

Jiwa Maling Anak Haram

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Reinkarnasi / Balas Dendam
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Reza Sulistiyo, penipu ulung Mati karena di racun,
Jiwanya tidak diterima langit dan bumi
Jiwanya masuk ke Reza Baskara
Anak keluarga baskara dari hasil perselingkuhan
Reza Baskara mati dengan putus asa
Reza Sulistiyo masuk ke tubuh Reza Baskara
Bagaimana si Raja maling ini membalas dendam terhadap orang-orang yang menyakiti Reza Baskara

ini murni hanya fanatasi, jika tidak masuk akal mohon dimaklum

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 3 LEON, LUKAS MORETI

Suasana mendadak berubah mencekam. Keluarga Baskara memang pernah punya pengaruh besar, namun jika dibandingkan dengan Bruno, jelas mereka tak sebanding—terlebih sejak kepemimpinan beralih ke tangan Galih.

Dulu, di bawah kendali Darman, keluarga Baskara adalah salah satu kekuatan yang diperhitungkan. Empat mafia besar bahkan menaruh respek pada mereka. Meskipun beberapa kali diguncang masalah, Darman selalu mampu keluar dari tekanan dengan kecerdikan dan strategi liciknya.

Namun kini, segalanya berbeda. Galih bukanlah Darman. Dia tak punya wibawa, tak punya nyali. Hanya dengan melihat deretan mobil hitam berjejer rapi di halaman rumah, tubuhnya sudah bergetar ketakutan.

"Inilah bencana yang sesungguhnya," ucap Galih pelan, sorot matanya tajam menusuk ke arah Larasati yang berdiri membeku.

Laras hanya terdiam, wajahnya tegang tanpa kata. Galih menoleh tajam ke arah Riko, Dimas, dan Vanaya.

"Kalau bertindak itu pakai otak! Sekarang lihat akibatnya—mereka datang, dan sebentar lagi akan mengambil semua harta kita!" serunya dengan nada marah dan kecewa.

"Tuan, mereka bersikeras ingin segera bertemu," lapor Kismin, petugas keamanan rumah Baskara, dengan wajah tegang dan suara bergetar penuh kecemasan

"Baiklah, aku akan menemui mereka. Suruh pemimpin mereka menunggu di ruang tamu," ucap Galih dengan nada tegas. "Layani mereka dengan baik, jaga sikap. Jangan lakukan apa pun yang bisa membuat mereka tersinggung. Satu kesalahan kecil bisa jadi bencana besar."

“Baik, Bos. Akan saya laksanakan sebaik mungkin,” ucap Kismin dengan cepat sebelum bergegas pergi.

Galih mondar-mandir di ruang tamu, napasnya memburu, matanya merah penuh amarah.

“Anak sialan… anak durhaka!” gerutunya sambil terus berjalan.

Kepalanya dipenuhi kemarahan dan kecemasan. Ia tengah menyusun kata-kata yang tepat untuk menghadapi perwakilan Bruno.

“Kenapa aku harus meniduri kamu, Diah… dan kenapa kamu melahirkan? Anakmu itu menghancurkan hidupku. Aku sangat terhina!” desisnya geram.

Akhirnya Galih menghela napas panjang, tubuhnya terasa berat menanggung beban.

“Aku hanya bisa pasrah…” gumamnya lirih, seolah berbicara pada dirinya sendiri.

Dengan langkah ragu, ia berjalan menuju ruang tamu. Wajahnya tegang, pikirannya kalut.

“Kenapa kabar kematian Reza bisa secepat itu sampai ke mereka? Jangan-jangan… ada mata-mata di rumah ini,” gumamnya curiga, matanya menyapu sekeliling dengan penuh kecurigaan.

Di ruang tamu, sudah duduk seorang pria seusia Galih. Ia mengenakan jas hitam rapi, kacamata hitam mengilap, dan sepatu mahal yang tampak baru disemir. Gayanya pongah—seolah dialah manusia paling sombong di seluruh negeri.

Baru saja pantat Galih menyentuh sofa, suara dingin pria itu langsung meluncur tanpa basa-basi,

“Cepat serahkan semua harta kalian padaku.”

Nada suaranya datar, tapi mengandung ancaman yang tak bisa diabaikan.

“Anda sudah siap?” tanya Galih, berusaha terdengar tenang meski jantungnya berdebar tak karuan.

Ia bisa menghadapi siapa pun—pebisnis, politisi, bahkan aparat—tapi tidak dengan dunia mafia. Mereka tidak mengenal rasa takut, tidak punya belas kasihan. Di mata mereka, nyawa manusia tak lebih dari angka.

Dan kali ini, Galih sadar betul... dia sedang berhadapan dengan sosok yang bisa menghapus hidupnya tanpa pikir panjang.

"Aku Lukas Moreti, anak dari Bruno Andrea," ucap pria berjas hitam itu dengan nada dingin namun penuh tekanan.

"Ayahku memenangkan pertaruhan... jauh lebih cepat dari yang kalian duga."

Ia menatap Galih tanpa ekspresi.

"Anakmu meninggal, bukan? Sesuai perjanjian, kalian harus menyerahkan semua harta yang kalian miliki."

Lukas memang bukan tipe yang suka berbasa-basi. Ucapannya langsung menusuk inti, membuat Galih keringat dingin dan nyaris lumpuh oleh ketakutan.

"Tidak bisa! Anakku belum mati! Kami masih mencarinya!" seru Galih, suaranya meninggi, nyaris putus asa.

Wajahnya tegang, matanya liar menatap Lukas, seolah berharap ucapan itu bisa membatalkan kenyataan yang menakutkan.

“Mana ada orang masih hidup setelah mobilnya terjun ke jurang lalu meledak?” ucap Lukas dingin, sorot matanya tajam menusuk.

Mereka benar-benar tahu detail kejadian yang menimpa keluargaku... pikir Galih dalam hati, dadanya semakin sesak oleh kecemasan.

“Beri kami sedikit waktu,” pinta Galih, mencoba menenangkan situasi. “Kami harus memastikan keberadaan Reza terlebih dulu. Ini menyangkut uang dalam jumlah besar—tidak bisa diputuskan secara sembarangan.”

Suasana mendadak hening, udara seolah membeku.

Memang, dalam perjanjian yang ditandatangani, dicantumkan bahwa kematian Reza harus melalui proses verifikasi. Namun, verifikasi itu bukan untuk menyelidiki apakah ia mati karena sakit, dibunuh, atau kecelakaan.

Tujuannya sederhana—hanya untuk memastikan satu hal: apakah Reza masih hidup atau benar-benar sudah tiada.

Galih mengutuk dalam hati tindakan Darman, ayahnya. Bagaimana mungkin seorang kepala keluarga bisa-bisanya membuat pertaruhan konyol dengan Bruno?

Mungkin Darman sudah tahu bahwa Reza akan disisihkan, karena itu ia menempuh dua jalur sekaligus—jalur hukum negara dan jalur gelap melalui mafia.

Berurusan dengan negara masih bisa dikompromikan. Berikan sepertiga harta, mereka sudah puas. Tapi mafia? Mereka tak kenal kompromi.

Aturannya tegas. Jika melanggar, maka harta akan direbut. Tak peduli alasan atau situasi. Pilihannya cuma satu: patuh... atau hancur.

“Baik. Aku beri waktu dua hari... tapi dengan satu syarat,” ucap Lukas, nadanya dingin dan penuh tekanan.

Galih menghela napas lega. Dua hari—itu waktu yang cukup untuk menyusun rencana. Ia bisa mencari seseorang dengan postur tubuh mirip Reza, membeli topeng silikon, lalu memalsukan kondisi seolah Reza sedang dirawat di ruang ICU.

Itu mungkin cukup untuk membuktikan bahwa Reza masih hidup.

Tapi Galih tahu, ini bukan rencana yang tanpa celah. Mafia bukan orang bodoh—mereka hidup dari mencium kebohongan. Dan satu kesalahan kecil saja... bisa berakhir dengan maut.

"Syaratnya apa?" tanya Galih, mencoba tetap tenang meski dadanya berdebar hebat.

"Serahkan istri dan anakmu," jawab Lukas datar, seolah meminta barang dagangan.

Galih mengepalkan tangannya di bawah meja, rahangnya mengeras. Amarah membara dalam dada, tapi ia tak bisa berbuat apa-apa. Melawan berarti bunuh diri.

Ia terjebak dalam dilema. Jika menyerahkan seluruh harta warisan hari ini, mungkin istri dan anaknya selamat. Tapi... menyerahkan semuanya begitu saja? Setelah apa yang ia perjuangkan selama ini? Itu terasa lebih pahit dari kematian.

Masak tidak ada usaha sama sekali untuk mempertahankan harta ini? pikir Galih geram. Istri bisa dicari lagi, anak bisa dibuat lagi. Tapi harta sebanyak ini… aku tak punya kemampuan untuk mengumpulkannya kembali.

Kepalanya penuh perhitungan. Di satu sisi, keluarga. Di sisi lain, warisan kekuasaan yang tak ternilai.

“Baiklah… beri aku waktu dua hari,” ucap Galih akhinya, suaranya berat menahan beban yang tak terlihat.

Benar-benar bodoh... pikir Lukas, menahan tawa sinis. Dia kira dalam dua hari bisa membalikkan keadaan?

Lucu. Dia tidak tahu siapa yang sedang dia hadapi. Tak ada satu pun trik yang bisa menipuku.

Ah, sebentar lagi… aku akan menikmati istri dan anak dari seorang konglomerat. Betapa luar biasanya dunia ini—ketika keserakahan orang tua menjadi hadiah manis bagiku.

"Tuan Lukas, kenapa Anda ada di sini?" tanya seseorang dari arah pintu, suaranya tenang namun tegas

1
Agus Rubianto
keren
Aryanti endah
Luar biasa
SOPYAN KAMALGrab
pernah tidak kalian bersemangat bukan karena ingin di akui... tapi karena ingin mengahiri
adelina rossa
lanjut kak semangat
adelina rossa
lanjut kak
Nandi Ni
selera bacaan itu relatif,ini cerita yg menarik bagiku
SOPYAN KAMALGrab
jangn lupa kritik...tapi kasih bintang 5...kita saling membantu kalau tidak suka langsung komen pedas tapi tetap kasih bintang 5
adelina rossa
hadir kak...seru nih
FLA
yeah balas kan apa yg udah mereka lakukan
FLA
wah cerita baru
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!