Safira, anak kecil yang harus menerima kenyataan kalau orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan, dia yang baru berusia dua tahun di titipkan mendiang ayahnya pada sahabatnya Hendra.
Masa kecilnya di penuhi dengan kebahagiaan, sampai usia remajanya dia menemukan banyak hal dalam hidupnya. Cinta, pengorbanan dan juga kesedihan.
Mampukah dia bahagia dengan banyak pilihan sulit dalam hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridwan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fahri
Vandra sekarang sedang menatap Sagara dengan raut tak suka karena merasa Sagara sudah mengambil perhatian Safira darinya.
"Bagus nggak?' tanya Sagara memperlihatkan kalung pemberian Safira dan semakin membuat Vandra cemberut.
"Kakak nggak di beliin" ketus Vandra dengan bibir manyun yang terlihat lucu
"Hahaha Abang lucu kalau lagi merajuk" gemas Safira terkekeh
"Abang marah sama Fira pokoknya" ketus Vandra cemberut
"Cup cup cup... Aduh adek baik jangan ngambek ya" ledek Dani menepuk nepuk pantat Vandra
"Gemesnya adek Vandra" ucap Raka ikut meledeknya sementara Sagara sedang berbunga bunga.
"Kak Vandra nggak usah sedih, ini Sania kasih buat kak Vandra" ucap Sania menyodorkan kalung miliknya dan membuat Raka melotot.
"Jangan Sania" sekarang Raka yang merengek seperti anak kecil dan membuat Isabella juga Lila yang masih disana tertawa terbahak bahak.
"Loh kak Raka mau juga?" Tanya Sania polos dan diangguki Raka
"Aduh gimana ya Sania cuma beli satu soalnya uang Sania tadi keburu habis" ucap Sania polos
"Lebay Lo pada" celetuk Dani terkekeh dengan tingkah Vandra dan Raka
"Nggak apa apa ini buat kak Raka aja soalnya dia udah mau nangis tuh" ucap Vandra menunjuk Raka yang cemberut
"Terus kak Vandra gimana?" Tanya Sania polos
"Abang ada ini" Safira yang menjawab dan menunjukkan kalung serupa dengan inisial huruf V
"Ahh so sweet sekali kalian" pekik Lila gemas
"Hehe... Abang kena tipu Fira" ucap Safira cengengesan
"Tega kamu ya" gemas Vandra lalu menggendong Safira dan menciumi pipinya.
"Hahahaha lepas Abang geli" pekik Safira terus berontak dan Vandra menurunkannya
"Sini Fira pakein" ajak Safira menarik tangan Vandra agar menunduk
"Kak Gara juga mau di pekin sama Fira" pinta Sagara tersenyum dan diangguki Safira
"Kak Raka juga mau di pakein" manja Raka pada Sania
"Pake sendiri" sinis Rayyan menarik Sania menjauh dari Raka
"Tega Lo yan" ketus Raka sinis
"Biarin" jawab Rayyan cuek
"Terima nasib aja ka" ucap Dani enteng
"Terus kalau ini di kasih ke kita, punya Fira mana?" Tanya Vandra
"Fira juga punya yang huruf S" jawab Safira sambil mengeluarkan kalung miliknya
"Kalau gitu yang ini Fira yang pake dan yang Fira Abang yang pake" pinta Vandra sambil menukar kalungnya dengan milik Safira
"Terus gue?" Tanya Sagara
"Inisial Lo sama Safira kan sama Sagara" gemas Rayyan mencubit lengan Sagara
"Hehe gue lupa" jawab Sagara terkekeh
Lalu mereka saling memakaikan kalung masing masing dan menjadi pusat perhatian di area parkir sekolah. Banyak yang memandang kagum dan gemas dengan interaksi mereka.
"Kak Gara akan jaga kalung ini" ucap Sagara mencium kalung yang dia pakai
"Iya di jaga kalungnya jangan sampai hilang apalagi di jual" ucap Safira sambil bercanda dan membuat semua orang gemas
"Bisa aja nih si cantik" ucap Dani menoel dagu Safira
"Tangan Lo dan" ucap Vandra dan Sagara bersamaan
"Ish lebay banget Lo" desis Dani mencebikkan bibirnya
"Sania pulang dulu ya Fira" pamit Sania yang sudah di tuntun Rayyan
"Iya sampai jumpa besok ya" jawab Safira melambaikan tangannya
"Ayo kita juga pulang" ajak Vandra lalu mereka berpamitan pada semuanya sementara Sagara menuju ke kantor sang ayah dengan hati bahagia.
.....................
"Uang Fira memangnya cukup buat beli 3 kalung ini?" Tanya Vandra saat mereka dalam mobil untuk pulang
"Fira suka ngumpulin sisa uang jajan Fira dan selalu Fira bawa kak" jawab Safira polos
"Kenapa nggak disimpan dirumah uangnya?" Tanya Vandra lagi
"Sengaja Fira bawa soalnya mamang tukang aksesoris sering lewat depan sekolah dan Fira takut uangnya kurang pas beli" jawab Safira menjelaskan
"Fira memang pintar" ucap Vandra lembut
Tiba tiba saja mobil yang di kendarai pak Jamal berhenti dan membuat Vandra kaget.
"Ada apa pak?" Tanya Vandra
"Itu sepertinya ada kecelakaan den, soalnya banyak yang berkumpul di tengah jalan
"Coba di lihat pak, mungkin kita bisa bantu" pinta Vandra dan diangguki pak Jamal
"Ko itu mirip Fahri ya bang" tunjuk Safira pada anak yang sedang duduk di pinggir jalan sambil menangis
"Iya Fira itu Fahri" kaget Vandra lalu turun untuk melihat apa yang terjadi
"Fahri" panggil Vandra yang menghampiri kerumunan di jalan
"Kak Vandra" pekik Fahri lalu berlari ke arah Vandra
"Kamu sedang apa disini?" Tanya Vandra pada Fahri yang memeluknya sambil menangis
"Itu den, kata orang orang anak ini naik sepeda dan hampir tertabrak dan membuat seorang pengendara motor hampir terjatuh" jawab pak Jamal yang mendapat informasi dari warga sekitar
"Apa benar Fahri?" Tanya Vandra serius tapi Fahri tetap menangis
"Ayo kita lihat kesana" ajak Vandra pada pak Jamal
"Maaf pak, Bu apa ada yang terluka karena insiden ini?" Tanya Vandra sopan dengan membawa Fahri yang sembunyi di belakangnya.
"Yang luka tidak ada nak, cuma mungkin agak kaget aja karena anak ini tiba tiba maju ke tengah jalan dan hampir tertabrak" ungkap salah seorang warga
"Iya, saya tidak apa apa cuma kaget saja dan saya khawatir sama adeknya yang terus menangis" ucap pemilik motor yang hampir terjatuh karena menghindari sepeda Fahri.
"Kalau begitu saya mohon maaf ya kak atas nama Fahri, kebetulan saya kenal anak ini, dia teman sekolah adik saya" ucap Vandra sopan
"Oh Alhamdulillah kalau begitu jadi kita bisa bubar karena anak ini ada yang kenal" ucap salah seorang warga yang akhirnya membubarkan yang lain begitu juga dengan pengendara motor yang pergi ke tempat tujuannya.
"Ayo ikut kakak" ajak Vandra lalu membawa sepeda Fahri ke pinggir jalan
"Kenapa kamu main sepeda di jalan raya, ini kan bahaya!" Ucap Vandra tegas
"Hiks...hiks ... Fahri kesepian di rumah nggak ada yang bisa di ajak main" ucap Fahri sambil menangis
"Ayo kakak antar pulang, rumah kamu dimana?" Tanya Vandra lalu meminta pak Jamal memasukkan sepeda Fahri ke belakang mobil.
"Fahri kenapa?" Tanya Safira ketika Fahri masuk mobil dengan keadaan masih menangis
"Fahri hampir ketabrak motor Fira, Fahri kaget" jawab Fahri masih sesenggukan
"Makanya Fahri hati hati, jangan main di jalan raya itu bahaya" nasihat Sania mengusap bahu Fahri
"Fahri ingin main tapi nggak ada teman" jawab Fahri masih sesenggukan
Safira yang kasihan pada Fahri lalu berpikir dan mendapatkan ide yang menurutnya bagus
"Besok Fira akan bawakan teman buat Fahri" ucap Safira tersenyum manis
"Beneran Fira?" Tanya Fahri yang mulai tersenyum
"Iya Fahri tunggu aja besok ya" jawab Safira menepuk bahu Fahri sambil mengangguk
"Ko perasaaan Abang nggak enak ya" bisik Vandra di samping Safira
"Ish jangan suka suudzon bang" jawab Safira so dewasa dan membuat Vandra gemas
"Itu rumah Fahri kak" tunjuk Fahri pada rumah yang lumayan besar dengan gerbang berwarna hitam
"Kamu pasti kabur ya tadi" curiga Vandra melirik Fahri
"Hehe iya kak" jawab Fahri malu
"Fahri nakal" celetuk Safira menjewer telinga Fahri
"Aduh .. sakit Fira" ketus Fahri
"Biarin biar kapok" jawab Safira cuek
"Ayo kakak antar masuk sekalian bawa sepeda kamu" ajak Vandra lalu Fahri ikut turun dari mobil
"Astaga den Fahri dari mana saja saya nyariin dari tadi" panik Roy yang melihat Fahri di tuntun Vandra menuju rumahnya
"Fahri main sepeda di jalan raya pak dan hampir saja tertabrak motor" jawab Vandra menjelaskan
"Ya ampun den, untung Aden nggak apa apa" ucap Roy "terima kasih ya nak Vandra karena sudah mengantarkan den Fahri" ucap Roy tulus
"Sama sama pak kalau begitu saya permisi pulang" jawab Vandra sopan lalu pergi setelah mengusap kepala Fahri
Roy adalah supir sekaligus orang yang dipercaya untuk menjaga Fahri oleh kedua orang tua Fahri dan dia mengenal Vandra saat Fahri menjenguk Safira di rumah sakit.
..................
Di rumah keluarga Adiwinata, Safira sedang menuju ke paviliun tempat para pekerja laki laki berada
"Om Chiko" panggil Safira pada bodyguard yang biasa mengawalnya dan Vandra
"Iya non ada apa?" Tanya Chiko menghampiri Safira
"Pak Jamal mana?" Tanya Safira sopan
"Pak Jamal di belakang paviliun non, biasa lagi ngasih makan bebeknya" jawab Chiko menunjuk area belakang paviliun
"Oh ... Terima kasih Om" jawab Safira lalu menuju ke belakang
"Pak Jamal" panggil Safira ketika melihat pak Jamal sedang memasukkan bebeknya ke dalam kandang
"Iya non Fira" jawab pak Jamal yang masih sibuk memasukkan bebeknya
"Bebek pak Jamal ada berapa?" Tanya Safira penasaran
"Sekarang jumlahnya ada 6 ekor non, tapi itu si putih punya non Fira sudah bertelur" jawab pak Jamal sambil membereskan bekas pakan bebeknya
"Wah si putih bertelur" ucap Safira berbinar
"Iya non nanti anaknya pasti lucu lucu" ucap pak Jamal tersenyum. Dia kagum pada Safira yang tak jijik memelihara bebek bahkan kadang membantu pak Jamal mengurusnya.
"Kalau begitu saya minta sepasang ya pak buat besok siang pas pulang sekolah" pinta Safira sambil memilih bebek yang akan di bawa
"Buat apa neng? Apa buat tugas sekolah?" Tanya pak Jamal pemasaran
"Rencananya Fira mau bikin bebek goreng buat besok pulang sekolah pak" ucap Safira bercanda
"Aduh bebek pak Jamal akan jadi korban non Fira" pekik pak Jamal pura pura sedih
"Hahaha pak Jamal lucu" ucap Safira tertawa
"Yang ini aja nih mang, si Caca sama Cici tolong besok di bungkus" pinta Safira menunjuk dua ekor bebek yang berbulu belang putih hitam
"Pake bungkus kado jangan non?" Tanya pak Jamal terkekeh
"Kalau bisa sih pake bungkus nasi pak" jawab Safira menimpali candaan pak Jamal dan membuat Chiko yang ada disana cuma bisa geleng geleng kepala
"Mereka memang stress kayanya" batin Chiko
"Sampai besok ya mang tolong di jaga Caca sama Cicinya biar besok mereka nggak bikin masalah" pamit Safira melambaikan tangannya
"Ashiap non laksanakan" jawab pak Jamal hormat sambil terkekeh
"Chiko kamu dengar kan apa kata nona kecil kita?" Tanya pak Jamal pada Chiko
"Tentu saja pak" jawab Chiko tegas
"Kalau begitu jaga dua bebek ini jangan sampai mereka kabur" perintah pak Jamal ala tentara
"Siap laksanakan pak" jawab Chiko ikut berakting menjadi tentara
"Kalian stress ya?" Tanya Tari yang barus saja pulang mengambil telur bebek di kandang
"Iya aku stress karena ditolak kamu terus Tari" jawab Chiko tersenyum manis sambil mengedipkan matanya
"Di larang merayu Tari disini" ucap pak Jamal menyentil telinga Chiko
"Memang kenapa pak?" Tanya Chiko penasaran
"Nanti si Tari ngiranya dia lagi di rayu bebek" jawab pak Jamal tertawa dan membuat Chiko tersipu
"Badan aja gede, tapi ngerayu cewek gagal terus" ucap pak Jamal geleng geleng kepala
.....................
"Fira habis dari mana sayang?" Tanya Vania saat Safira baru masuk ke rumah
"Fira habis lihat si putih ma, kata pak Jamal dia udah bertelur" jawab Safira antusias
"Wah kita jadi bisa makan telur si putih" ucap Vandra menggoda Safira
"Ih nggak boleh Abang, telurnya si putih biar netes aja supaya jadi anak bebek yang lucu lucu" ucap Safira dengan mata berbinar
"Yah gagal deh makan telur si putih" jawab Vandra pura pura sedih
"Abang bisa makan telur bebek yang lain ya, asal jangan di putih" bujuk Safira sambil tersenyum manis
"Bisa benget ngerayunya" ucap Vandra gemas sambil mencium pipi Safira
"Bisa dong, Safira gitu loh" jawab Safira sombong
"Iya lah Safira yang pinter" ucap Vania mengusap kepala Safira
"Ma besok kita masak ikan gurame asam manis ya ma" pinta Safira memohon
"Boleh, kamu rayu papa dulu supaya mau mancing ikan guramenya" jawab Vania tersenyum
"Gampang kalau itu mah" ucap Safira tersenyum usil
"Mencurigakan" ucap Vandra memicingkan matanya
"Papa pasti nggak akan ngasih ikan guramenya" ucap Vandra yakin
"Kita lihat aja nanti" jawab Safira menaik turunkan alisnya
ga kaleng2 group dragon punya kuasa klo ada yg main sm keluarga group dragon pasti akan habis
tp syamg irsyad nya uda ga ada yinggal safira aja
jodohnya ga jauh2
bikin ade aja semia nya biar adiil
saingan. berat sagata
vandra atau siap ya js Ppenasaran