Ratih Tidak Percaya Kalau Pernikahannya Dan Akmal Akan Berakhir Hancur, Lima Tahun Bukanlah Waktu Yang Singkat, Namun Saat Ratih Telah Melahirkan Putri Pertama Mereka Yang Sudah Lama Mereka Dambakan, Namun kenyataan Pahit Menimpa Ratih, Akmal Berselingkuh Dengan Teman Dekat Ratih Seorang Janda Beranak Dua.
"Lihat Saja Mas, Akan Ku Balas Pengkhianatanmu." Ratih Gelapa Mata, Ia Bersekutu Dengan Seorang Dukun, Dan Merencanakan Pembalasan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SANTET 29
"Baik ki' Saya setuju." Ratih Terseyum simpul.
ada harapan baru dalam lubuk hati ki Jambu Arsa, ia begitu senang saat mendengar Ratih mau kembali bersekutu dengannya. "Selangkah Lagi, akan aku remukan tulang Tua Hasyim dengan tangan ku sendiri!." Ki Jambu Arsa Mengepalkan kedua Tangannya Erat.
Harapan besar sudah didepan mata, Ratih adalah Tameng penutup kehancuran Yang akan Ki Jambu Arsa lakukan, untuk penduduk Desa Rawa Asem terutama kiyai Hasyim sendiri, Rencana Sudah di susun matang oleh Ki Jambu Arsa Sendiri.
Setelah kesepakatan antara Ratih dan Ki Jambu Arsa, Ratih Langsung pulang dengan keadaan yang sudah baik seperti bukan sehabis Sakit, jalannya nampak anggun, aura kecantikan nya tambah berseri, tubuhnya tambah molek dan menggoda.
Ratih berjalan dengan anggun kali ini nampak acuh dengan penduduk Desa Rawa Asem yang beraktifitas pagi hendak ke sawah.
beberapa anak muda, Rawa Asem terus mengamati Ratih yang keluar dari hutan belantara, mereka berdua Bingung, namun juga terpaku dengan kecantikan dan kemolekan tubuh Ratih.
"Astagfirullah'halazim... " Salaf dan Nanda menutup mata mereka, saat melihat Ratih berjalan Sambil mengeyolkan Bokong nya.
"iku ... kayanya mba Ratih," Mereka berdua saling Tatap saat Ratih Sudah jauh berjalan kedepan.
"Bukanya mba Narsih bilang mba Ratih Sakit?" Salaf mengangkat sebelah Alisnya.
Nanda mengedikan bahunya, "Kita datangi Saja Rumah Bu Mirah Salaf ayo..." Nanda mengajak Salaf Kerumah Bu Mirah, padahal niatnya pagi ini Mereka Keluar pesantren untuk membeli keperluan para santrinya.
Nanda dan Salaf berboncengan menuju Rumah Bu Mirah, di depan Rumah Bu Mirah nampak sepi, Ratih yang tadinya jalan mendahului ternyata belum sampai di Rumah, entah kemana perginya?
"Assalamualaikum... " Nanda dan Salaf memberanikan Diri Bertamu datang kerumah Bu Mirah.
Narsih Yang mendengar ketukan pintu dari Dalam ia Langsung membukakan nya. "Iya Waalaikumsalam... " Narsih Tercengang melihat Salaf dan Nanda datang Pagi-Pagi.
"Mas Nada, Mas Salaf ... Ngampunten mau Cari Siapa?" Narsih Nampak Bingung karena Sudah dua kali ini Kedua Santri Kiyai Hasyim mendatangi kediaman Rumah majikan nya.
"Mba Ratih... " Ucap nanda Gugup.
Narsih Meremas Tangan Gugup, tentu saja ia bingung karena Ratih semalam hilang. "Ayo mari Masuk Dulu," Narsih mempersilahkan Mereka masuk.
kali ini mereka berdua tidak menolak, mereka masuk kedalam Rumah Bu Mirah, Narsih mempersilahkan Duduk dan menyuguhkan Minuman.
sesekali Nanda dan Salaf melirik sudut Rumah Ratih yang nampak sepi, auranya sangat gelap dan pekat, bahkan mereka Seperti sedang Duduk di Tempat yang sangat Sunyi.
"Monggo mas Diminum..." Setelah beberap lama, bu Mirah Keluar Mempersilahkan mereka berdua minum, dan mencicipi jamuan, jajanan pasar
"iya Bu, Terimakasih." Nanda Dan Salaf Mengecap Teh hangat yang Di buatkan Mba Narsih.
Bu Mirah duduk berhadapan dengan Nanda dan Salaf, Nanda dan Salaf menunduk mereka berdua tentu Saja nampak Canggung.
"Ada Perlu Apa mas nya Datang sepagi ini?"
"Ini Bu, Maaf Sebelumnya jika kedatangan kami menggangu karena bertamu Pagi-Pagi." ucap Salaf Sambil ia merapakan duduk nya.
"Tentu Saja tidak mas, Sama Sekali Tidak merepotkan." Bu Mirah menyambut kedatangan mereka berdua sangat Ramah.
Bu Mirah melihat Wajah Para Santri Kiyai Hasyim bergantian, mereka berdua begitu gugup duduk Didepan Bu Mirah. "Bu Maaf sebelumnya, Mba Ratih nya Ada?... kedatangan kami kesini untuk yang kedua Kalinya Karena ingin menyampaikan suatu Hal..."
"Suatu Hal? ... Hal Apa Mas?" Bu Mirah mengerutkan Keningnya.
Nanda menelan Saliva nya, mencari Kalimat yang Tepat sebelum mengatakan pada Bu Mirah, Apa yang disampaikan Oleh kiyai nya.
"Maaf Kalau kami kurang sopan, jika Berkenan Bolehkah kami membawa Mba Ratih ke pesantren Kiyai Kami."
Bu Mirah mangut-mangut sejenak."Boleh Saja mas, Tapi Ratih semalam hilang entah kemana?... Setelah semalam ia demam Dan Kerasukan, rumah kami mengalami kejadian yang sangat menakutkan, bahkan Mba Saya, mba Narsih baru saja turun demam nya setelah semalam melihat Hantu."
Nanda dan Salaf saling menatap, "hilang ... hilang bagimana bu? tadi pagi kami baru saja melihat Mba Ratih berjalan mendahului kami di penghujung desa." Nanda Kembali memperjelas.
Bu Mirah Menarik Nafas Berat, "Dimana kalian melihatnya?." Mata Bu Mirah berkaca kaca, namun air matanya ia tahan Saat hampir Jatuh.
"Penghujung Desa Bu," Nanda kembali mengulang ucapannya.
"Sebenarnya Apa yang terjadi?... mengapa jadi begini!" Bu Mirah bertanya pada Dirinya sendiri. sambil menutupi Wajah nya menahan Tangis.
"ibu yang Sabar, kita cari mba Ratih bareng-bareng yah." ujar Salaf berusaha menenangkan Bu Mirah.
Namun untuk sepersekian detik Ratih kembali pulang, wajahnya cantik namun begitu sinis menatap kedua tamu yang sedang duduk nanda dan Salaf
"Ratih... " Bu Mirah Langsung menghampiri Ratih, Ratih Sudah nampak cantik, tidak seperti orang yang habis sakit.
"Mereka siapa Bu? untuk apa mereka Datang!" Ucap Ratih, menoleh kearah Nanda dan Salaf wajahnya Nampak tidak Suka.
"Eh-iya, mereka Santrinya Kiyai Hasyim Ratih, kebetulan kedatangan mereka kemari ingin bertemu kamu." Bu Mirah mengusap lembut pundak sang Anak yang nampak begitu Dingin.
"Oh, Begitu." Ratih berjalan angkuh kehadapan mereka, sementara itu Bu Mirah masuk Kedalam Kamar karena Cucunya Sati Sudah Bangun.
"Apa pantas seorang santri dari pesantren terpandang mendatangi Kediaman Seorang Janda Pagi Hari Begini?" Ratih Tersenyum Seolah mengejek Nanda dan Salaf "Tadi ibu bilang kalian datang ingin mencari Ku, Ada hal apa Sampai pagi begini kalian rela keluar Pesantren." Ratih kembali tersenyum Simpul ia melipat kaki, kain Jariknya yang ia kenakan Sukses Membuat Paha mulusnya Terbuka, ia Tidak Canggung mempertontonkan Paha Mulusnya kepada seorang pemuda.
Nanda dan Salaf langsung menunduk Canggung, 'Ya Allah jika menghadapi perempuan seperti ini harus kuat iman' Batin Nanda Dan Salaf mereka Berdua nampak Canggung menghadapi Ratih.
"Maaf Mba Ratih, kami datang karena perintah kiyai Kami, Biasakan Mba Ratih Datang Ke Pesantren Al-Munawar kiyai Kami Menunggu kedatangan Panjenengan." Nanda Memulai Pembicaraan Namun ia Masih Tidak berani menatap lawan bicaranya.
Ratih Terdiam sejenak menarik nafas Dalam, karena malam Nanti ia akan mengunjungi Rumah Halimah yang hendak melahirkan, dan malam nanti adalah kesempatan emas Untuk mengambil Ari-Ari Bayi Halimah.
"Tidak bisa, malam nanti aku ada Urusan Penting." ujar Ratih Wajahnya kembali angkuh.
"Tolong mba mengertilah, Desa Rawa Asem Sedang Tidak Baik-Baik Saja, dan Kami yakin Mba bisa membantu dan dengan ini kami meminta kerja Samanya." Ujar Salaf berusaha memberikan pemahaman kepada Ratih.
"Tidak bisa, lagi pula apa Urusannya semua Masyrakat Rawa Asem dengan ku, aku tidak ada Urusan dengan mereka." Ratih meninggikan Nada Suaranya ia Nampak tidak Suka Nanda dan Salaf mengusik ketenangan nya.