Keilani Nassandra telah dijatuhi talak tiga oleh Galang Hardiyata, suaminya.
Galang masih mencintai Kei begitu juga sebaliknya, Kei pun masih mencintai Galang, teramat sangat mencintai lelaki yang sudah berkali-kali menyakiti hatinya itu.
Kei dan Galang berniat rujuk kembali, akan tetapi, Kei harus menikah terlebih dahulu dengan lelaki lain, setelah Kei dan lelaki lain itu bercerai barulah mereka bisa rujuk kembali.
Oleh sebab itu Galang meminta bantuan temannya di salah satu club eksklusif yang Galang Ikuti Hardhan Adipramana untuk bersedia menikahi Kei dan segera menceraikan Kei setelah mereka melewati malam pertama.
Bagaimana reaksi Galang begitu mengetahui Hardhan adalah Presdir dari beberapa perusahaan terbesar abad ini?
Mampukah Kei bertahan dengan sikap dingin dan arogan Hardhan?
Dan pada akhirnya ...
Ketika cinta harus memilih ...
Siapakah yang akan dipilih Kei?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nicegirl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Yang Panjang
Alex sedang menyerahkan dokumen-dokumen penting yang harus ditanda-tangani Hardhan boss besarnya ketika Roy anak buahnya yang ditugaskan untuk mengawasi calon istri bossnya itu menghubunginya.
Terakhir Roy melaporkan kalau Kei sedang di night club bersama mantan suaminya. Alex langsung mengangkat telepon itu, berharap tidak ada kejadian yang membahayakan calon istri boss nya.
"Ada apa?" tanya Alex dengan suara beratnya.
"Pak Alex, ada yang menaruh obat ke gelas minumnya nona Kei."
"Dan Kei meminumnya?"
"Belum pak, saat ini perhatiannya masih tertuju ke mantan suaminya."
"Berapa jumlah orang kita disana?"
"Delapan orang, Pak."
"Terus awasi Kei, minta empat orang berjaga didekatnya, sisanya tangkap siapapun yang memasukkan obat ke gelas Kei! Saya segera menuju kesana!"
Alex menutup sambungan teleponnya, dan mengalihkan perhatiannya ke big boss yang masih asik dengan tumpukan dokumen-dokumen nya,
"Ada apa dengan Kei?" tanyanya sambil membaca dokumen didepannya.
"Ada yang menaruh obat kedalam gelas minumnya."
Hardhan meletakkan pulpennya, lalu menyandarkan bahunya ke kursi, menyatukan kedua tangan diatas perut sambil menatap tajam ke arah Alex.
"Kenapa hal seperti itu bisa terjadi? Apa yang dikerjakan anak buahmu di sana?"
"Maaf boss sesuai perintah, mereka hanya mengawasi dari jauh, tapi sekarang empat orang anak buah kita sudah berada sedekat mungkin dengan Kei, berjaga-jaga dari efek apapun obat itu jika Kei meminumnya."
Sebelah alis Hardhan naik,
"Siapa yang megizinkanmu memanggil namanya? Panggi dia nona!"
"Baik, Boss."
"Bersiaplah, kita ke sana!"
Lima belas menit betikutnya Hardhan sudah sampai di night club tempat Kei dan mantan suaminya itu berada. Hardhan melihat Kei yang sedang menyeimbangkan tubuhnya, tangan kiri berpegangan pada kursi dan tangan kanannya memegang pelipisnya.
Mengabaikan tatapan penuh minat dari para wanita kepada dirinya, Hardhan Setengah berlari menghampiri Kei yang masih terus berusaha jalan meski sempoyongan.
Kei pingsan tepat saat tangan Hardhan berhasil memeluknya, badan Kei melemas didalam pelukannya, seperti tidak ada tulang yang menyanggah tubuh kecilnya. Hardhan langsung membopong Kei.
"Biar saya saja, Boss."
Alex menawarkan diri menggantikan bossnya membopong Kei, tapi Hardhan menolaknya.
"Cepat ambil mobil sana!" perintah Hardhan sambil membawa Kei keluar dari night club ini.
Hardhan merebahkan kepala Kei kepangkuannya, tangannya membelai wajah dan rambut Kei.
"Sudah tertangkap pelakunya?" tanyanya kepada Alex.
"Sudah boss, nanti saya sendiri yang akan menginterogasinya."
"Kemana mantan suaminya yang tidak berguna itu berada?"
"Menurut laporan, dia pergi dengan wanita lain boss."
"Benar-benar tidak berguna!"
Hardhan terus mengusap pipi Kei, merasakan kulit halus itu dibawah sentuhan jemarinya, sampai mereka tiba disalah satu hotel bintang lima milik Hardhan, terpaksa ia membawanya hotel itu, karena tidak tahu rumah Kei.
Dengan berat hati, kali ini Hardhan mengizinkan Alex yang membopong Kei, bagaimanapun juga Hardhan tidak ingin ada spekulasi-spekulasi yang beredar tentang Hardhan membopong wanita yang pingsan ke hotelnya sendiri.
Alex sudah membaringkan Kei di tempat tidur besar kamar ini, menutupi tubuhnya dengan selimut sehingga yang terlihat sekarang hanya bagian kepalanya saja.
"Obat apa yang diberikan sampai dia tidur seperti mayat?" gerutu Hardhan sambil merebahkan tubuhnya ke sofa empuk disudut kamar.
"Kita lihat hasilnya beberapa saat lagi, kalau Kei masih tetap tidur berarti itu hanya obat tidur, tapi kalau Kei terbangun dengan ... Dengan ... Ahh apapun sebutannya reaksi dari obat perangsang, itu yang saya takutkan boss."
Hardhan langsung duduk tegak dikursinya,
"Tapi obat itu tidak menyebabkan seseorang sampai pingsan!"
Bukan berarti Hardhan pernah menggunakan obat itu untuk menjerat wanita. Untuk apa menggunakan obat itu kalau dengan sendirinya para wanita mendatanginya.
"Reaksinya memang berbeda-beda di tiap orang."
"Paanaasss ... " terdengar rintihan Kei. Wanita itu bergerak-gerak gelisah di atas tempat tidurnya, membuat selimut yang menutupi tubuhnya jatuh ke lantai, Hardan bergegas menghampirinya.
"Kenapa panas? Kamu sakit, Kei?" tanya Hardhan sambil memegang kening Kei.
Seperti magnet, Kei langsung meraih tangan Hardhan dan mengusapkannya ke pipi dan lehernya. Kaget dengan reaksi Kei, Hardhan mundur selangkah dan dengan cepat menarik tangannya.
Mata sendu Kei menatap Hardhan dengan tatapan penuh gairah, lidah Kei bergerak membasahi bibirnya sendiri.
"Haus ... Aku mau minum ... "
Dengan sigap, Alex sudah membawa segelas air mineral dan meletakkan ke tangan Kei, seperti atlet yang baru selesai lari marathon, Kei meneguk air itu dengan rakusnya, dan menyerahkan gelas yang sudah kosong ke Alex, kemudian dia merebahkan kembali badannya ke kasur.
"Selamat bersenang-senang," kata Alex sambil menepuk-nepuk pundak Hardhan.
"Apa maksudmu?" tanya Hardhan bingung.
Alex menggerakkan kepalanya ke arah Kei,
"Dia butuh 'teman', kalau boss tidak bersedia, saya bisa suruh salah satu anak buah kita yang akan menemaninya."
Alex mendapat pelototan tajam dari Hardhan sebagai jawabannya. Alex bergegas meninggalkan kamar itu, menutup pelan pintu dibelakangnya, dan langsung merebahkan dirinya ke sofa panjang di depan TV.
Malam yang panjang ... desahnya dalam hati sambil memejamkan matanya, berusaha sebisa mungkin untuk tidur.
Hardhan kembali menutupi Kei dengan selimut yang tadi dijatuhkannya ke lantai, kemudian lanjut ke kamar mandi, membasuh mukanya dengan air dingin, berusaha menekan gairahnya yang melonjak ketika melihat tatapan mata Kei tadi.
Tanpa perlu Kei melakukan apapun, hanya dengan satu tatapan mata sendunya saja, dia sudah bisa membuat gairah Hardhan bangkit sampai tak tertahankan, dan itu adalah hal yang baru buat Hardhan.
Untung saja sekarang Kei tertidur lagi, Hardhan tidak bisa menjamin bahwa dia tidak akan menyentuh Kei jika Kei memperlihatkan lagi mata sendu yang penuh gairah itu padanya. Malah Hardhan bisa memastikan Kei akan berakhir dibawah badannya, dan berteriak penuh kepuasan.
Hardhan mengerang, bahkan hanya dengan membayangkannya saja sudah membuat gairah Hardhan bangkit kembali.
Setelah berhasil mengendalikannya, Hardhan keluar dari kamar mandi, dilihatnya Kei masih terlelap. Merasa sudah aman sekarang, Hardhan melepas jasnya dan dasinya, mengeluarkan kemeja dari celananya, membuka tiga kancing teratas kemejanya dan menggulung tangan sampai batas sikutnya. Kemudian merebahkan badannya di sisj tempat tidur, sehingga ada jarak yang lumayan jauh antara dia dan Kei. Hardhan pun tertidur.
Sejurus kemudian, Kei terbangun dengan rasa yang menggelitik diseluruh tubuhnya, darah yang mengalir di pembuluh darahnya terasa panas, kepalanya bergerak ke kiri dan ke kanan dengan nafas tersengal, dia tidak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri.
Kei meringkuk, berusaha menekan gelenyar-gelenyar aneh diperutnya, hingga Kei melihat seorang pria yang tertidur disampingnya, tanpa bisa dikendalikan tubuhnya langsung mendekati pria itu, tangannya meraba dada pria itu yang terbuka, mendekati bibirnya ke bibir pria itu dan menciumnya.
Sepasang tangan memegang pinggangnya, dan membalik badannya kebawah badan pria itu, tangan kirinya menahan kedua tangan Kei, sementara tangan kanannya menepuk-nepuk pipi Kei.
"Kei ... Sadar Kei!" seru pria itu.
Kei membuka matanya lebar-lebar, menatap kaget sosok pria diatasnya.
"Ha ... Hardhan ... Apa yang kamu lakukan?"
kesetiaan antar keluarga
ceritanya ngangenin walaupun sudah tau endingnya tapi masih semangat baca lagi