Farraz Arasy seorang pemuda biasa tapi mempunyai kisah cinta yang nggak biasa. Dia bukan CEO, bukan direktur utama, bukan juga milyarder yang punya aset setinggi gunung Himalaya. Bukan! Dia hanya pemuda tampan rupawan menurut emak bapaknya yang tiba-tiba harus terikat dalam hubungan cinta tak beraturan karena terbongkarnya rahasia besar sang calon istri sebelum pernikahan mereka terjadi!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Resign aja
"Kamu dari kelas 10 kan? Ada keperluan apa sampai kamu ikut hadir di ruangan rapat khusus staf sekolah?" Willy berdiri dari kursinya. Dia tidak suka ada yang membela Arraz, siapapun itu! Meskipun itu hanya segelintir siswa Tadinya Mesra.
"Dek.."
Zea langsung mengatupkan bibirnya kembali ketika merasakan tangannya digenggam oleh Arraz. Dari sorot matanya, serta gelengan kepala Arraz barusan memberi isyarat pada Zea agar nggak melanjutkan apapun yang ingin dia katakan. Oke, kali ini Zea manut. Toh tadi juga udah koar-koar bak pahlawan kesiangan versi prindapan.
"Sebagai wali kelas dari ananda Zea Hafizana saya meminta maaf atas tindakan spontanitas yang ananda Zea lakukan karena telah memasuki ruang rapat ini." Arraz berkata sambil menatap ke arah semua orang berseragam batik di depan sana.
"Saya menerima keputusan bapak kepala sekolah serta semua yang ada di sini dengan lapang dada. Untuk itu saya mohon undur diri dari ruangan ini karena saya pikir sudah tidak ada lagi yang harus saya jelaskan. Saya permisi."
Willy menatap kepergian Arraz dengan senyum kemenangan. Bukan dia yang menyebarkan isu tentang Arraz di media sosial, tapi siapa yang peduli? Dia kemarin hanya menggertak Arraz saja. Nggak tahunya sebelum dia bertindak ada tangan lain yang berkerja memudahkan niatnya untuk menyingkirkan Arraz dari sekolah.
Jika dikatakan benci, ya nggak juga. Lebih tepatnya iri. Willy selalu merasa Arraz ada satu tingkat di atasnya. Dari jaman sekolah dasar nyampe jadi tenaga pengajar. Selalu Arraz yang diangungkan. Padahal Willy juga nggak kalah TOP BGT (dibaca te-o-pe be-ge-te) tapi orang-orang selalu menganggap Arraz paling unggul.
Itu salah Willy sendiri sebenarnya, emang di belahan dunia ini cuma ada SMA Tadinya Mesra aja apa? Enggak kan?? Waktu Arraz mendapat panggilan kerja untuk mengajar di sekolah tersebut, kok ya Willy ikut-ikutan latah daftarkan diri di sekolah yang sama dimana Arraz mengajar di sana. Dia sendiri yang cari penyakit tapi merasa paling tersakiti, kan kocak!
Arraz terus mengandeng tangan Zea sepanjang perjalanan menuju parkiran, nggak ada yang bersuara. Hanya bunyi derap langkah kaki saja yang memecah keheningan di antara mereka.
"Mas marah ya sama aku? Kok dari tadi diem aja." Tanya Zea ketika sudah sampai di mobil.
"Nggak marah, dek. Mas tau, kamu kayak gitu karena peduli sama mas. Makasih ya."
Arraz menjeda ucapannya. Dia menatap Zea yang terlihat kebingungan.
"Mas mau resign dari pekerjaan mas sebagai guru di sana, dek..."
"Kenapa mas? Karena aku ya?"
Arraz menggeleng. "Banyak hal yang membuat mas ingin resign dari pekerjaan mas. Salah satunya mas nggak ingin apa yang mas lakukan dengan menikahi kamu dan Dewi membuat anak didik mas disini mencontoh apa yang mas lakukan. Mungkin nggak untuk sekarang, tapi dikemudian hari siapa yang tahu? Guru itu digugu dan ditiru. Pernah denger kalimat itu dek?"
Zea mengangguk.
"Tahu artinya dek? Itu Digugu artinya dipercaya atau diikuti perkataannya, sedangkan ditiru berarti diteladani atau dicontoh perbuatannya. Lebih jelasnya seorang guru nggak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan, tapi juga menjadi panutan bagi siswa dalam sikap, perilaku, dan tutur kata. Guru yang 'digugu' berarti ucapannya dapat dipertanggungjawabkan dan dipercaya, sementara guru yang 'ditiru' berarti tindakannya bisa menjadi contoh positif bagi siswa."
"Terus mas mau kerja apa kalau nanti mas berhenti ngajar?" Zea udah mimbik-mimbik mau nangis.
"Yang penting halal dan bisa menafkahi kamu, dek. Nggak malu kan kalo misalnya mas jadi supir atau mungkin kuli bangunan?"
"Ini serius mas tanya gitu ke aku? Nggak apa-apa mas. Malah aku kasihan sama mas kalo tiba-tiba jadi kuli...."
Arraz terkekeh. Tentu nggak alih profesi kuli juga, hei hellooooo.. Ini dunia novel lho ya! Sekarang jadi guru, sapa tau besoknya jadi CEO!
Perbincangan itu berakhir ketika Zea meminta izin untuk mengambil tasnya yang masih ada di dalam kelas. Arraz mengiyakan. Ketika menunggu Zea, Arraz sedikit dikejutkan dengan ketukan di kaca mobilnya. Ada Willy di sana. Arraz tak berniat menemui, kesal sekali dia dengan si lambe turah satu ini. Namun, dia bukan pengecut yang lari dari masalah kan? Dia putuskan membuka pintu mobil dan keluar dari sana.
"Apa?" Arraz terdengar tak suka.
"Kenapa kamu langsung pergi dari ruang rapat? Kamu tau, tindakan mu itu sangat nggak sopan! Di sana ada banyak orang, tapi kamu malah pergi gitu aja."
"Segitu pengennya kamu liat aku dipermalukan di depan banyak orang?"
Willy tersenyum meremehkan. "Itu karena perbuatan mu sendiri, bung! Aku bahkan nggak berbuat apa-apa. Kamu yang menggali lubang kuburan untuk dirimu sendiri."
Arraz mengepalkan tangannya. Dia akui dia salah. Oleh karena itu dia hanya bisa menahan amarahnya.
"Kayak roda berputar aja, Ar.. Dulu kamu yang selalu dibanggakan, selalu di nomer satukan, di manapun kamu berada seperti ada lampu sorot yang menyoroti ke arahmu. Tapi lihat sekarang, lampu sorot itu terlalu terang sampai kamu silau sendiri karena cahaya yang ditimbulkan. Iya kan?"
"kayaknya kamu lupa gosok gigi pagi ini, mulutmu bau sampah."
Dikit sih tapi dalem. Willy sampai melotot saking kesalnya. Aturan dia yang bikin Arraz makin kesal kan? Kok malah kebalik gini, ini gimana konsepnya?!
"Maaas.. Ayo pulang!"
Lagi tegang-tegangnya kedua lelaki itu dikejutkan dengan suara cemengkring Zea yang datang dengan semangat juang empat lima.
"Mas? Wah, kalian akrab sekali ya? Manggilnya aja pake mas mas segala?" Willy menatap tak percaya dengan kehadiran Zea yang memanggil Arraz 'mas'.
Zea mengedipkan mata beberapa kali. Dia memandang Willy lalu Arraz bergantian. Bocah itu nggak tau kalo ada Willy ada di sana, makanya spontan aja dia melantangkan panggilan pada mas suami secret nya.
"Langsung masuk mobil aja dek."
Arraz mengandeng tangan Zea melewati Willy begitu saja. Memang nggak ada niatan bagi Arraz untuk melanjutkan obrolan unfaedah bareng Willy. Orang itu lagi merasa di atas angin karena bisa membuat Arraz tercutik dari pekerjaannya. Mungkin juga setelah ini Willy bakal mengadakan syukuran untuk merayakan keberhasilannya itu.
"Ada hubungan apa antara Arraz dan murid itu?" Tanya Willy kepada rumput yang bergoyang.
Willy emang nggak tau tentang hubungan Arraz dan Zea yang katanya sepupuan. Pun dia lebih nggak tau jika sebenarnya kedua orang yang baru saja pergi meninggalkannya itu adalah sepasang suami istri!
.
.
.
"Kamu ngapain sih, Wi dari tadi senyum-senyum terus?" Suprapti bertanya kepada anaknya yang terlihat sangat bahagia.
"Hehe, cuma liat konten lucu aja di yutup mah."
"Ini, salep dari temen kakekmu. Katanya harus sering disalepin punyamu itu, biar cepet sembuh."
"Hmm, taruh situ aja lah mah."
Dewi lebih asik dengan ponselnya, sesekali senyum itu terulas. Dia baru aja mengunggah foto Arraz disertai caption 'PNS ganteng emang boleh beristri lebih dari satu? Kalo bilang nggak boleh, ini buktinya ada niiih..!'
apa setelah jengger ayam, terbitlah HIV?! 😱
aku udah was² aja klo mreka ninu²😣
rugi bgt kamu Ar klo smpe lakuin itu.. masa yg masih ori celup² ke bekasan sih😐
kamu masuk diantara masalah yg ada..
mana statusmu gak kuat pulak🤦🏻♀️
kirain Ar nikahin Dewi secara siri juga😣
cukup 3 part ajalah Thor zea sama arraz cuek cuekan jangan ada part selanjutnya
wah² tuh suster kena bwrapa bayarnya ya
sekali nya dibales bikin nyesek 😭😭😭
berasa uji nyali keknya
kabur aja araz ke luar negeri 🤣🤣