NovelToon NovelToon
Apa Kabar Cinta Lamaku?

Apa Kabar Cinta Lamaku?

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Percintaan Konglomerat / Teen Angst / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ashelyn

kisah lama yang belum usai, membuatku masih hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Aku selalu menyesali apa yang terjadi saat itu, aku selalu menginginkan masa itu terulang kembali. Walaupun aku tau itu mustahil, aku tetap memimpikannya. Aku ingin memperbaiki kesalahanku yang besar kepada cinta pertamaku, karena aku sudah menghancurkan hatinya sampai tak berbentuk. Masih pantaskah aku jika menginginkannya kembali padaku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ashelyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masa Lalu 9

Seorang remaja yang sedang di mabuk asmara, itu lah kalimat yang pas untuk Teresa. Dia sangat menikmati perjalanan yang panjang ini, berada dekat dengan Prince dalam waktu lima jam kedepan membuatnya sangat bahagia. Teresa bahkan tidak bisa menyembunyikan senyumannya. Dia menatap pemandangan jalanan dari jendela, dia menikmati lagu ceria yang di putar oleh supir bus. Terkadang dia juga ikut bersenandung menyanyikan lagu itu dengan indah.

‘Drrrt…..’Drrrt…

Tapi tiba-tiba ponselnya bergetar, menandakan ada sebuah pesan yang masuk ke ponselnya. Teresa segera membuka pesan yang baru saja dikirim oleh ibunya, dan ekspresinya langsung berubah saat dia membaca isi pesannya.

______

Dari Ibu.

Aku sudah mengirimkan uang untuk biaya hidupmu. Ingatlah untuk terus melakukan apapun yang terbaik, untuk membalas budi. Seorang anak adopsi harus selalu mengingat kebaikan orang tua angkat yang telah memberikan kekayaan untuk hidupnya.

______

Teresa langsung mematikan ponselnya, moodnya seketika hancur hanya karena pesan dari ibunya. Ada rasa sakit di hatinya, karena dia selalu diingatkan dengan statusnya dalam keluarga yang hanyalah anak adopsi. Padahal sebetulnya, yang Teresa inginkan hanyalah sebuah rumah seperti keluarga hangat pada umumnya. Tapi selama ini, yang Teresa rasakan hanyalah keluarga yang palsu.

“Cinta dan kasih sayang? Apakah aku benar-benar pernah mendapatkannya?” Batinnya termenung menatap pemandangan dari jendela.

Teresa merapatkan kakinya saat hawa dingin mulai menyiksanya, apalagi dia hanya memakai kaos crop top berwarna pink dan rok jeans yang pendek. Dan matanya membulat saat bus yang ia naiki mulai masuk ke dalam jalanan khusus yang menuju ke pegunungan. Sebenarnya Teresa tidak tau wisata alam yang di maksud ternyata adalah pegunungan, karena dia tidak mendaftar nama sendiri dalam pemberitahuan wisata alam itu, melainkan Zeva yang mendaftarkan namanya.

“Kau sudah salah kostum!”

“Pergi ke pegunungan dengan rok pendek seperti itu, sungguh konyol!” Ucap Prince yang tiba-tiba sudah membuka matanya.

“Bukan urusanmu!” Balas Teresa memalingkan wajahnya, dia sedikit kesal dengan nada bicara Prince.

“Apa orang tuamu tidak memberitahumu? Padahal ada grup khusus bagi orang tua yang membahas tentang wisata alam ini, mereka juga di wajibkan untuk menyiapkan barang-barang yang harus dibawa,” jelas Prince, ucapannya seolah menambahkan garam diatas luka Teresa.

“Aku anak adopsi! Aku tidak mendapatkan keberuntungan sebesar itu!” Teriak Teresa di dalam hatinya, dia tidak mungkin mengatakan kepada semua orang bahwa dia adalah anak yang di adopsi.

“Ayah dan ibuku sedang berada di luar negeri, mereka sibuk, dan tidak mempunyai waktu untuk mengurus kepentinganku,” ucap Teresa tanpa melihat kearah lawan bicaranya.

Prince hanya diam tidak menanggapi ucapan Teresa lagi, dia melepas masker di wajahnya. Dia juga melepas penutup kepala hoodie nya, memperlihatkan rambut hitamnya yang tebal. Dia menyandarkan kepalanya, melihat ke atap bus yang langsung menghadap ke Ac. Lalu alisnya mengernyit saat ternyata Ac nya di tutup.

“Pakai ini!” Ucap Prince menyerahkan hoodie yang baru saja di lepasnya, membuat Teresa menatapnya bingung.

“Pakai itu untuk menghangatkan tubuhmu!” Ucap Prince lagi.

Teresa tersentuh dengan perhatian kecil ini, Prince rela melepaskan hoodie miliknya. Bahkan dia rela hanya menggunakan kaos hitam lengan pendek, yang sudah pasti dia akan kedinginan jika terus berada di bus dalam waktu yang lama. Lalu mata Teresa beralih pada sebuah kalung yang di pakai Prince, kalung itu membuatnya terlihat semakin tampan dan berhasil mencuri perhatiannya.

“Kalung itu, sangat cocok untukmu,” ucap Teresa dengan senyum hangatnya.

“Benarkah? Ibuku memberikan ini untukku,” ucapnya tanpa senyuman sedikitpun.

“Ibumu sungguh perhatian,” ucap Teresa tersenyum kecut.

Teresa mulai memakai hoodie berwarna hitam itu, dia nampak lucu karena hoodie milik Prince yang berukuran lebih besar daripada tubuh mungil nya.

Teresa sesekali melirik kearah Prince yang kedinginan, membuatnya merasa bersalah karena sudah mengambil alih hoodie miliknya.

Langit mulai gelap, dan keadaan bus mulai gelap juga. Dalam kegelapan Teresa bisa merasakan bahwa Prince menggigil kedinginan, sudah berulangkali dia menawarkan untuk mengembalikan hoodie miliknya, tapi Prince selalu menolaknya. Di sisi lain, Teresa sungguh tidak tega melihatnya kedinginan. Mengingat perjalanan masih panjang, butuh waktu dua jam lagi untuk sampai ke tempat tujuan.

“Tanganmu sangat dingin,” bisik Teresa setelah memberanikan diri untuk menyentuh tangan Prince.

“Aku baik-baik saja” ucapnya, nadanya bergetar tapi masih saja berusaha untuk tetap tenang.

Teresa sampai menghela nafasnya lelah. Dia memalingkan wajahnya kearah jendela, mencoba memikirkan cara untuk membuat lelaki di sampingnya tidak kedinginan. Teresa sampai memejamkan matanya sejenak, lalu dia membukanya lagi.

“Maaf Prince!”

“Aku tau kau tidak akan setuju.”

“Dan mungkin akan keberatan,”

“Tapi aku terpaksa melakukan ini.”

Prince bisa mendengarnya, tapi dia tidak berniat untuk menjawab semua ucapan Teresa. Tapi hal tak terduga justru terjadi setelahnya. Mata Prince yang awalnya terpejam, sampai terbuka lebar setelah apa yang di lakukan Teresa padanya. Nafasnya sampai tertahan saat Teresa menariknya ke dalam pelukannya dengan gerakan cepat, membuatnya tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi saat ini. Pelukan yang berhasil menghangatkan tubuhnya yang kedinginan.

“Tidurlah. Jika kau tertidur, kau akan langsung sampai ke tempat tujuan begitu kau membuka matamu,” ucap Teresa.

Detak jantung Prince semakin tak terkendali saat Teresa mengusap puncak kepalanya dengan gerakan yang lembut. Teresa seperti seorang ibu yang sedang berusaha menidurkan bayinya dengan usapan lembut di kepalanya.

“Pertama kalinya dalam hidupku, bertemu dengan gadis sepertimu Teresa,” batin Prince.

Sementara yang dirasakan Teresa adalah sebuah kenyamanan, dia juga merasakan kehangatan itu. Karena selama ini, dia belum pernah memeluk siapapun selain dirinya sendiri.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pukul 10 malam.

Prince langsung menjauh dari Teresa begitu supir bus menyalakan lampunya. Dia salah tingkah dan menghindari kontak mata dengan gadis di sampingnya, dia bahkan mulai bangkit dari duduknya untuk pergi menghampiri kursi yang di tempati oleh Leo.

“Kau kenapa? Kenapa wajahmu merah sekali?” Tanya Leo, dan Prince hanya diam saja, dia justru langsung duduk di kursi Leo yang masih tersisa sedikit tempat untuknya.

Teresa yang melihat semuanya hanya bisa menggeleng pelan, dia mulai melepas hoodie milik Prince yang semula di pakainya. Melipatnya dengan rapi, lalu sedikit menyemprotkan parfume kecil miliknya yang dia simpan di tas.

Tidak berselang lama, bus yang mereka naiki akhirnya sampai di tempat tujuan. Prince mulai berdiri di depan untuk memberikan pengarahan, tapi fokusnya teralihkan saat Teresa mengembalikan hoodie miliknya.

“Terimakasih Prince,” ucap Teresa dengan senyuman hangat yang berhasil membuat Prince membeku di tempatnya.

Prince berdehem untuk menyadarkan dirinya sendiri, dia memakai hoodie terlebih dahulu. Kemudian dia mulai berbicara di depan banyak orang untuk memberikan pengarahan selanjutnya.

Tidak butuh waktu lama setelah mendapatkan arahan dari Prince, semua orang mulai keluar dari dalam bus. Teresa terus bergandengan tangan dengan Zeva, mereka sedang menunggu giliran untuk mengambil koper yang masih ada di bagasi.

“Lihat! Hely langsung mencari Prince begitu kita sampai!” Bisik Zeva memperhatikan Prince yang sedang bersama dengan Hely.

Teresa hanya melihatnya sekilas, dia memilih untuk memalingkan wajahnya. Tapi sebuah tangan menepuk pundaknya, membuatnya reflek menoleh kearahnya.

“Bimo?” Ucap Teresa dengan senyuman yang lebar saat bertemu dengan teman lamanya.

“Oh! Kau yang menggendong sahabatku saat itu!” Teriak Zeva dengan heboh, membuat banyak orang menatap kearahnya.

“Ssst! Kecilkan suaramu Zeva!” Bisik Teresa sembari melihat kesekelilingnya.

“Maafkan aku,” balas Zeva meminta maaf kepada Bimo yang terkekeh di sampingnya.

Lalu tatapan Bimo beralih pada Teresa, dia menyadari bahwa Teresa sedang bersiap untuk mengeluarkan kopernya dari bagasi. Bimo langsung sigap menolong untuk mengeluarkan koper itu.

“Wah terimakasih Bimo!” Ucap Teresa dengan senyum lebar diwajahnya.

“Ooh! Apa kau menyukainya?” Pekik Zeva sembari mendorong Bimo menggodanya.

“Tentu saja! Aku menyukainya!” Teriak Bimo, suara kerasnya bisa membuat semua orang mendengarnya.

“Dia sering memberiku uang!” Bisiknya pada Zeva, lalu mereka terkekeh bersama.

Teresa tersenyum melihat kelakuan kedua temannya, dia mulai menyeret kopernya untuk pergi meninggalkan kedua manusia itu. Tapi baru satu langkah dia berbalik, senyumannya langsung memudar saat dia melihat Hely sedang menggandeng Prince dengan memeluk lengannya erat.

...----------------...

1
US
/Good//Good//Good/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!