NovelToon NovelToon
A Quiet Resurrection

A Quiet Resurrection

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: flowy_

Pengkhianatan itu bukan datang dari musuh, tapi dari orang yang paling dia percaya.
Vilya Ariestha Elora — dihancurkan secara perlahan oleh pacarnya sendiri, dan sahabat yang selama ini ia anggap rumah. Luka-luka itu bukan sekadar fisik, tapi juga jiwa yang dipaksa hancur dalam diam.

Saat kematian nyaris menjemputnya, Vilya menyeret ke duanya untuk ikut bersamanya.

Di saat semua orang tidak peduli padanya, ada satu sosok yang tak pernah ia lupakan—pria asing yang sempat menyelamatkannya, tapi menghilang begitu saja.
Saat takdir memberinya kesempatan kedua, Vilya tahu… ia tak boleh kehilangan siapa pun lagi.

Terutama dia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon flowy_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17. Pertemuan Pertama

Sore itu, kamar Elena dipenuhi cahaya matahari yang hangat, tapi suasananya jauh dari tenang.

"Aaaargh, ini bikin aku muak!" Arabelle menjatuhkan dirinya ke atas tempat tidur Elena, lalu meninju wajah boneka yang ada di dekatnya. "Gadis itu benar-benar menyebalkan!"

"Bener banget!" Elena mendengus kesal. "Ara, kamu tahu nggak, dia datang dengan gaya sok banget. Borosnya bukan main, dan sekarang malah bikin Ayah marahin aku segala!"

"Hah? Paman sampai marahin kamu?" Arabelle terlihat kaget. Di matanya, Marvin memang bukan tipe yang gampang emosi. "Berarti dia benar-benar lihai. Aku terlalu meremehkan dia." Ekspresinya menggelap, tangan mengepal di atas bantal.

Elena menatapnya penuh harap. "Terus, kamu mau ngapain?" Itu yang paling ia ingin tahu.

"Aku nggak akan biarkan dia hidup tenang!" Ucapnya. Sejak kecil, belum pernah ada yang berani mempermalukannya seperti ini.

"Kalau Kak Ara butuh bantuan, tinggal bilang!" ucap Elena bersemangat. Wajahnya penuh antusias, seolah tak sabar ikut memberi pelajaran pada si gadis itu.

"Ada satu hal yang sedang kupikirkan." Arabelle melirik sekilas ke arah Elena, lalu memberi isyarat dengan gerakan jari, seolah sedang menyusun rencana. "Nanti pas jam makan siang, kita mulai dari situ..."

Mata Elena langsung berbinar, meski masih tampak ragu. “Tapi... gimana kalau dia ngadu?”

Ada sedikit kekhawatiran dalam suaranya. Ia tahu betul, Marvin bukan tipe yang bisa diajak main-main, dan hukuman keluarga bukan hal sepele.

“Ngadu? Aku nggak takut,” sahut Arabelle santai sambil mengangkat dagu, ekspresinya penuh percaya diri. “Aku mau lihat apa yang bisa paman lakukan padaku.”

“Wah, Kak Ara keren banget!” Elena berseru sambil pura-pura kagum. Dalam hati, itulah jawaban yang ia tunggu-tunggu.

Pujian Elena membuat Arabelle makin tersenyum puas, seolah dunianya memang berputar di sekelilingnya.

“Kak, cuacanya bagus hari ini,” bisik Elena pelan. “Ayo aku ajak lihat taman. Dua hari lalu, bunga krisan Persia di sana lagi mekar semua.”

“Serius? Ayo!” Arabelle langsung menyambut dengan semangat, dan keduanya pun keluar dari kamar sambil tertawa kecil, seolah tak ada yang lebih penting dari mereka.

Begitu sampai di aula utama, Arabelle dan Elena melihat Vilya duduk santai di sofa sambil menyesap air putih.

Arabelle mendengus pelan. Semakin lama ia menatap gadis itu, semakin kesal rasanya.

Elena juga merasa risih, tapi ia berusaha menenangkan diri. Hanya perlu menunggu satu atau dua jam lagi.

Di saat itu, seorang pria berjas rapi masuk dari arah pintu utama.

“Paman? Kok Paman pulang? Ayah juga ikut?” Elena langsung berdiri. Ia mengenali pria itu yang tak lain Edgar, sopir sekaligus sekretaris ayahnya, Marvin. Lelaki paruh baya itu sudah bekerja lebih dari dua dekade dan dikenal sebagai tangan kanan yang paling dipercaya.

"Tuan belum kembali. Saya datang untuk menjemput Nona," jawab Edgar dengan tenang.

"Menjemput ku?" Elena tampak bingung sekaligus senang. Ayahnya jarang bersikap seperti ini. Apa mungkin kali ini berbeda? Ia bahkan sempat tersenyum bangga. "Ayah ingin ketemu di mana?"

Edgar tampak ragu sejenak, namun belum sempat menjawab, Vilya sudah bangkit dari sofa dan berjalan pelan melewati mereka.

"Aku sudah siap. Kita bisa berangkat sekarang," ucapnya singkat.

"Baik, Nona," Edgar sedikit menunduk lalu menyusul di belakangnya, ia sempat melirik sekilas pada Arabelle sebelum melangkah pergi.

Wajah Elena pucat. Kedua tangannya mengepal kuat, dan sorot matanya dipenuhi amarah yang sulit disembunyikan.

Melihat itu, sudut bibir Arabelle terangkat membentuk senyum kecil yang penuh arti.

Sementara itu, di lantai tujuh hotel milik keluarga Elora, Vilya menurunkan sedikit rok gaunnya saat tiba di depan pintu. Begitu Edgar membukakan pintu, ia langsung bisa melihat isi ruangan.

Sebuah meja bundar berdiri di tengah. Marvin duduk di kursi utama di sisi kiri, sementara sepasang pria dan wanita duduk berhadapan dengannya. Pria itu tampak berumur empat puluhan, berwibawa, dengan penampilan rapi dan kharisma kuat. Di sampingnya, wanita cantik berkulit cerah duduk anggun. Matanya tajam namun tenang, senyumnya lembut tapi berwibawa.

“Ayah,” ucapnya sambil mengangguk sopan ke arah Marvin.

“Ke sini. Ada tamu yang ingin Ayah perkenalkan padamu,” katanya sambil melambaikan tangan.

“Baik.” Ia melangkah tenang, lalu berdiri di sisi kanan Marvin, menatap pria dan wanita yang duduk di hadapannya.

“Mereka berdua…” Marvin sempat terdiam sejenak sebelum melanjutkan, “Panggil saja Paman Leon dan Bibi Calestine .” Ucapan itu secara halus mempererat suasana dan menghindari kecanggungan.

“Paman Leon, Bibi Calestine, senang bertemu dengan kalian.” Ia tersenyum sopan dan membungkukkan sedikit badannya sebagai tanda hormat.

“Jadi ini putri sulung keluarga Elora,” ucap Calestine sambil mengamati gadis itu dari kepala hingga kaki. Senyumnya mengembang pelan. “Cantik.”

“Jauh lebih tenang dari yang kubayangkan,” ucap Leon, turut tersenyum.

“Tak ada salahnya seorang gadis bersikap sederhana,” sambung Calestine sambil melirik suaminya sekilas.

Marvin sempat melirik penampilan putrinya, baru kemudian mengangkat kepala saat mendengar ucapan Leon dan Calestine. Ada sedikit rasa canggung yang sulit disembunyikan dari wajahnya.

“Silakan duduk,” ucapnya sambil berdeham kecil. Ia menoleh ke arah pintu. “Edgar, minta pelayan menyiapkan hidangan.”

“Baik, Tuan,” jawab Edgar sebelum melangkah keluar ruangan.

“Soal pertunangan...” Calestine duduk tenang di kursinya, merapikan lipatan roknya sebelum menatap Vilya. “Kamu sudah tahu, kan?”

Ia sempat melirik ke arah ayahnya. Begitu bertemu pandang, Marvin hanya menunduk sedikit dengan raut yang sulit dibaca. Ia mengangguk pelan sambil tersenyum sopan. “Ya, aku tahu.”

“Baguslah.” Calestine mengangguk puas. “Sebenarnya aku berniat membawa Gevan ke sini hari ini, tapi anak itu entah ke mana dia pergi, sepertinya lupa ada pertemuan penting.”

“Hm, anak keras kepala,” gumam Leon dengan nada dingin.

“Dia masih muda,” ucap Marvin sambil tersenyum. “Kita bisa atur pertemuan mereka di lain waktu.”

“Tak perlu membela Gevan, Presdir Marvin,” sahut Calestine dengan nada santai. “Meski dia tak datang hari ini, aku tetap menyukai Vilya.” Ia lalu melambaikan tangan, memberi isyarat pada gadis itu. “Kemarilah, duduk di sampingku.”

Vilya bangkit dan melangkah pelan ke sisi Calestine. Perempuan itu dengan tenang melepas gelang giok dari pergelangan tangannya, lalu memakaikannya langsung di tangannya. “Anggap ini hadiah kecil dariku.”

Ia melirik ayahnya yang memberi anggukan singkat. Ia pun tersenyum lembut. “Terima kasih, Bibi Calestine.”

Selama makan malam, suasana begitu hangat. Calestine sama sekali tidak menyembunyikan ketertarikannya pada Vilya. Di sisi lain, Marvin tampak semakin puas melihat sikap putrinya yang anggun.

Usai makan, Marvin dan Vilya mengantar pasangan tamu itu hingga ke mobil.

......................

Dalam perjalanan pulang, Leon membuka suara di tengah keheningan, “Apa pendapatmu tentang gadis itu?”

Calestine menatap keluar jendela, matanya dalam dan tenang. “Aku tidak tertarik padanya,” ujarnya datar. “Yang menarik justru hal-hal yang ia sembunyikan.”

1
vanyla.
bagus smgt thor
Ayudya
seru dan untuk tokoh utamanya tegas.aku suka dengan alurnya rekomded banget deh
✫᥎᷽ιᥣყ͠α.: makasih atas dukungan nya ka 🥰🥰
total 1 replies
Ayudya
vilya kamu jangan takut ma aveline tunjukan kalau kamu lebih kuat dan licik dari avrline
Ayudya
seneng banget dengan sikap tegas lirya
Ayudya
ayo vilya kamu jangan mau di tindas ma bibi dan anaknya/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Ayudya
sangat licik dan harus di balas dengan kelicikan biar tau
Ayudya
tu pelayan minta di karung terus di hanyutkan ke laut
Ayudya: jadi ketahuan deh ma aothor.sama sama mak/Proud//Proud//Proud//Proud//Proud/
✫᥎᷽ιᥣყ͠α.: nanti author yang buang ka 🤣
terimakasih ka udh mampir 🤍🤍
total 2 replies
Elsiya
eh, bukannya rambut Arabelle ya? atau aku lupa
Elsiya: okee kakk👍🏻
✫᥎᷽ιᥣყ͠α.: sory ya ka, nnt aku revisi ulang😊🤍
total 2 replies
ˢ⍣⃟ₛ 🟡𒈒⃟ʟʙᴄ𝐙⃝🦜🅼ιяα🅷㊍㊍🔰
tetaplah jadi gadis baik yang kuat dan mampu melindungi diri
✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎мαмι𝐀⃝🥀§͜¢ ᴳᴿ🐅
cerita nya seru banget
✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎мαмι𝐀⃝🥀§͜¢ ᴳᴿ🐅: sama sama
✫᥎᷽ιᥣყ͠α.: makasih ka 🤍
total 2 replies
ᯓ★ֶָ֢⭑🥑⃟ꪱ꯱ꫀυᥣׁׅ֪༊· ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
yaampun sungguh mengenaskan
🅿ᵉˡ🅸ʰᵃʳᵃˢᵃ🅿ᶦᵏ🆄ʳᵇᵃⁿ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
owh kakeknya Vilya menghilang?
🅿ᵉˡ🅸ʰᵃʳᵃˢᵃ🅿ᶦᵏ🆄ʳᵇᵃⁿ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ: sama2 kak syg
✫᥎᷽ιᥣყ͠α.: iya bnr ka, makasih udh mampir 🤍
total 2 replies
🅿ᵉˡ🅸ʰᵃʳᵃˢᵃ🅿ᶦᵏ🆄ʳᵇᵃⁿ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
maaf jadi lompat baca nya kak
⍣⃝𝖕𝖎🅿ᵉʳ🅸ᵏˢᵃᵈᵒᵐ🅿ᵉᵗᵈ🆄ˡᵘJin
hm luar biasa baru bab pertama dah meledak!
⍣⃝𝖕𝖎🅿ᵉʳ🅸ᵏˢᵃᵈᵒᵐ🅿ᵉᵗᵈ🆄ˡᵘJin
untung org itu mengenal nya
⍣⃝𝖕𝖎🅿ᵉʳ🅸ᵏˢᵃᵈᵒᵐ🅿ᵉᵗᵈ🆄ˡᵘJin
kau kali yg bo*doh
⍣⃝𝖕𝖎🅿ᵉʳ🅸ᵏˢᵃᵈᵒᵐ🅿ᵉᵗᵈ🆄ˡᵘJin
ish mirisnya
🅿ᵉˡ🅸ʰᵃʳᵃˢᵃ🅿ᶦᵏ🆄ʳᵇᵃⁿ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
gak baik itu balas dendam.. tp smoga karyanya meroket ya Thor, semangat
🅿ᵉˡ🅸ʰᵃʳᵃˢᵃ🅿ᶦᵏ🆄ʳᵇᵃⁿ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ: hehe sama2 kak🤗🙏
✫᥎᷽ιᥣყ͠α.: makasih ya ka 🤍
total 2 replies
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘᴘᵃˡⁱⁿᵍɪᵐᵘᵗᴘᵃˡⁱⁿᵍˡᵘᶜᴜ
lalu pernikahannya cumn sandiwara utk memancing kehadiran 2 org itu?
Reni
weeeee jadi bom bundir 🤔😲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!