Terjerat Pesona Hot Duda

"Tentu saja, memang hanya itu yang aku lakukan dan aku tidak menyangka hanya gara-gara itu kamu semarah ini padaku padahal sudah berulang kali aku meminta maaf." terang Pedro dengan jujur sore itu.

Sementara Jessica masih menatapnya dengan sinis. "Ck, kau juga memaksaku waktu itu." ucapnya mengingatkan.

"Maafkan aku Jessy, karena aku tidak tahu lagi harus bagaimana. Kamu juga berteriak waktu itu dan aku panik saat semua orang mulai memperhatikan kita." Terang Pedro kemudian.

Jessica menggeleng pelan. "Jadi kamu juga lupa dengan obat perangsang yang sengaja kamu masukkan ke dalam minumanku, hah ?" ucapnya dengan wajah penuh amarah, namun Pedro langsung melebarkan matanya tak mengerti.

"Aku tidak mengerti apa maksudmu Jessy, obat perangsang apa? aku bersumpah tidak pernah memasukkan apapun ke dalam minumanmu. Itu hanya segelas jus, aku membawakanmu setelah Elle memberitahu minuman kesukaanmu sebelumnya dan aku sangat senang kamu mau meminumnya waktu itu." terang Pedro dengan jujur dan Jessica bisa melihat itu di matanya.

Kini gadis itu jadi sanksi dengan tuduhannya, lalu jika bukan pria itu lalu siapa pelakunya? Karena kecurigaannya waktu itu hanya mengarah pada pria tersebut.

"Atau jangan-jangan Jason? lalu untuk apa dia melakukannya? Bahkan pria itu yang telah membantunya melewati malam menyiksa waktu itu." Jessy nampak menerka dengan kebingungan, jika suaminya yang melakukannya harusnya pria itu telah menodainya sejak awal.

"Sayang, kau baik-baik saja ?" tiba-tiba Jason melingkarkan tangannya di pinggangnya dan sontak membuat Jessica terkejut di buatnya.

"Ja-Jason, apa yang kamu lakukan di sini ?" tanyanya dengan wajah sedikit memucat.

"Tentu saja menjemputmu." Jason menatap lembut istrinya itu kemudian beralih menatap ke arah Pedro.

"Hai Ped, kami pergi dulu." sapanya dengan wajah tak bersahabat lantas segera membawa istrinya itu pergi dari sana.

"Apa kalian ada urusan ?" tanya Jason kemudian di tengah langkah mereka menuju parkiran mobilnya.

"Tidak, tidak ada. Kami hanya mengobrol biasa." sahut Jessica, haruskah ia mulai waspada terhadap suaminya itu setelah beberapa kejanggalan yang ia temukan?

"Lain kali jauhi pria itu, kehidupannya terlalu bebas dan tidak pantas dengan wanita yang sudah bersuami sepertimu !!" perintah Jason seraya membuka pintu mobil untuk wanita itu.

"Kami sudah berteman sejak aku kuliah di sini dan tidak lebih dari itu." tukas Jessica.

"Tapi kamu sudah menikah dan tak sepantasnya terlalu dekat dengan pria lain." tegas Jason lagi seraya menatap lekat wanita itu, lantas segera menutup pintu mobilnya dengan sedikit kasar. Kemudian berjalan memutari kendaraannya tersebut lalu masuk dan duduk di balik kemudinya.

Sepanjang perjalanan mereka nampak tak bersuara, Jason merasa kesal karena melihat kedekatan istrinya itu dengan pria lain. Sementara Jessica masih berkutat dengan pikirannya, apa benar suaminya yang waktu itu memberikannya obat perangsang?

"Kenapa tidak memakai pakaian yang telah ku berikan ?" ucap Jason setelah baru menyadari pakaian yang di kenakan oleh wanita itu.

"Kamu juga tak memakai parfum itu." imbuhnya lagi seraya fokus menatap jalanan di depannya.

"Aku lebih suka memakai pakaian dan parfumku sendiri." sahut Jessica dengan melirik ke arah pria itu.

"Apa pakaian yang ku berikan kurang bagus ?" tanya Jason seperti sebelumnya.

"Bagus tapi bukan seleraku." tegas Jessica yang sontak membuat Jason mengeratkan pegangan pada stir mobilnya.

"Tapi lama-lama pasti akan menjadi seleramu." ucapnya kemudian.

"Kenapa harus memaksaku menyukai sesuatu yang tidak ku sukai? tidak bisakah kau memberikanku sedikit kebebasan untuk memilih apa yang aku mau ?" tukas Jessy dengan sedikit meninggikan suaranya dan itu membuat Jason langsung mengerem mobilnya mendadak.

Menepi di pinggir jalan, lalu kembali menatap lekat istrinya itu. "Ada apa denganmu ?" ucapnya tak mengerti dengan perubahan sikap wanita itu yang tiba-tiba.

"Apa ini semua karena Pedro? pemuda si4l4n itu ?"imbuhnya sedikit geram.

"Pedro tidak ada hubungannya dengan semua ini, aku hanya ingin menjadi diriku sendiri Jason. Aku ingin memilih pakaianku sendiri, make up ku sendiri serta parfumku sendiri apa itu salah ?" Jessica mencoba mengutarakan isi hatinya.

"Kenapa kamu tiba-tiba berubah ?" Jason melepaskan sefty beltnya lantas menatap istrinya itu dengan serius.

"Aku tidak pernah berubah karena inilah aku yang sesungguhnya dan kamu yang perlahan merubahku, tapi aku tidak bisa dan tidak akan bisa menjadi apa yang kamu mau Jason." tukas Jessica dengan raut wajah penuh kesedihan.

"Apa kamu tidak menyukaiku yang seperti ini ?" imbuh Jessica lagi yang langsung membuat suaminya itu menggelengkan kepalanya cepat.

"Tentu saja itu tidak benar, sayang." tegas pria itu kemudian.

"Jika memang tidak benar biarkan aku menjadi diriku sendiri." mohon Jessica.

Jason nampak menghela napasnya berat. "Tentu saja, maafkan aku." ucapnya sembari mengangguk kecil.

Keesokan harinya Jessica langsung mengganti seluruh isi kamarnya dengan barang-barang favoritnya dan itu membuatnya sangat senang.

Namun tidak dengan sang suami, entah kenapa sejak kejadian waktu itu di mana ia mengutarakan isi hatinya pria itu berubah menjadi lebih dingin.

Sudah beberapa hari ini Jason selalu pulang malam atau bahkan sering ketiduran di ruang kerjanya. "Sebenarnya ada apa denganmu, Jason ?" gumam Jessica ketika melihat suaminya baru pulang dini hari itu.

"Aku menunggumu." ucapnya malam itu saat pria itu baru turun dari mobilnya.

"Kenapa tidak tidur ?" ucap Jason seraya meletakkan tasnya di atas sofa.

"Bagaimana aku bisa tidur jika suamiku belum pulang, apa kamu sudah makan ?" tukas Jessy menatap wajah kelelahan suaminya tersebut.

Jason menatap wanita itu sejenak lantas menggelengkan kepalanya. "Aku akan minta pelayan untuk menyiapkannya." sahutnya.

"Tidak perlu, biar aku yang melakukannya lagipula mereka sudah tidur." Jessica langsung membawa suaminya itu duduk di meja makan dan ia langsung bergegas ke dapur yang berada tak jauh dari sana.

Mengambil beberapa telur dan sayuran lantas segera memasaknya dan itu tak luput dari perhatian Jason, pandangannya nampak menyusuri tubuh istrinya dari ujung kaki hingga rambut yang malam itu terlihat sangat seksi dengan gaun tidur berwarna merah muda kesukaannya.

"Sepertinya aku ingin makan yang lain." ucapnya yang langsung membuat Jessica berjingkat kaget karena tiba-tiba di peluk oleh suaminya itu dari belakang.

Tangannya yang sedang memotong sayur pun seketika berhenti ketika pria itu mulai menurunkan gaunnya. "Sayang, ini di dapur." lirih Jessica sembari menahan d3s4h4nnya saat bibir hangat pria itu mulai menyusuri lehernya.

"Apa kamu mau melakukannya di kamar, hm? baiklah." Jason langsung mengangkat tubuh istrinya itu lantas membawanya ke dalam kamarnya.

Kini mereka nampak bergelung di atas kasur setelah beberapa malam di pisahkan oleh ego, udara dingin yang keluar dari air conditioner pun tak mampu meredakan keringat keduanya seiring dengan intensitas penyatuannya.

"Ya Je, teruslah mendesah kau terlihat sangat cantik jika seperti itu. Aku sangat mencintaimu, Je." ucap Jason di tengah hujamannya dan sontak membuat Jessica langsung menajamkan matanya menatap pria itu.

"Siapa Je yang kamu maksud, Jason? aku atau mantan istrimu ?"