Aura Mejalani hubungan dengan kekasihnya selama dua tahun, dan mereka sudah merencanakan sebuah pertunangan, namun siapa sangka jika Aura justru melihat sang kekasih sedang berciuman di bandara dengan sahabatnya sendiri. Aura yang marah memiliki dendam, gadis 23 tahun itu memilih menggunakan calon ayah mertuanya untuk membalaskan dendamnya. Lalu apakah Aura akan terjebak dengan permainannya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Pagi pukul 7:00
Apartemen Skylight...
"Sepertinya pagi mu menyenangkan Aura?"
Aura yang baru saja keluar dan mengunci pintu apartemennya tersenyum mendengar suara yang berasal dari sebelah kamarnya.
"Ya, aku cukup tidur dengan nyenyak malam ini Lisa."
Wanita bernama Lisa itu hanya tersenyum untuk menanggapi.
"Seharunya kamu tidak perlu menguras emosi hanya untuk memikirkan pertemuan dengan orang tua Mario, jika akhirnya kamu justru bahagia seperti ini," ucap Lisa sambil merangkul bahu Aura.
Keduanya berjalan menuju lift, bekerja di kantor yang sama dan tempat tinggal yang sama membuat keduanya akrab beberapa tahun kebelakang. Mereka sering berbagi cerita lebih tepatnya Aura yang lebih banyak bercerita pada Lisa.
"Ya, kamu benar. Kemarin aku begitu gugup dan takut jika ayah Mario tak menyukaiku, tapi semua itu ternyata hanya ketakutan ku saja. Ayah Mario sangat baik." Aura menceritakan dengan binar wajah bahagia.
Ia memang begitu senang dan tampak lega setelah bertemu dengan orang tua Mario yang ternyata menerimanya.
"Selamat kalau begitu Aura, aku ikut senang. Semoga saja aku juga merasakan kebahagiaan yang kamu rasakan, orang tua kekasih ku semoga juga menerima ku," Ucapan Lisa membuat Aura terseyum sambil mengusap lengan Lisa.
"Pasti Lis, kamu wanita yang baik dan cantik, aku bersyukur bisa bertemu kamu sebagai teman yang baik."
Keduanya berangkat menuju kantor yang tak jauh dari apartemen Aura. Hanya butuh 20 menit mereka sampai di kantor kota yang terbilang besar jika dinamakan anak cabang.
"Pagi nona Aura," security menyapa Aura yang baru saja tiba, padahal mereka berjalan berdua dengan Lisa, namun yang di sapa namanya cuma Aura.
Dan hal itu cukup membuat Lisa merasa kesal.
"Pagi juga pak teguh," sapa balik Aura dengan senyumannya yang selalu manis.
Keduanya berjalan menuju pintu lift, ruangan keduanya berada di lantai yang berbeda. Jika Aura menjadi sekertaris atasan mereka, lain dengan Lisa yang hanya staf.
"Bye... nanti kita ketemu makan siang," ucap Aura yang melambaikan tangannya saat Lisa keluar dari lift di lantai lima.
"Oke.. semoga hari ini menyenangkan," balas Lisa dengan senyum yang selalu ia tampilkan.
Setelah pintu lift tertutup, Lisa membuang napas kasar, bibirnya yang tadinya melengkungkan senyum kini berubah muram.
"Sayang... bisakah nanti malam kita bertemu di hotel xxx..."
Lisa menuliskan pesan pada kontak kekasihnya, dan dalam beberapa detik pesannya terbalas yang mana membuat bibir Lisa mengembang sempurna.
*
*
"Aura, tolong keruangan saya,"
"Baik pak.."
Aura menutup sambungan telekomunikasi di atas mejanya. Wanita 23 tahun itu beranjak dari duduknya dan menunju ruangan atasan.
Tok...Tok...Tok...
"Masuk Aura!"
Suara seruan dari dalam membuat Aura mendorong pintu besar itu hingga terbuka.
"Ada apa pak?" Tanya Aura saat sudah berdiri didepan meja atasanya yang bernama Enggar.
"Sepetinya kamu harus mengantar dokumen penting ini ke kantor pusat Aura, bos besar yang memintanya langsung. Dan kebetulan proyek ini juga kamu yang menangani, jadi hanya kamu yang bisa menjelaskan semua pada atasan." Tutur Enggar sambil memberikan dokumen penting tadi.
Aura tampak diam sejenak, ini tugas pertamanya untuk menginjakkan kakinya di kantor pusat.
"Baik pak, saya akan pergi ke sana." Aura megambil berkas yang pak Enggar berikan.
"Hu'um, dan satu lagi. Aku beri tahu, bos besar itu terkenal galak dan terkesan dingin. Jadi kamu jangan membuatnya tersinggung ya," ucapan pak Enggar terakhir di sertai kekehan kecil.
"Baik pak," Aura tersenyum lantas undur diri.
*
*
Hotel xxx
"Ummm,,,ini enak sayang, terus hisap..."
Seorang wanita tengah merem melek merasakan nikmat saat dadanya terekpose dan dihisap kuat-kuat secara bergantian.
Bahkan tubuhnya bagian atas sudah telanjang dengan rok span yang sudah naik di perut dengan posisinya yang duduk diatas kedua paha seorang pria dengan posisi saling berhadapan.
Wanita itu sampai meremas rambut pria yang terus memberikannya sensasi nikmat yang terus menerus membakar aliran darahnya, hingga ia merasakan kepalanya yang pusing lantaran menginginkan sesuatu yang lebih.
Bruk
Wanita itu dengan kasar mendorong dada pria yang sudah terbakar gairah, hingga perlahan wanita itu bergerak turun dengan gerakan merangkak dan membuka ikat pinggang yang masih mengunci sesuatu didalamnya yang terasa keras seperti kayu.
"Huh..kau selalu menyiksa ku sayang, tapi kau tiada akan tahan dengan godaan yang akan aku berikan," wanita itu tersenyum menggoda dengan ujung bibirnya yang ia gigit.
"Hahh...aku selalu tak tahan dengan semua godaan mu baby...aku selalu puas dengan milikmu," tanpa rasa malu pria itu membantu si wanita untuk mempermudah melepaskan kurungan di bawah sana.
"Kau akan selalu puas dengan ku sayang, karena itu kamu tak akan pernah puas dengan wanita sok suci itu!" Ada rasa kemerahan dinada bicara wanita itu saat membahas wanita lain.
Sedangkan pria yang sudah bergairah di bawah tubuh wanitanya meraih tangan wanita itu dan menuntunnya ke area bawah perutnya.
"Tidak ada yang lebih hebat dari servis my baby, dia tidak akan bisa menandingi kehebatan mu, akkhhh..."
Pria itu frustasi saat tiba-tiba pusakanya langsung dihisap kuat tanpa aba-aba, hingga suasana kamar hotel VVIP langsung riuh dengan dua suara yang saling bersahutan.
*
*
Aura menghela napas saat menatap gedung megah nan tinggi seperti piramid itu. Wajah cantik wanita itu begitu antusias dan percaya diri memasuki gedung HKL.Inc tersebut.
Aura disambut dengan ramah oleh resepsionis, bahkan Aura diatar sampai depan lift untuk menuju lantai 15.
"Nona akan menemui sekertaris tuan Haikal di lantai lima belas," ucap seorang wanita resepsionis dengan ramah.
"Terima kasih," Aura membungkukkan badannya sedikit untuk menghormati, sebelum pintu lift tertutup dan membawanya menuju ketempat tujuan.
Di dalam lift Aura hanya sendiri, ia sengaja tak menghubungi kekasihnya Mario yang memang berada di kantor ini. Karena hanya ingin mengantar berkas penting lebih dulu. Mungkin nanti Aura akan menghubungi Mario setelah tugasnya selesai.
Ting
Pintu lift terbuka di lantai lima belas, bersamaan dengan dua orang pria yang hendak masuk kedalam lift dimana di dalamnya ada Aura.
"Selamat siang tuan," sapa Aura sopan sambil membungkukan badannya pada sosok pria tinggi dan tegap di depannya.
"Apa kau mengantar berkas yang Enggar suruh?" Tanya Haikal tanpa melempar senyum pada Aura yang menyapanya dengan senyum hangat.
"Saya membawanya tuan," Aura maju tiga langkah untuk keluar dari dalam lift dan berdiri disisi tubuh Haikal sambil menyodorkan berkas yang di maksud.
"Terima kasih Nona, anda datang tepat waktu," bukan Haikal yang menjawab, melainkan Beni yang menjawab dan megambil berkas ditangan Aura.
Aura hanya tersenyum dan membalasnya, "Sama-sama tuan," ucapanya dengan sopan.
"Ikutlah dengan kami," ucap Haikal sambil berjalan memasuki lift.
Aura tak membantah, ia mengikuti kedua pria yang entah kemana akan membawanya, yang jelas tadi Enggar sudah berpesan untuk mengikuti apa yang bos besar perintahkan.
"Dia bos besar, sekaligus calon ayah mertuaku.. bagaimana bisa aku berada di dalam situasi seperti ini," batin Aura sambil mengigit bibir bawahnya dengan kepala menunduk.
Namun karena dinding lift yang dilapisi kaca membuat Haikal yang berdiri di depan Aura melihat bagaimana gadis itu menggigit bibirnya yang tipis, dimana membuat Haikal justru merasakan hawa panas yang tiba-tiba menyeruak dalam dirinya.
"Tidak, sadarlan..dia adakan calon istri anakmu," batin Haikal.