[⚠️Disclaimer ⚠️
Jangan singgah kalau tak sungguh. Jangan buka bab kalau sekadar kepo di awal, apalagi cuma boom like doang. Ikuti cerita ini sampai tamat, rasakan sensasi punya bestie yang cetar membahana badai.]
.
Popoy, Gilang dan Lele adalah sahabat satu geng yang membagongkan. Masuknya Gilang sebagai anak baru memunculkan gonjang-ganjing dunia persilatan.
Lele, pewaris Uchiha yang adalah jelmaan Sarada akan membawa kalian semua ke dalam cerita anak SMA terdahsyat sedunia menembus universe alam khayal hingga alam barzah.
Bacalah, maka kalian akan menemukan teori konspirasi di dalamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bulan Separuh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Puput
Seusai gue dan Puput ngadain perjalanan yang penuh drama tadi akhirnya gue pun sampe di depan rumah.
TEEEEET
Bel di pagar gue pencet. Pintu kecil seukuran jengkal orang dewasa pun terbuka. Itu adalah Pak Yoyok, security rumah gue.
"Eh, Non Laila," katanya. Pak Yoyok pun langsung ngebukain pintu pagar. "Enon pulang naik apa?" tanya Pak Yoyok setelah celingukan ngelihatin sekitaran gue.
"Naik ini," kata gue sambil nunjuk ke arah sepatu. "Enon jalan kaki?" katanya sambil terkejut. "Iya," kata gue sambil berlalu, gue jalan masuk disusul sama Puput di belakang gue.
"Laila abis healing-healing, Pak. Bosen katanya naik mobil bareng Pak Memet mulu," kata Puput ke Pak Yoyok. "Ooh..." kata Pak Yoyok. "Ya udah, kami masuk dulu ya Pak," kata Puput. "Iya Non Puput, iya," jawab Pak Yoyok.
"POY! Ngapa lama amat sih lu jalannya? Lutut gue udah kaya mau copot nih. Cepetan!" kata gue manggilin Puput. "Iya, iya," kata Puput. "Gue pingin langsung rebahan nih. Rebahan di bathtub enak kayanya, pakai air hangat. Hemm..." kata gue. "Ah, yang ada elu tidur di sana!" protes Puput.
Gue dan Puput pun masuk ke dalam rumah. Setelah Mbok Iyem bukain pintu, nutupin lagi dan balik lagi masuk, kami pun disambut sama nyokap gue.
"Laila sayang... Kamu dari mana aja sayang? Anak Mami," kata nyokap gue sambil ngebuka tangannya lebar-lebar terus meluk gue. Lebay! Lebay! Sumpah! Kaya nyambut anaknya yang abis hilang di kutub utara aja.
"Laila pergi sama Papoy, Mi. Biasalah, kami butuh healing setelah seharian di sekolah. Mami kan tahu sendiri hari Jumat itu adalah hari yang panjang banget buat Laila di sekolah," kata gue ngejelasin ke nyokap.
Nyokap gue ngedengerin gue sambil senyum ke Puput. "Untung jalannya sama Puput, kalau sama yang lain Mami ga akan ngijinin. Terima kasih yaa Puput udah selalu jagain Laila," kata nyokap. "Iya, Tante. Namanya juga bestie, pasti saling ngejagain dong," jawab Puput.
"Kalian pasti capek, laper, Mami udah siapin makanan," kata nyokap. "Ini sekalian makan malam, Tante? Tanggung banget jamnya," kata Puput. "Udah, kalau lapar tuh makan tinggal makan aja, ga perlu nunggu waktu makan malam," kata nyokap gue.
"Mi, Laila mau mandi dulu. Oh ya, Papoy mau makan duluan apa ikut gue mandi?" kata gue. "Mandi aja dulu deh. Hem.. acem banget nih. Kasihan makanannya nanti aromanya kalah sama bau acem gue," kata Papoy.
"Hahaha... Iya sih. Tahu ga, bau badan kalian itu. Emh, hampir bikin Tante pingsan. Hahaha.." kata nyokap. Kami pun sama-sama tertawa. Sebuah bentuk kehangatan keluarga yang sedikit demi sedikit ngilangin rasa capek di badan. By the way, Puput udah kami anggap keluarga di sini dan sewaktu di rumah Puput gue pun dianggap demikian sama bokap-nyokapnya.
Gue sama Puput pun masuk ke kamar kucing. Di sana gue melihara kucing-kucing blasteran gue ada juga yang anggora. Jumlahnya ada tiga ekor.
"Arjunaaaa.... Mama kangen banget sama kamu, sayang," kata gue sambil ngunyel-unyel kucing gue yang jantan dan badannya paling gede.
Sementara Puput jongkok ngusap-usap Sri yang lagi mager di lantai. "Si Sri bunt!ng, Le?" kata Puput. "Oh, si Sri. Iya doi lagi bunt!ng," jawab gue. "Pantes mageran banget dah. Kayanya kemaren-kemaren gue ke sini perutnya belum kaya gini," kata Puput.
"Heh! Vino! Jangan manjat-manjat nanti jatoh!" bentak gue. "Si paling nakal, Vino. Betah ku ya sama kelakuan doi," kata Puput. "Kaga betah, gue. Tuh litterbox aja suka dibuat ngeguling, anjoy banget dah. Doi ntar lagi mau gue kasih ke tante gue. Lagi nunggu tante gue datang aja dari Jepang," kata gue.
"Doi mau ngurus Vino? Lu udah cerita kan sama tante lu itu soal gimana kelakuan Vino?" kata Puput. "Udah. Dengan gampangnya tante gue itu bilang "mungkin si Vino lagi ***** doang kali Beb". Huh biarin aja, ntar juga tahu sendiri," kata gue.
Setelah sebentar ngunjungin kucing-kucing gue, kami berdua pun ke kamar gue. Di dalam kamar gue ada kamar mandi yang kami pakai berdua buat mandi.
Gue langsung ke kamar mandi basah, gue siapin air hangat plus sabunnya buat tempat gue berendam, sementara Puput duduk di kamar mandi kering buat ngolesin badannya pakai lulur mandi dengan berbalut handuk. Tempat kami cuma disekat sama dinding semi transparan yang terbuat dari kaca.
Mandi ekspres? No! Di tempat ini kami justru ngabisin waktu lama karena sambil ngerumpi atau curhat.
Gue pun berendam sambil main HP juga. Sementara Puput ngolesin lulur mandi, nunggu mengering sebentar sambil juga main HP, terus ngegosok-gosok badannya buat ngelupasin lulurnya sekalian ngangkat kotoran di kulitnya.
"Nomor siapa tuh yang barusan masuk grup WA kelas?" tanya Puput. "Nomor si Gayung," jawab gue. "Oh iya, tadi lu sempat minta nomor dia ya," kata Puput. "Iya, secara udah berhari-hari dia di kelas kita tapi belum juga jadi anggota grup. Kasihan kalau ketinggalan info," kata gue.
"Alah, kasihan biar ga ketinggalan info atau lu mau japrian sama dia?" kata Puput. "Hahaha... lu cemburu ya?" ejek gue. "Mulai deh mulai," kata Puput dengan nada yang berubah.
"Hahaha... Sebenarnya iya sih, gue pingin japrian sama dia. Gue kepo sama urusan keluarga tu anak. Gue baru nyadar kalau sifat culunnya itu mungkin gara-gara kelakuan bokapnya yang suka nyiksa dia," kata gue. "Bisa jadi," jawab Puput.
"Itu makanya gue pingin masukin dia ke ekskul karate," lanjut Puput. "Tapi bokapnya kan bilang kalau dia ga boleh ikut ekskul apapun?" balas gue. "Ga boleh kalau ketahuan," kata Puput yang suaranya kaya lagi menyeringai.
"Niat lu buat ngerubah karakter tu anak adalah ide yang mulia, Poy. Lu yang semangat ya. Gue yakin lu bisa," kata gue.
"He em. Eh? Lu apaan sih? Serius banget. Gu-gue... gue... gue itu cuma gabut, Le. Niat gue ga semulia yang lu pikir. Jangan lebay deh. Gue cuma seneng aja karena ada mainan baru," kata Puput.
Iya, gue yakin ga semulia ngasih kebaikan sosial doang. Gue yakin ada niat lain di balik itu. Lu sebenarnya suka kan sama Gilang? Tapi gue akan pura-pura ga tahu aja, biar lu nyaman ngelancarin aksi lu itu.
Ritual kecantikan kami pun selesai, saatnya mandi masing-masing. Pertama gue yang mandi di ruangan bershower, setelah itu gantian Puput.
Setelah itu Puput ganti baju pakai baju gue. Hal yang biasa kami lakuin. Kebetulan ukuran baju kami pun sama jadi kami biasa saling tukeran kaya gini.
*
[Keesokan harinya]
Gue sama Puput lagi duduk di kelas. Seperti biasa kami bercanda buat mengawali hari biar semangat.
"By the way, Poy," kata gue. "Ya?" sahut Puput. "Kapan lu mau masukin si Gayung," kata gue sambil ngelirik ke arah Gilang, "... buat masuk ekskul karate?" lanjut gue. "Nanti, di jam istirahat," jawab Puput. "Waw, secepat itu? Lu udah bilang sama doi? Doi mau?" kata gue kepo. "Belum," jawab Puput. "Lah, gimana sih?" kata gue herman. "Perkara gampang itu mah. Cowok culun kaya doi mah paling gampang diculiknya" lanjut Puput.
"Astoge, elu Poy," kata gue sambil ngelirik Gilang. Eh tahu-tahu si Gilang juga lagi ngelirik ke kami. Jangan-jangan doi dengar, lagi, apa yang kami lagi bicarain. Tapi perasaan kami ngomongnya super pelan deh.
B0do amat deh. Gue tunggu aja nanti gimana kelanjutannya.
Jam pelajaran pun udah dimulai. Selang beberapa waktu kemudian ada yang masuk ke kelas. Yang jelas dia bukan anak sini.
TOK TOK TOK...
"Permisi," kata tu anak. "Iya, masuk," kata guru gue. Ah, ni anak kayanya adalah patner dinasnya si Papoy. Tapi kali ini bukan dinas OSIS, melainkan dinas Pramuka.
Anak kelas lain itu pun bicara sama guru dengan suara yang pelan di samping meja guru itu. Guru gue pun ngangguk-ngangguk ngedengerinnya.
"Puput..." panggil guru itu. "Iya, Pak," sahut Puput. "Kamu bisa tinggalkan pelajaran ini dulu. Silakan," kata guru. "Iya, Pak," jawab Puput lagi.
Puput pun buru-buru ngerapihin mejanya terus melipir, tapi sebelumnya Puput pamit sama gue dengan suara pelan. "Gue tinggal dinas dulu ya," kata Puput. "Siap. Hati-hati di jalan lu Poy," kata gue.
tp benar juga sih Le rencana lo biar gayung papoy jadian, krn sebenarnya papoy suka ama gayung😁krn Gilang dah puy Mentari jd Papoy cm memendam di dlm hati
tp yg bikin sedih banget klo lele gk bertemu vino, gk tau vino dah mati atau masih hidup
itu yg q rasakan, hewan yg ku sayangi pergi gk kembali padahal di rawat dari msh orok🤧
duh gilang kw bisaan ngetawain papoy kw yang lagi menstruasi ntar gantian kau yang diketawain
barengan nih gilang kw mimpi basah puput kw datang bulan cucok lah kalian