Secret Wedding

Meli hanya menatap datar pria itu, setelah membuat kopi untuk Jhon. Tidak lama Zara keluar dari kamar.

Wanita itu sudah terlihat rapi dengan tunik berwarna putih yang dipadukan dengan celana kulot berwarna sage.

"Jhon," panggil Zara.

"Iya, Nona."

"Sebaiknya ka-kamu bangunkan Tuanmu," kata Zara gugup.

Jhon mendengar apa kata Nonanya, begitu terkejut. Namun, ia tidak bisa menolak karena sebelum tuannya menikah dirinyalah yang membangun pria dingin itu.

Jhon segera naik ke lantai dua, tanpa mengetuk pintu. Pria itu langsung masuk. Ditatapnya tuannya masih terlelap.

"Tuan, bangun." Jhon menepuk pelan bahu Nathan.

Nathan tanpa membuka matanya, pria itu menarik tangan yang dikiranya sang istri.

Jhon yang terkejut, pria itu tidak bisa menjaga keseimbangan langsung jatuh di atas Nathan.

Bersamaan dengan itu pintu kamar terbuka, Zara menutup mulutnya. Ia begitu shock melihat suami dan asistennya begitu intim.

"Tuan lepas!" seru Jhon.

"Kenapa suara Zara berubah?" tanya Nathan lirih.

Pria itu membuka matanya, melihat siapa yang kini berada di atasnya. Refleks Nathan mendorong dengan begitu kencang.

Tubuh Jhon tersungkur ke lantai, pria itu rasanya tubuh begitu sakit.

Zara dengan cepat membantu Jhon untuk berdiri. Sedangkan Nathan menatap keduanya dengan wajah yang merah padam.

"Jhon!"  murka Nathan dengan suara yang menggelegar.

"Nona tamat riwayat saya," kata Jhon lirih.

Zara mendengar apa yang dikatakan pria itu, wanita itu melihat suaminya turun dari ranjang dengan tatapan bak singa siap memangsa Jhon. 

Zara memberikan kode ada Jhon untuk keluar, dalam hitungan detik pria itu langsung keluar dari kamar suasana begitu mencekam.

"Jhon berhenti." Nathan semakin murka melihat asistennya itu keluar dari kamarnya.

"Paman." Zara memeluk Nathan dari belakang.

Nathan menghentikan langkahnya, pria itu terkejut akan apa yang dilakukan istrinya.

"Lepas dulu biar aku kasih hukuman asisten mesum itu," kata Nathan datar.

"Paman sebenarnya aku yang meminta untuk membangunmu," aku Zara dengan kepala menunduk.

Nathan membalikkan badannya, pria itu menatap istrinya sudah rapi. Entah Kenapa pagi ini Zara terlihat begitu cantik di matanya, tapi sedetik kemudian pria itu langsung menepis anggapannya.

"Maaf." Suara Zara terdengar begitu lembut di gendang telinga Nathan.

Mendengar kata maaf dari Zara, membuat Nathan mengingat saat  mabuk dan sampai muntah di baju wanita itu.

Walaupun mabuk, pria itu tidak akan lupa akan apa yang terjadi. 

Dulu saat ia mabuk, Maryam begitu marah saat dirinya tidak sengaja memuntahkan isi perutnya. Tepat mengenai pakaian kekasihnya itu.

Maryam dulu langsung mendorongnya, hingga tersungkur. 

Nathan menarik napas panjang, pria itu menatap Zara yang masih menundukkan kepalanya.

Dipegangnya kedua bahu istrinya." Kenapa tidak kamu saja yang membangunkanku, Hem."

Zara menatap wajah suaminya, wanita itu terpesona. Suaminya walaupun belum mandi dengan rambut yang acak-acakan terlihat lebih muda dari umur yang sebenarnya.

Nathan melihat sang istri, sedang menatapnya langsung menyentil kening  Zara." Apa suamimu ini begitu tampan, Hem!"

Zara mengusap keningnya, bibir gadis itu mengerucut karena ulah pria tua di depannya.

"Paman, sebaiknya segera mandi, setelah itu sarapan." Zara hendak keluar dari kamar, tapi tangannya dicekal  oleh suaminya.

"Bagaimana kalau kita mandi bersama," goda Nathan dengan mengedipkan matanya.

Zara menatap wajah pria tua itu dengan tatapan membunuh, tapi sedetik kemudian wanita itu tersenyum dengan menepis tangan suaminya.

"Apa Paman yakin?" tanya Zara dengan senyum genitnya.

Jujur gadis itu ingin muntah melakukan hal itu.

"Siapa takut." Nathan mengulurkan tangannya ke arah Zara.

"Boleh, tapi bohong." Zara menjulurkan lidahnya ke arah Nathan setelah itu segera keluar kamar dari kamar Nathan.

Nathan bukannya marah, pria itu mengulum senyumnya, tapi sedetik kemudian ia ingat kalau Maryam sudah mengkhianati cintanya." Tunggu pembalasanku, Maryam!"